Wajah mereka sama-sama memerah, hingga pada akhirnya mereka sama-sama mengangkat senjata mereka ke udara.
Lalu mengayunkan benda yang sama-sama tajam itu dengan sangat kencang.
Clar!
Klang!
Jaemin dan Minhee sama-sama tersentak, mereka berdua mengalihkan pandangan mereka ke arah objek yang baru saja mereka tangkap.
"Kalian gila?!"
Jaemin dan Minhee terdiam, keduanya nampak menunduk menatap wanita berambut coklat kelam itu dengan tatapan malas.
Wanita paruh baya itu menatap Jaemin dan Minhee bergantian, lalu tangannya terulur untuk meraih dagu milik Minhee. Luka gores dan juga lebam itu tercipta di sana, tak berbeda jauh dengan luka di wajah Jaemin, namun tidak separah Minhee.
Wanita itu menghela nafas kasar sembari memijat pelipisnya pelan.
"Kalian ini kenapa sihh... tiap hari gak pernah akur, mana pake acara gebuk-gebukkan lagi. Kalo lagi ada masalah, di selesaiin baik-baik jangan malah pada berantem." Omelnya.
"Kita gak lagi ada masalah." Sahut Jaemin dengan nada datar.
"Ha?! Ngejawab?!" Sentak wanita itu.
Jaemin menggendikkan bahunya, "He'em, bunda kan tau kalo Jaemin baru aja ngejawab." Jawab Jaemin dengan santainya seakan tidak terjadi apapun.
Wanita paruh baya, atau lebih tepatnya Ibunda dari Jaemin dan Minhee itu mendengus lalu memilih diam daripada berdebat, yang ia perlukan hanya mengomel, bukan berdebat.
"Kalo gak ada masalah ngapain beranteeemm... Ya Tuhan..." Keluh Bunda sembari menarik rambutnya kebelakang.
"Lagi... pengen." Sahut Minhee dengan wajah tanpa dosa.
Bunda mendongak menatap Minhee nyalang.
"Adududududuh.... bunda luka adek perih, bundokter tolongin..." Rengek Minhee begitu menyadari Bunda yang baru saja ingin membuka mulutnya.
Minhee benar-benar tau jika Bundanya itu hendak mengomel sembari menghujat dia dan juga si sulung.
Jaemin hanya mendengus mendengar rengekkan Minhee, mata dinginnya menatap Minhee yang sedang sibuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya.
Tak lama Jaemin melihat Bundanya yang mengajak Minhee duduk di sofa, dan dia berdiri sendiri tanpa di perhatikan sama sekali.
"Hh.." Helaan nafas panjang kembali tercipta, tak lama yang melakukannya hendak beranjak pergi dari sana.
"Jaemin..."
Jaemin menoleh waktu mendengar namanya terpanggil, Bundanya yang memanggilnya. Jaemin meredup melihat wanita yang kini tersenyum padanya.
"Sini! kamu mau kemana? Kamu gak nyadar kalo hidung kamu juga berdarah? Sini bunda obatin." Perintah Bunda.
Jaemin mendengus lalu berjalan ke arah sofa, ia mendudukkan dirinya di sofa panjang namun yang jauuuhhhh dari Minhee yang kini nampak merengek manja.
"Kamu kenapa jauh-jauhan gitu? Sini deketan." Perintah Bunda sembari membuang tissue yang berlumur darah itu pada sampah.
Jaemin kembali mendengus, lalu duduk dengan jarak dua jengkal dari Minhee. Minhee yang menyadarinya langsung tersentak.
"Ngapain lo duduk di sini, jauh-jauh son_akhh..." Minhee meringis begitu Bunda menekan luka yang berada di sudut bibirnya dengan kuat.
Pemuda bersurai hitam itu tersenyum canggung begitu mendapati tatapan nyalang dari bundanya, bunda menghela nafas pelan lalu matanya tak sengaja menatap benda-benda yang sudah terbelah menjadi dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] What's Wrong : Jaeminhee
Hayran Kurgu❝Lo tanya kenapa gue benci banget sama lo?! Okey! Gue benci sama lo, Karena kita lahir dari rahim yang sama!!❞ ˚Start 25.08.19 [END] (Bukan BXB) copyright 2019 by fielitanathh