Happy Reading( ˘ ³˘)♥♥.♥
Dengusan napas kasar berkali-kali keluar dari sela-sela deru napas Sesyl. Berkali-kali pula dia menghentakan kaki jenjangnya ke atas tanah yang menjadi pijakannya sekarang. Kesal, itulah yang bisa menggambarkan suasana hatinya sekarang.
Mata sipitnya untuk kesekian kalinya melirik ke arah jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangannya. Lagi-lagi waktu lima menit telah berlalu, sekarang totalnya menjadi lima belas menit.
Sudah lima belas menit dia berdiri kaku di parkiran sendirian yang sudah sepi, tapi orang yang ditunggunya belum juga menampakan diri. Sebenarnya Deffan kemana? Kenapa belum juga keluar dari kelasnya, padahal semua teman-temannya sudah pulang. Pikiran Sesyl kabut.
Dia sudah lelah menunggu. Jika memungkinkan untuk pulang lebih dahulu dan meninggalkan Deffan, maka sudah dia lakukan sekarang. Masalahnya jarak gedung sekolahnya dengan jalan raya lumayan jauh. Dia malas menghabiskan tenaga untuk berjalan mencari kendaraan umum. Karena itu dia memilih untuk tetap berdiri disana menunggu Deffan datang.
Sudah berkali-kali juga dia mengirim pesan pada Deffan dan menanyakan keberadaannya, tapi cowok itu mengatakan kalau dia sedang piket. Piket apa sampai selama itu?
Lagi, Sesyl mendengus kesal. Kakinya terasa pegal karena berdiri terlalu lama. Karena itu dia memutuskan untuk duduk diatas motor Vespa Deffan yang masih terparkir.
Baru tiga detik bokongnya menyentuh permukaan jog motor Deffan, suara seseorang membuat Sesyl kembali bangkit karena kaget.
"Hai, Syl!"
Seorang cowok bertubuh tak lebih jauh tinggi darinya menyapa dengan memberikan senyumanㅡmembuat mata sipit cowok itu hanya tinggal segaris saja.
"Em, Ruri. Ada apa?" balas Sesyl kaku. Setelah beberapa minggu ini Ruri tak lagi mengganggunya, tiba-tiba saja sekarang berdiri dihadapannya. Sedikit mengejutkan. Dia pikir Ruri tidak akan lagi mengejarnya.
"Lagi nungguin Deffan?" tanya Ruri. Dengan melihat Sesyl yang berdiri tepat di sebelah motor Deffan sebenarnya sudah membuatnya mendapatkan jawabannya. Hanya saja dia ingin memastikan.
Sesyl hanya memberi anggukan kepala sebagai tanggapan.
"Gue lihat lo makin deket sama Deffan. Udah buka hati buat Deffan?" tanya Ruri lagi. Kali ini ada yang sedikit berbeda dari nadanya. Memang tidak kentara, tapi Sesyl menangkap ada nada tak suka dari pertanyaan Ruri.
Sebelum Sesyl sempat memberikan jawabannya, Ruri lebih dulu kembali mengatakan sesuatu. "Sebelum lo beneran nerima Deffan, sebaiknya lo tau sesuatu tentang dia."
"Maksud lo?"
"Sesyl, lo tuh belom tau banyak tentang Deffan. Tapi ada satu hal yang perlu lo ketahui, dan ini sangat penting."
Perkataan Ruri sukses membuat dahi Sesyl mengkerut. "Apa?" tanyanya penasaran.
"Temui gue nanti malem di Cafe deket SMA Langit Biru, gue bakal ceritain yang gue tau tentang Deffan sama lo."
"Gue nggak bisa," sergah Sesyl cepat. Dia tidak bisa mempercayai ucapan Ruri begitu saja.
"Kenapa? Lo nggak percaya sama gue?" tanya Ruri merasa tak senang dengan jawaban Sesyl. "Gue bisa jamin kalo gue nggak akan ngarang cerita tentang Deffan. Lo tau 'kan kalo gue ini temen satu SMP dia, jadi gue tau sedikit lebih banyak tentang dia dari pada lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us[✔️]
Teen FictionCerita tentang remaja yang terbelit dalam hubungan cinta dan teman. [Completed] ©2019 indashaa__