-Happy reading-
ㅁ.ㅁ
"Kak Jelita, pinjem sepatunya!"
Mengkerut heran. Gadis yang sedang memoleskan bedak di pipi itu mengerjap kaget ketika tiba-tiba saja seorang gadis berwajah pitih masuk ke dalam kamarnya.
"Emang sepatu kamu kenapa?"
"Kemaren pas pulang sekolah aku beli es krim, tapi si cecunguk Delvin malah jatuhin es krimnya ke sepatu aku." gadis itu mengerucutkan bibir begitu teringat kembali kejadiannya.
"Sepatu kamu 'kan banyak, nggak cuma satu."
Aqila menggaruk pelipis. Meringis kecil menatap kakak perempuannya. "Iya sih, tapi aku males makenya. Mau pinjem punya kakak aja."
Menghela napas pelan. Sudah menjadi kebiasaan sebenarnya. Aqila memang suka meminjam barang-barangnya. "Yaudah, ambil tuh di rak!"
Dengan senyum yang mengembang, Aqila langsung bergegas mengambil sepatu Jelita yang tertata rapi di rak sepatu pojok kamar.
"Makasih kakak ku yang cantik!" gadis mungil itu langsung melesat pergi dari kamar Jelita.
Jangan heran kenapa Aqila meminjam sepatu Jelita. Meskipun Jelita seorang kakak dan lahir lebih dulu dari Aqila, sebenarnya ukuran tubuh mereka sama. Jelita sering diejek oleh teman-temannya kalau dia tidak pernah tumbuh. Ukuran badannya masih sama seperti bocah SMP. Dan ketika sudah diejek, maka Jelita hanya akan menjawabㅡ“Pendek, berarti awet muda.”
Meja berbentuk persegi panjang itu dikelilingi oleh para anggota keluarga Prasetya. Ketika sedang sarapan, suasana akan menjadi hening karena pesan sang kepala keluarga, tidak ada yang boleh bicara ketika sedang makan. Dan itu dipatuhi semua orang.
"Aqila mau berangkat sama Papa?" tanya Prasetya setelah menyelesaikan sarapannya.
"AQILA!! AYO BERANGKAT!!!"
Teriakan berasal dari depan rumah membuat semua orang termangu. Mereka mengerjap kaget karena teriakan itu benar-benar nyaring.
"Papa udah tau sendiri kan jawabannya. Makhluk astral udah nunggu di depan." Aqila beranjak dari kursi. Menyandang tasnya kemudian menghampiri kedua orang tuanya untuk berpamitan.
Makhluk astral yang ia maksud adalah Delvin. Dan berarti orang yang berberteriak memanggil Aqila adalah cowok itu. Sudah menjadi rutinitas cowok itu untuk menjemput Aqila.
"Ciee..." ejek Jelita bermaksud menggoda. Tapi yang dia dapat adalah tatapan kesal dari Aqila.
"Aqila berangkat dulu, Pa-Ma."
Setelah mencium punggung tangan kedua orang tuanya, Aqila segera melesat pergi dan merutuk dalam hati kalau dia akan menjitak kepala Delvin.
Sepeninggalnya Aqila, Jelita ikut beranjak karena dia juga harus segera berngkat ke sekolah. Pagi ini jadwal pelajaran pertama adalah matematikaㅡpelajaran kesukaan Jelita, karena itu dia harus berangkat lebih pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us[✔️]
Teen FictionCerita tentang remaja yang terbelit dalam hubungan cinta dan teman. [Completed] ©2019 indashaa__