20

6.3K 862 60
                                    

Bunda menghela nafas pelan, ia mengoleskan minyak kayu putih pada dada dan perut Jaemin. Pemuda itu nampak memejamkan matanya dengan keringat dingin yang terus mengalir dari pelipisnya.

Bunda tersentak begitu melihat Jaemin yang kembali bangkit dari tidurnya lalu berjalan cepat ke kamar mandi, dengan cepat Bunda menyusulnya.

Lagi-lagi Jaemin memuntahkan semua isi perutnya, Bunda nampak memijat tengkuk putra sulungnya itu dengan pelan.

Lalu kembali menuntunnya ke ranjang, Bunda membantu Jaemin berbaring pada ranjang. Lalu menyelimutinya hingga dada, Jaemin mulai kembali memejamkan matanya.

"Bunda gak nyangka kamu bisa ngelakuin hal itu,  Jaemin." Lirih Bunda.

Jaemin hanya terdiam, mencoba melawan pening di kepalanya. Juga perutnya yang seperti di aduk-aduk, pemuda itu beberapa kali mencoba menelan salivanya.

"Kenapa kamu__"

"Bunda please, Jaemin pengen istirahat." Potong Jaemin dengan nada serak.

Bunda menghela nafas pelan, ia tak henti-hentinya memandangi wajah lelah putra sulungnya itu. Bunda lalu mematikan lampu kamar Jaemin, lalu menyisakan lampu tidur di atas nakas Jaemin.

Bunda menyibakkan rambut yang menutupi wajah Jaemin, lalu mengecup singkat dahi milik pemuda itu.

"Bunda harap, kamu maklum, Jaemin. Jangan jadiin pertengkaran Bunda kemaren seakan-akan malah ngebuat kamu jadi tertekan."

****

Minhee berjalan pelan menuruni anak tangga, sampai saat ini ia masih seperti anak hilang di keluarganya sendiri. Setelah Jaemin pulang, pertengkaran hebat antara Papa dan Jaemin tercipta.

Minhee yang tidak tahu menahu tentang hal ini hanya bisa terdiam, tidak tahu ingin menengahi atau malah bertanya. Kini Bunda sibuk mengurus Jaemin, sedangkan Papanya membaca koran di ruang makan sembari meminum kopinya.

Minhee menghela nafas pelan, ia lalu berjalan melewati Papa. Tak ada kata yang terucap, Papa hanya sedikit melirik lalu melanjutkan aktivitasnya.

Minhee sedikit mendengus lalu mencicipi makanan yang dimasak oleh Bunda dengan sumpit yang sempat ia ambil tadi, namun pemuda itu malah terus menyuapkan sesuap demi sesuap kimchi itu kedalam mulutnya.

"Minhee... Kamu ambil pake piring sana!" Perintah Papa, Minhee hanya menoleh kemudian menghela nafas kasar.

"Udah habis!!" Seru Minhee sembari meletakkan sumpitnya dengan sedikit ia hentakkan hingga menimbulkan suara.

"Tadi sakit gigi sekarang udah makan aja." Lirih Papa dengan matanya yang kini teralih menatap ponselnya.

Minhee menatap Papa kesal, entahlah moodnya sedang tidak baik sekarang.

Minhee mendudukan dirinya di kursi, lalu memainkan ponselnya. Hanya bermain lock screen, membukanya lalu kembali menguncinya. Begitu pula seterusnya.

"Kamu lihat?!"

Minhee mendongakkan kepalanya begitu kalimat lantang itu menusuk indra pendengarannya, terlihat Bunda yang menatap Papa dengan tatapan tajam.

Papa melirik Minhee sekilas, lalu menghela nafas kasar. Bunda terkejut, ia lalu tersenyum halus pada Minhee.

"Kamu belum tidur?" Tanya Bunda.

Minhee hanya menggelengkan kepalanya, benar! Sangat benar ia seperti orang bodoh di sini. Ia kebingungan tanpa kejelasan.

Bunda lalu menghampiri Minhee yang nampak membisu, lalu mengangkat dagu Minhee. Minhee masih terdiam dengan pandangannya yang sendu.

[✓] What's Wrong : JaeminheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang