Chapter 8: Danger

3.7K 473 73
                                    

Selamat buka puasa gaes!
Bukalah dengan yang manis2 bukan yang bejad2 ya😂

Btw, bagi kalian yg baca part ini pas lagi puasa, please dipending dulu bacanya entar aja malaman ya. Sehabis buka.

Soalnya ada bagian2 tertentu yang sedikit berbahaya😂 iya berbahaya sama kaya judulnya.

*
*
*

Don't forget to vote and give comments guys!

Aku sedih kenapa banyak siders😭

Happy reading~

*
*
*

****

Dimensi waktu seolah bergerak begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimensi waktu seolah bergerak begitu cepat. Pagi berangsur siang dan sebagian dunia yang terang pun berganti menjadi landscape beratapkan langit kelam.

Tak terkecuali sisi yang Sehun tinggali, dari balik dinding kaca tembus pandang yang ia pandangi, terlihat bagaimana hamparan gedung pencakar langit berlampukan warna-warni dikangkangi pekatnya malam. Jalanan dengan beragam benda bermesin yang hilir mudik pun menambah semarak, semakin meneguhkan jika Seoul adalah kota yang pantas disebut sebagai nadinya Korea.

Sehun menghela napas sebentar, tiba-tiba saja suasana membuat sebuah ingatan muncul di kepalanya. Dari rautnya, terlihat jelas jika ia tak begitu senang dengan hal yang sedang dipikirkannya. Ia tampak berusaha membuang jauh-jauh perasaan sentimentil yang kian menyeruak lantas berbalik, memunggungi pemandangan indah yang sedari tadi memanjakan penglihatannya tersebut dan bergerak mendekati sebuah lemari.

Sedikit ragu, Sehun sempat hanya berdiri tercenung di depan benda tinggi berisi beberapa rak itu. Matanya terus berfokus pada satu titik yang terlihat seperti album foto lusuh, tak begitu terawat namun sepertinya berisi tentang hal yang begitu penting baginya.

Entahlah, benda tersebut bisa digolongkan penting atau tidak karena nyatanya Sehun sama sekali terlihat enggan kala membukanya. Ya, ia sudah yakin untuk melihat isinya sekarang.

Ternyata, isinya adalah beberapa foto masa kecilnya.

Memang, tak ada yang berubah semenjak pertama kali ia melihat benda tersebut, dulu. Termasuk dengan perasaan aneh yang masih terasa sama di tiap kali ia membukanya.

Lucu sekali, Sehun mungkin menjadi satu-satunya orang yang membenci foto masa kecilnya.

Terutama ketika sepasang netranya jatuh pada sebuah foto keluarga. Foto itu terlihat normal dengan sepasang suami isteri yang duduk bersebelahan. Si isteri begitu cantik dengan seulas senyum menawan dan sebelah tangan yang menopang tubuh bocah laki-laki di pangkuannya. Sementara suami terlihat sedikit kaku dan memaksa seulas senyum simpul, masih tampak begitu berwibawa meski tangannya juga memegangi tubuh mungil sang putra. Mereka bertiga, terlihat begitu harmonis.

The Philanderer   [ Oh Sehun - Kim Sejeong ]  -  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang