Between Us || 04

922 124 20
                                    

Happy Reading

ㅁ.ㅁ

Mata sipit itu mengerjap perlahan kemudian mulai terbuka. Yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit kamarnya. Bola matanya begerak ke arah jam yang bertengger di dinding kamar. Masih pukul satu pagi dini hari dan dia sudah terbangun ditengah tidurnya.

Gadis bermata sipit itu mendengusㅡmenyibakan selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian mengubah posisi menjadi duduk. Ini bukan yang pertama kali dia terbangun di tengah-tengah tidurnya. Hampir setiap hari dia tidak bisa tidur dengan nyenyak dan selalu terbangun ditengah malam. Entah apa penyebabnya, dia sendiri juga tidak tau.

Sesyl memutuskan untuk turun dari tempat tidur karena tiba-tiba dia merasa haus. Kemudian dia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum.

Saat langkahnya melewati ruang tengah, bau alkohol langsung menyeruak ke indra penciumannya. Dahi Sesyl mengernyitㅡmerasa tidak nyaman dengan bau seperti ini. Pandangannya menangkap siluet seseorang sedang duduk di sofa dengan sebatang rokok yang menyala di tangannya.

Gadis bermata sipit itu menghela napasㅡjengah melihat pemandangan di depannya. Kenapa setiap kali dia terbangun di tengah malam, kebetulan Papanya baru saja pulang dari aktifitas bersenang-senangnya? Dia benar-benar muak melihat Papanya yang setiap hari pulang lewat tengah malam dan selalu dengan kondisi mabuk-mabukan.

Tidak mau peduli dengan apa yang dilakukan Papanya, Sesyl kembali melangkah menuju dapur.

"Ambilin Papa minum."

Suara datar bernada perintah itu berhasil menghentikan langkah Sesyl. Dia hanya melirik sekilas ke arah Papanya, selanjutnya dia kembali melanjutkan langkahnya.

Sesyl menuangkan air dari teko ke dalam gelas, kemudian dia langsung meminumnya. Gadis bermata sipit itu berhenti sesaat. Pandangannya menatap kosong gelas yang airnya sudah tandas ke dalam perutnya. Ada sesuatu yang sedang dia pikirkan. Dia ingin bicara dengan Papanya dan meminta Papanya untuk berubah, tapi dia sama sekali tidak punya keberanian untuk melakukan itu.

Jujur saja, Sesyl takut ketika berhadapan dengan sang Papa. Waktu itu dia sudah pernah mencoba untuk bicara dengan Papanya, tapi yang dia dapat malah pukulan. Kejadian itu membuat Sesyl tidak berani lagi untuk bicara pada Papanya.

"Sesyl!"

Seruan itu berhasil membuat Sesyl tergelakㅡtersadar dari lamunannya. Dengan cepat-cepat dia langsung menuangkan air ke dalam gelas yang lain. Kemudian dia bergegas pergi dari sana untuk memberikan air itu kepada Papanya. Dia tidak mau membuat Papanya menunggu lebih lama lagi.

"Kenapa lama banget sih?!"

Sesyl tidak berani menatap ke arah wajah Papanya yang mulai kesal. Dia hanya berani mengulurkan tangannya untuk memberikan gelas yang sudah dia isi air kepada Papanya.

Setelah gelas itu berhasil Papanya terima, Sesyl masih berdiri di sana. Entah kenapa tiba-tiba dia kesulitan untuk mengangkat kakinya. Dia masih terpikirkan untuk berbicara dengan Papanya. Tapi bibirnya terasa kaku dan sulit digerakan.

"Kenapa masih di sini?!"

Sentakan itu berhasil membuat Sesyl mengangkat kepalaㅡtatapannya beradu pandang dengan sang Papa. Tapi detik berikutnya Sesyl kembali menunduk. Dia tidak berani terlalu lama bertatapan dengan sang Papa.

"Kamu mau ngomong apa?!"

Lagi-lagi Sesyl hanya bisa diam. Dia benar-benar tidak bisa berkutik di depan Papanya. Kalau di belakang Sesyl selalu mengutarakan kebenciannya kepada sang Papa secara diam-diam, berbeda ketika Sesyl dihadapkan langsung dengan Papanya. Dia merasa kecil dan tidak berdaya. Rasa takut selalu lebih dulu menyelimuti dirinya.

Between Us[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang