Between Us || 06

696 123 4
                                    

Happy Reading

ㅁ.ㅁ

Gadis berkulit putih nampak berjalan dengan langkah kecil menyusuri jalanan komplek. Rambut hitam panjangnya dibiarkan tergerai hingga menutupi punggung. Sementara telinganya tersumpal oleh benda berkabel yang terhubung dengan ponsel yang bisa menyalurkan alunan musik.

Bibir tipisnya sesekali ikut bergerakㅡbersenandung mengikuti irama yang mengisi ruang pendengarannya.

Pagi-pagi sekali Kinara sudah diminta untuk pergi ke minimarket oleh Mamanya. Persediaan makanan di rumah sudah habis, berhubung Bi Marniㅡasisten rumah tangganya itu harus mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, terpaksa dia sendiri yang harus turun tangan untuk membeli semua bahan makanan yang sudah habis.

Jarak minimarket dengan rumahnya memang tidak terlalu jauh, kurang lebih hanya setengah kilometer saja. Sebenarnya itu cukup jauh bagi Kinara, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa mengendari mobil ataupun motor. Sopir di rumahnya juga sedang mengantarkan Mamanya ke restoran milik mereka. Terpaksalah dia harus jalan kaki, itung-itung ini juga olahraga paginya.

Papa Kinara sangat protektif terhadap anak perempuan satu-satunya. Dia tidak pernah memperbolehkan Kinara untuk belajar mengendari motor ataupun mobil karena takut akan terjadi sesuatu yang buruk nanti. Dulu saat masih kecil Kinara pernah jatuh dari sepeda hingga membuat kepalanya terluka dan mendapat jahitan di sana. Mungkin itu alasan kenapa Papanya tidak pernah mengizinkan Kinara mengendarai mobil ataupun motor.

Di sepanjang jalan yang Kinara lewati tidak sepi. Banyak orang-orang yang sedang jogging atau sekedar berjalan santai seperti dirinya. Saat ini dia sedang melewati taman yang biasa digunakan anak-anak muda untuk berkumpul. Di sana sangat ramai, apalagi ini akhir pekan. Tentu banyak orang yang menikmati pagi mereka dengan jalan-jalan.

Perjalanan pulang Kinara baru setengah jalan, tapi dia sudah merasa kelelahan. Napasnya mulai memburu dan juga kakinya sedikit pegal. Apalagi kini kedua tangannya membawa dua kantong plastik besar yang berisi bahan masakan yang tadi dia beli. Benda itu juga menambah beban kakinya yang sedang berjalan.

Gadis berambut panjang itu berhenti sejenak. Berusaha mengatur napas yang sudah ngos-ngosan. Mengusap peluh di dahi dengan punggung tangannya. Ini benar-benar sudah seperti olahraga bagi Kinara. Biasanya dia sangat malas kalau dipaksa untuk jongging di akhir pekan. Dia akan lebih memilih memperpanjang waktu tidurnya. Tapi sekarang dia sudah seperti sedang jogging.

Kening gadis itu mengernyit begitu alunan musik berhenti mengisi ruang pendengarannya. Kinara meletakan kantong plastik belanjaannya di bawah, kemudian merogoh ponsel di dalam saku hoodie abu-abu yang ia kenakan.

"Kenapa musiknya bisa mati?" gumamnya penuh tanya. Pasalnya musik yang dia putar tiba-tiba berhenti begitu saja. Padahal tidak ada telepon ataupun chat yang masuk.

Kinara mendengus, melepas headset dari telinganya kemudian menyimpannya ke dalam saku hoodie bersama ponselnya. Kakinya kembali melangkah setelah mengambil lagi kantong plastik yang sempat dia letakan di atas jalan.

Tapi tiba-tiba seseorang menubruk tubuhnya dari belakang. Membuat gadis itu terhuyung dan akhirnya jatuh di atas aspal. Kantong plastik belanjaannya pun ikut jatuh. Untung saja isinya tidak berserakan ke mana-mana. Sekarang dirinya menjadi pusat perhatian oleh orang sekitar taman.

"Maaf, gue nggak sengaja."

Seseorang mengulurkan tangannya ke arah Kinara yang jatuh terduduk. Gadis itu tak kunjung merespon. Dia sibuk menunduk mengamati kakinya, takut kalau ada lecet di sana. Meskipun tidak ada, tapi rasa sakit karena jatuh di atas aspal itu membuat Kinara meringis.

Between Us[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang