Yuki sedang terbaring di ranjang. Lagi-lagi ia pulang dalam keadaan mabuk seperti biasa. Stefan memandangi Yuki lekat. Waktunya di Jakarta sebentar lagi, tapi ia merasa begitu sulit untuk pergi. Stefan merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya.
"Halo...sepertinya saya belum bisa pulang dalam waktu dekat ini. Masih ada urusan yang harus saya kerjakan," ujar Stefan. Stefan diam sejenak. Ia kembali memandang Yuki.
"Iya, saya mengerti." ujar Stefan seraya memutuskan komunikasinya. Stefan mendekati Yuki. Ia mengusap lembut puncak kepala Yuki.
"Maafin aku, Ki." lirih Stefan. Stefan beranjak dari duduknya namun langkahnya terhenti karena tiba-tiba Yuki memegang tangannya.
"Jangan pergi... Aku mau kamu tetap disini..." ujar Yuki pelan dengan matanya yang masih terpejam.
Stefan tersenyum kecil. Lalu ia pun kembali duduk dan mengusap lembut kepala Yuki. Malam semakin larut. Stefan mulai merasakan kantuk. Ia pun tertidur di sebelah Yuki karena gadis itu tidak melepaskan pegangannya. Yuki membuka matanya perlahan. Ia memandangi Stefan yang tertidur pulas di sebelahnya. Yuki tersenyum kecil. Perlahan Yuki menyentuh wajah Stefan.
"Terima kasih...karena kamu tetap tinggal disamping aku..." lirih Yuki. Airmata menetes pelan dari sudut mata Yuki. Perlahan ia pun memejamkan matanya. Hingga keduanya benar-benar larut dalam tidurnya.
= * =
Pagi-pagi sekali Yuki sudah bangun. Ia memasak nasi goreng untuk sarapan paginya bersama Stefan. Setelah semua tersaji di atas meja, Yuki buru-buru membangunkan Stefan. Yuki berjalan ke arah tempat tidur dan memperhatikan Stefan yang masih tertidur pulas. Sebuah senyuman jahil tersungging di bibir Yuki. Perlahan Yuki mendekatkan wajahnya ke telinga Stefan. Ia menarik napas panjang.
"Stefaaaann...ayoooo baaanguuun..." teriak Yuki tepat di telinga Stefan.
Kontan saja itu membuat Stefan terperanjat kaget dari tidurnya. Dengan wajah yang kesal ia mengusap telinganya berulangkali. Hahaha... Gelak tawa Yuki memenuhi ruangan kamar. Stefan mendengus kesal.
"Kamu apa-apaan sih. Aku masih ngantuk," ujar Stefan seraya berbaring lagi dan menarik selimutnya. Mata Yuki menyipit menatap Stefan kesal.
"Cepat bangun..." paksa Yuki sambil menarik selimut Stefan. Stefan tetap diam. Bukannya membuat Stefan bergerak justru Yuki yang terjatuh tepat di atas tubuh Stefan. Mata Yuki membulat sempurna. Ia berusaha bangkit tapi begitu sulit.
"Lima menit lagi," ujar Stefan pelan. Yuki pun terdiam. Ia meletakkan sebelah pipinya ke dada bidang Stefan.
"Aku udah siapin sarapan buat kamu," ujar Yuki pelan.
"Hemm...memangnya kamu bisa masak?" tanya Stefan yang terdengar mengejek. Stefan tertawa kecil.
"Hei...masakan aku ngga kalah sama masakan chef bintang lima," ujar Yuki. Stefan tertawa geli, ia membuka kedua matanya.
"Aku jadi penasaran pengen nyobain masakan kamu," ujar Stefan seraya berdiri dari tempat tidurnya.
Stefan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian ia sudah duduk di atas meja makan. Yuki meletakkan sepiring nasi goreng di depannya. Stefan menunduk, mencium aroma nasi goreng buatan Yuki.
"Kelihatannya enak," ujar Stefan seraya memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya dan mengunyahnya perlahan. Yuki menunggu respon Stefan dengan perasaan berdebar. Seulas senyuman tersungging dibibir Stefan.
"Enak!" ujar Stefan seraya mengangkat ibu jarinya ke atas. Yuki tertawa senang. Masakannya tidak sia-sia. Stefan menyukainya. Ia memakan lahap nasi gorengnya.
"Hari ini aku free. Gimana kalo kita jalan-jalan," ujar Stefan.
"Emangnya kamu mau jalan kemana?" tanya Yuki.
"Ehmm...kemana aja kamu mau." ujar Stefan. Yuki tersenyum.
"Oke. Kita akan ke mall. Aku mau beli sesuatu," ujar Yuki. Stefan pun mengangguk setuju. Mereka sepakat akan pergi ke mall hari ini.
= * =
Yuki dan Stefan sudah tiba ke mall. Keduanya pun berjalan sambil melihat-lihat, mungkin ada sesuatu yang menarik. Dari kejauhan, seorang wanita menatap Yuki lekat. Ia pun mendekati Yuki.
"Hai, Ki. Apa kabar?" tanya wanita itu. Yuki menoleh dan sedikit terkejut melihat wanita itu. Namun sesaat kemudian ia tersenyum.
"Hai, Riel. Aku baik. Udah berapa bulan?" tanya Yuki sambil mengusap lembut perut Ariel. Ariel tersenyum.
"6 bulan. Udah lama ya kita ngga ketemu," ujar Ariel. Yuki mengangguk.
"Iya. Terakhir kali di rumah sakit waktu kamu melahirkan. Ehmm...kamu sendirian?" tanya Yuki. Ariel menggeleng pelan.
"Ngga. Aku sama Al. Kamu bersama..." Ariel menggantung kalimatnya lalu melirik Stefan.
"Kenalin, ini Stefan..." ujar Yuki.
"Hai, saya Stefan. Saya...tunangannya Yuki." ujar Stefan. Yuki langsung memandang Stefan. Apa yang ia katakan? Tunangan? Yuki meringis pelan. Ariel tersenyum senang.
"Sayang... Apa udah... Yuki?" ujar Al pelan. Ia tampak terkejut melihat kehadiran Yuki dihadapannya sekarang. Yuki tersenyum kecil.
"Hai, Al. Apa kabar?" tanya Yuki. Al tersenyum tipis.
"Baik." jawab Al pendek.
"Hai, Tante?" sapa seorang anak lelaki kecil.
"Hai, jagoan. Apa kabar, sayang?" tanya Yuki sambil menyentuh pipi anak itu lembut.
"Baik. Tante tambah cantik aja. Oh ya, aku pengen nunjukin sesuatu sama tante," ujar anak itu seraya menarik tangan Yuki menjauh dari Stefan dan lainnya.
"Oh iya, sayang. Kenalin, ini Stefan. Dia calon suaminya Yuki," ujar Ariel. Al tampak terkejut. Namun Stefan tersenyum kecil.
"Kami sudah kenal sebelumnya. Apa kabar, Al?" tanya Stefan seraya mengulurkan tangannya.
"Baik. Kapan kamu pulang dari Jerman?" tanya Al balik.
"Sudah beberapa hari ini," jawab Stefan. Tak berapa lama kemudian Yuki kembali sambil memegang es krim di tangannya.
"Lagi-lagi aku dipermainkan sama Arial." ujar Yuki seraya memberikan sebuah es krim pada Stefan. Arial tertawa senang.
"Makasih ya, tante, es krimnya." ujar Arial. Yuki mengangguk sambil tersenyum.
"Ehmm...kami harus pergi sekarang. Karena ada sesuatu yang ingin kami beli," ujar Yuki.
"Iya. Jangan lupa undangannya," ujar Ariel sambil mengedipkan matanya. Yuki terkekeh pelan.
"Gampang," ujar Stefan.
"Semoga diberi kelancaran," ujar Yuki seraya memeluk Ariel. Ariel mengangguk. Yuki dan Stefan pun pergi meninggalkan Al dan keluarganya.
"Kelihatannya Al masih cinta sama kamu," ujar Stefan. Yuki menoleh dan menatap Stefan lekat.
"Itu udah jadi masa lalu." ujar Yuki pelan.
"Iya, itu cuma masa lalu. Lagian sekarang kan kamu tunangan aku," ujar Stefan sambil tertawa kecil. Yuki melirik Stefan. Keduanya pun tertawa.
= * =
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceSaat engkau mencintai seseorang, katakanlah... sebelum akhirnya ia pergi dan kau menyesal...