Anneyeong yeorobun!
Selamat tengah malam 👀🌚
Aku update wohooooo!!!
Semoga ada yang masih Setia menanti dan tak pindah ke lain hati
Eak!Btw ini uda mulai-mulai konflik hendak kunaikkan yaaaa
Jadi siap-siap gaes!Oke, as always, voment jan lupa amd yaaaaa
Happy reading! 😘♥****
Masih di pagi yang sama, namun di sisi lain Kota Seoul, seorang lelaki tua dengan sebuah tongkat di tangan terlihat berdiri, memandangi hamparan rumput hijau di seberang kaca yang berdiri tegak di hadapannya. Sementara itu, seorang lelaki muda nan rapi tampak berdiri di belakangnya, menunggu dengan sabar kalimat yang sedari tadi tak jua diutarakan oleh sang tuan.Ia Kim Doyoung, tangan kanan Tuan Oh yang merupakan seorang pebisnis andal dan terkenal di Korea. Mereka sudah berbicara selama hampir sepuluh menit, namun tampaknya apa yang menjadi inti pembicaraan mereka sama sekali belum membuahkan hasil. Terlihat dari bagaimana wajah pria tua itu yang menampilkan raut kesal dan berpikir keras sedari tadi.
"Ehem..." Oh Jae Seok berdehem sebentar kemudian berbalik, menghadap pada sang bawahan yang masih berdiri tegak.
"Interen Kim, apa menurutmu aku benar-benar bisa mempercayakan semuanya pada anak itu?"
Pertanyaan Jae Seok tersebut sepertinya sudah ditebak oleh Doyoung. Ia merespon dengan mengulum bibirnya sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Anda tentu tahu bagaimana pendapat saya, Tuan Oh."
Jae Seok tertawa masam. "Kau tidak pernah mempercayai cucuku itu, aku tahu."
Doyoung sama sekali tak ikut tertawa, atau sedikit memberikan senyum. Ia terlihat begitu serius dengan wajah dua belas pasnya itu.
"Oh Ayolah! Doyoung-ssi, kau sudah kuanggap seperti cucuku sendiri. Tidak bisakah kau sedikit lunak dengan Sehun? Usia kalian bahkan tak terpaut jauh."
Lelaki bersurai pekat itu menatap sang tuan lama, seperti tersentuh oleh penggalan akhir dari kalimat pertama Jae Seok tadi. Sebelum akhirnya, ia mengerjapkan mata dan cepat-cepat memutar bola matanya, melihat ke arah lain.
"Saya tidak benar-benar membencinya tuan, saya hanya merasa tidak bisa terlibat terlalu banyak dengan tuan muda. Perilaku dan kebiasaannya sangat bertolak belakang dengan saya."
Jae Seok mengangguk-angguk lalu bergerak, mengambil posisi duduk di salah satu sofa yang ada di kamarnya tersebut.
"Harusnya aku mempersiapkan diri, bagaimana pun darah yang mengalir di tubuhnya bukan hanya milikku. Sikap kekanakan dan keras kepalanya itu, jelas bukan diturunkan dari puteraku. Dasar wanita murahan itu!"
Doyoung tak merespon, ia tahu persis jika sang tuan sudah bicara dengan emosi seperti ini maka bukan suatu hal yang baik jika ia menjadi lawan bicara yang banyak suara. Ia cukup diam dan mendengarkan.
"Tapi kembali lagi, aku tidak mungkin menyerahkan segala hal yang telah kubangun ini ke orang lain. Aku harus memberikannya langsung pada keturunannku sendiri."
Jae Seok membuka sebuah tablet yang tadinya tergeletak di atas nakas. Laki-laki tua itu mengutak-atik display besar di depannya itu kemudian kembali menoleh pada sang kepercayaan.
"Aku sudah meneleponnya tadi, dan seperti biasa, anak itu selalu berhasil membuat hipertensiku kumat. Untung, Dokter Ong berada di sini dan langsung menanganiku tadi. Ah iya, ngomong-ngomong, bagaimana keadaannya? Aku sampai lupa menanyakannya langsung tadi. Ah! Anak itu selalu memicu amarahku, sampai aku lupa menanyakan hal sepenting itu." Terlihat jelas, raut penyesalan dan sedikit cemas menguap di mimic Tuan Oh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Philanderer [ Oh Sehun - Kim Sejeong ] - [COMPLETED]
Fanfiction[SUDAH TERBIT - SALINEL] WARNING 20+ (Mature Content) Follow dulu sebelum membaca, ada beberapa part diprivate secara acak. Sinopsis: Oh Sehun menyukai wanita melebihi apapun dan sialnya Tuhan terlalu baik padanya. Ia memiliki segalanya, mulai dari...