Setelah Papa pergi, suasana di dalam ruang inap Jaemin menjadi semakin sunyi tatkala Jaemin malah terdiam tidak mau bicara.
Entahlah apa yang di pikirkan oleh pemuda itu, lantasnya tidak ada yang mengetahui.
Minhee sejak tadi sibuk dengan tugas sekolahnya yang sempat ia ambil tadi, pemuda itu entah kenapa mendadak anteng dari biasanya.
"Bang Jaemin makan ya?" Tanya Bunda lirih.
Minhee yang mendengarnya menjadi menoleh, ia dapat melihat Jaemin yang terdiam dengan Bunda yang mengusap rambut halusnya beberapa kali.
"Jaemin..." Lirih Bunda mencoba sabar.
Namun nyatanya nihil, Jaemin sama sekali tidak menyahut.
Bunda menghela nafas pelan, di usapnya keringat dingin yang berangsur keluar dari pelipis putra sulungnya itu.
Minhee yang awalnya tengkurap di atas sofa menjadi bangkit, dan berjalan menghampiri Jaemin.
"Bang..." Panggil Minhee seraya memeluk Jaemin yang kini nampak memunggunginya.
Jaemin masih tidak menyahut, pemuda itu terlihat sedang merenung.
Minhee mengernyitkan dahinya sebal, lalu semakin mengeratkan pelukannya.
"Akhh! Sesak tauk!!" Pekik Jaemin sembari mencoba melepas lengan yang kini melingkar di lehernya namun sedikit menekan dadanya.
"Abang cerewet dulu Minhee baru mau lepasin!" Kesal Minhee sudah tidak mau tau.
Jaemin membelakkan matanya, "Lo neken bekasnya, njir! Sakit!" Keluh Jaemin pada akhirnya.
Minhee merenggangkannya, lalu mengerucutkan bibirnya. Pemuda itu ikut naik ke bangsal, lalu merangkul Jaemin dengan pelan. Jaemin menahan geli begitu Minhee membenamkan kepalanya tepat pada ceruk lehernya.
Bunda tersenyum tipis, lalu mengacak pelan rambut Minhee. Entahlah mereka berdua sedang apa, tetapi yang jelas keduanya memejamkan matanya.
"Bang, jangan kerasan-kerasan di sini!" Ucap Minhee pelan.
Jaemin membuka matanya, lalu tersenyum.
"Gue gak kerasan di mana-mana Sekarang." Sahut Jaemin.
"Abang takut sama Papa?" Tanya Minhee lagi.
"...." Jaemin hanya terdiam begitu Minhee menyebutnya, entahlah rasanya Jaemin seperti orang kebingungan.
Tapi kejadian itu membuatnya benar-benar merasa seperti orang bodoh, orang yang tidak dapat di beri kepercayaan.
"Jaemin!!"
Bruk!
"Minhee!"
"Astaga... Adek!"
Minhee langsung bangkit begitu panggilan itu terdengar, saking mendadaknya anak itu sampai terjatuh dari bangsal.
Ketiga orang yang kini berada di ambang pintu itu masih mematung di tempatnya, sedangkan Jaemin sampai bangkit dari tidurnya yang memang awalnya ingin menahan Minhee namun tidak berhasil.
Bunda masih terdiam memperhatikan pemuda yang kini nampak terduduk sembari diam memegangi bokongnya, pemuda itu menggigit bibir bawahnya.
Itu pasti sakit!
Jaemin menahan senyumnya, lalu menutup telinganya begitu dapat menebak apa yang akan terjadi nanti.
"AAA!! BUNDAA!!! BOKONG MINHEE SAKIT!! HIKS!! BANG JENO KURANG AJAR!!"
****
"Kok lu jadi ngambek sih, Min?"
Minhee masih terdiam dengan sorot matanya yang tajam, pemuda itu berusaha menghindari kontak mata pada pemuda yang kini nampak merayunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] What's Wrong : Jaeminhee
Fanfic❝Lo tanya kenapa gue benci banget sama lo?! Okey! Gue benci sama lo, Karena kita lahir dari rahim yang sama!!❞ ˚Start 25.08.19 [END] (Bukan BXB) copyright 2019 by fielitanathh