Stefan dan Nasya duduk di coffee shop. Mereka menikmati suasana petang Jerman. Stefan menceritakan alasan keberadaan dirinya di Jerman. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Stefan. Nasya, gadis itu dengan senang hati membantu Stefan menemukan tempat tujuannya. Setibanya di tempat tujuan, Stefan mengurus segala sesuatunya. Semua urusan selesai dengan baik. Stefan tidak akan melupakan kebaikan Nasya. Gadis itu telah banyak membantunya. Sekarang mereka sudah menjadi teman baik. Mereka saling bercerita tentang kehidupan satu sama lain.
Ditempat lain, Yuki dengan cemas menunggu kabar dari Stefan. Lelaki itu berjanji akan segera menghubunginya ketika sudah tiba di Jerman. Di Jerman, Stefan resah karena tidak bisa menghubungi Yuki. Ponsel dan laptop pemberian Yuki hilang bersama ranselnya. Stefan dan Yuki berdiri dengan posisi yang sama, menghadap ke jendela.
Mereka berdiri berhadapan seolah sedang bicara. Tempatlah yang memisahkan mereka saat ini. Namun hati dan pikiran mereka selalu berkaitan. Seiring waktu yang berjalan, ketidakhadiran Stefan disamping Yuki, begitu juga sebaliknya mengajarkan mereka arti kemandirian. Stefan kini tengah sibuk kuliah dan bekerja. Nasya berbaik hati membantu Stefan mencari pekerjaan. Stefan bekerja dikantor ayah Nasya. Ayah Nasya sangat menyukai semangat kerja Stefan, sehingga ia dengan cepat dipromosikan dalam pekerjaannya. Dengan pekerjaannya, ia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri.
Di lain tempat, Yuki tengah sibuk kuliah. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Al. Hunting foto untuk koleksi albumnya.
= * =
Setahun telah berlalu... Stefan telah terbiasa dengan kehidupan barunya di Jerman. Bersama Nasya menjalani hari-hari sedikit membuat Stefan melupakan Yuki. Sedangkan Yuki, hubungannya dengan Al semakin serius. Saat ini Yuki sedang sibuk mengurus persiapan acara pertunangan. Sahabat-sahabatnya sedikit terkejut dengan keputusan Yuki. Alasannya, mereka baru saling kenal. Masih terlalu awal untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius.
"Lo yakin, Ki?" tanya Nina. Yuki hanya mengangguk mantap.
"Baru setahun lho, Ki." tambah Chika. Yuki hanya tersenyum.
"Jujur. Gue ngga suka sama Al. Dia udah bikin lo jauh dari kita. Coba lo hitung, hanya beberapa kali kita hang out bareng. Sisanya...lo abisin waktu lo bareng cowok ngga jelas itu," ujar Max panjang lebar. Yuki menatap Max sebentar lalu kembali kepekerjaannya, menulis nama diundangan pertunangannya dengan Al.
"Gue yakin lo udah gede. Bisa ngebedain mana yang baik dan mana yang buruk. Gue harap, pilihan lo ngga salah. Tapi, kalo dia sampe nyakitin lo, gue ngga akan ngebiarin cowok berengsek itu hidup tenang," ujar Gio. Yuki terkekeh geli.
"Gue tahu kalian semua sayang banget sama gue. Thanks ya, miss you guys..." ujar Yuki seraya memeluk sahabat-sahabatnya.
"Gimana dengan Stefan?" tanya Chika pelan. Yuki menoleh pada Chika. Lalu berpikir sejenak.
"Gue masih belum bisa ngehubungin dia," ujar Yuki pelan.
"Iya, kita kehilangan kontak sama dia." tambah Gio.
Semuanya terdiam. Disaat semuanya larut dalam pikiran masing-masing, tiba-tiba terdengar derap langkah mendekati mereka. Yuki dan lainnya melihat siapa yang datang ke arah mereka. Seorang gadis berambut panjang tersenyum ke arah mereka. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Bingung. Siapa gadis didepan mereka saat ini.
"Hai, saya Ariel. Kamu Yuki kan?" tanya Ariel sambil tersenyum ke arah Yuki. Yuki mengangguk pelan. Ariel berjalan mendekat.
"Saya bisa bicara sama kamu?" tanya Ariel lagi. Yuki menoleh pada Nina, meminta pendapat. Nina mengangguk kecil.
"Mau bicara apa ya?" tanya Yuki balik sambil melirik ke arah Gio.
"Bisa kita bicara hanya berdua?"
"Maaf, saya kemari bersama sahabat-sahabat saya. Jadi saya pikir tidak masalah kita bicara disini. Itu pun kalau Anda tidak keberatan," ujar Yuki.
"Baiklah. Boleh saya duduk disini?" tanya Ariel sembari mengambil kursi disebelah Max. Posisi duduknya berhadapan dengan Yuki. Yuki hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Ariel berdehem kecil.
"Sebelumnya saya minta maaf, karena sudah mengganggu waktu kalian. Tapi, saya harus membicarakan hal ini," ujar Ariel. Wajahnya terlihat serius. Begitu juga dengan Gio, Max, Nina, dan Chika. Mereka pun terlihat penasaran menunggu apa yang akan dibicarakan oleh gadis itu.
"Kedatangan saya kemari ada hubungannya dengan Al." ujar Ariel pelan. Yuki sedikit terkejut mendengar nama Al disebut.
"Saya tahu kamu ada hubungan spesial dengan Al. Iya kan?" tanya Ariel. Mata Yuki menyipit, menyelidiki maksud ucapan Ariel.
"Al pacar sahabat kami, Yuki." ujar Gio menjawab pertanyaan Ariel. Ariel tersenyum kecil.
"Saya adalah calon istri Al. Rencananya minggu depan kami akan menikah. Tapi, tiba-tiba saya mendapat berita kalau dia saat ini sedang ada hubungan dengan seorang gadis. Dan itu kamu, Yuki." jelas Ariel. Yuki kaget. Begitupun Gio, Max, Nina dan Chika. Mereka benar-benar syok mendengar ucapan Ariel. Yuki menatap Ariel tidak percaya. Ia tersenyum kecil yang mencerminkan ketidakyakinan.
"Ngga mungkin. Karena minggu depan kami akan melangsungkan pertunangan." ujar Yuki pelan.
"Maaf. Tapi itu kenyataannya. Saya tidak tahu kenapa Al melakukan ini pada saya. Meskipun begitu saya sudah memaafkan Al dan memutuskan untuk menerima Al kembali. Jadi saya mohon dengan kamu, lupakan Al. Lupakan pertunangan kalian. Karena Al akan menjadi suami saya." ujar Ariel panjang lebar. Bagai ditusuk beribu jarum dihatinya, Yuki merasakan begitu teramat sakit sekarang. Ia hanya diam membisu. Syok.
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceSaat engkau mencintai seseorang, katakanlah... sebelum akhirnya ia pergi dan kau menyesal...