Chapter 24: Hurt

2.5K 314 64
                                    

Setelah beribu purnama, akhirnya kukembali.

Maaf kalau kalian lama nunggunya karena memang aku untuk rebahan aja susah sekali. Hiks! Nguli tak berkesudahan gaes demi masa depan yang cerah! Eak~

Btw, part ini aku gak bisa masukin gambar apapun ya karena memang aku posting ini nyambilan dinas malam gaes. Doain ya next aku bisa up lebih teratur, terutama di bulan depan inshaallah setelah aku resign di kerjaanku yang di RS ini.

Iya, aku resign karena mau fokus buat lanjut kuliah. Jadi aku ngejob di sekolah aja dulu. Yang di sekolah belum resign, entar nyusul aja wkwk.

Btw, seperti biasa ya. Sebelum baca vote dulu dan banyakin ngebacotnya biar aku makin gereget dan ngegas pen nulis lagi. Ah iya, doain juga yaaa aku sehat terus dan bisa ngupdate lagi nanti.

Aku juga doain kalian sehat dan bahagia selalu.

Happy reading~

****

Langit kemerahan yang sedari tadi Sehun pandangi tak jua membuatnya bergerak dan menyadari jika sebentar lagi malam akan tiba. Sehun masih berdiri tercenung, menghadap pada dinding kaca rumah sakit yang membuatnya seolah menghadap secara langsung pada bentangan pemandangan di bawah gedung berlantai dua puluh yang ia pijaki saat ini.

"Woah! Lihatlah apa yang terjadi di sini?!"

Sebuah suara dari punggungnya tak juga membuat Sehun berbalik.

Sementara si pemilik suara terlihat heran dan lekas menghampiri Sehun, merampas segelas wine yang sedari tadi ditenteng laki-laki itu lalu mengendus-endus udara di sekitarnya.

"Aku yakin kau tidak mabuk hanya karena ini." Kai, laki-laki yang baru saja tiba tersebut tampak sibuk menghitung beberapa botol wine dan bir yang tergeletak di lantai. Sementara Sehun masih belum menanggapinya, terlihat sibuk dengan isi kepalanya sendiri.

"Ya! Ngomong-ngomong dari mana kau dapat ini semua? Kenapa kamarmu seberantakan ini? Apa rumah sakit ini membiarkan pasien melakukan ini semua?" Bagai air mengalir, Kai terus saja menjejal pertanyaan-pertanyaan yang lama-kelamaan mulai mengusik Sehun.

"Bagaimana bisa perawat-perawat itu membiarkanmu minum sebanyak ini?"

Sehun bergeming.

"Dan apa ini?" Lelaki berkulit tan itu telah bergerak mendekati setumpuk pecahan kaca yang ada di lantai lalu berjongkok, mengamatinya dengan seksama. "Darah?" tanyanya dengan intonasi meninggi.

Entah karena sebatas risih atau sudah mulai kesal, Sehun akhirnya bergerak. Dirampasnya segelas wine miliknya dari tangan Kai lalu menenggaknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Kai menelisik temannya itu lalu mencoba membuat hipotesa sendiri.

"Kau dicampakkan?" tebaknya lalu sedetik kemudian ia menggeleng cepat. "Ah anni anni!"

Kali ini lelaki bermarga Kim itu telah bangkit, mengambil posisi duduk di sebuah sofa yang berada tepat di depan Sehun. Ah, entah sejak kapan laki-laki bermarga Oh itu telah duduk bersandar di sofa mahal tersebut.

"Atau ini masalah ibu dan kakekmu itu? Tapi darah itu, darah siapa? Darahmu?!" Rupanya Kai masih penasaran.

Sehun yang tadinya menengadahkan kepala ke langit-langit dengan kedua mata dipejam seraya duduk bersandar itu akhirnya memandang ke arah Kai. Namun, bukan tatapan persahabatan yang ia tunjukkan melainkan sorot mata lelah bercampur kesal yang sukses membuat Kai tersadar, jika bukan waktu yang tepat baginya untuk banyak bertanya karena sepertinya Sehun terlihat ingin menerkamnya hidup-hidup sekarang.

The Philanderer   [ Oh Sehun - Kim Sejeong ]  -  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang