"Sama... Dialah."
Jaemin menatap Minhee bosan, lantasnya pemuda itu hanya terus tersenyum sembari tertawa tak tau malu. Padahal ia sudah berhasil membuat Jaemin penasaran, tapi nyatanya Minhee tidak menyadarinya.
"Serah... Serah lu!" Kesal Jaemin.
Minhee terkekeh pelan, lalu kembali mengusap wajahnya malu-malu.
"Abang ngambek?" Tanya Minhee dengan polosnya.
Jaemin menggeleng geli, "Enggak juga sih, ntar juga ngomong sendiri." Jawab Jaemin cepat.
Minhee tertawa, "Hahaha... Bilang aja lo kepo, yakhan yakhan yakhan?" Goda Minhee.
Jaemin mendengus kesal, bagaimana malah ia yang menjadi di goda?
"Tapi gue gak tahan juga sih nahannya lama-lama." Guman Minhee.
Jaemin mendadak terdiam, ia memainkan kukunya. Tak sedikitpun mengindahkan perkataan Minhee barusan.
"Bang, seriusan ini..." Bisik Minhee.
Jaemin melirik malas, "Apaan sih?" Kesal Jaemin.
"Kalo semisal gue nembak dia terus gak di terima gimana?" Tanya Minhee sembari mengerucutkan bibirnya.
Jaemin berdecak, "Yaelah, itumah urusan elu kali." Sahut Jaemin cepat.
Minhee merengek pelan, "Aaa... Abang... Dia gak baper masa? Gue kurang gentle gimana cobak di depan dia? Masa dia gak sadar sih, selama ini tuh Minhee nyimpen hasrat besar tapi_"
"Adududududuh...."
Minhee membelakkan matanya begitu Jaemin merintih kesakitan, sembari menahan lengannya.
"Ha? Apaan, Bang?" Tanya Minhee panik.
Jaemin menggeleng dengan tangannya yang mulai meraba masuk ke dalam selimutnya.
"Gu-gue kebelet pipis tiba-tiba denger omongan lo masa?" Tanya Jaemin sembari bertampang layaknya orang tersiksa.
Minhee menatap Jaemin malas, "Untung masih sakit ya, Bang? Kalo enggak mah..."
Krakk... Krakk...
Jaemin menatap Minhee datar begitu pemuda itu menautkan jari-jarinya hingga suara itu timbul.
"Udah ah! Disambung entar, gue beneran kebelet. Bantuin ih, punggung gue sakit gegara kebanyakan rebahan!" Seru Jaemin sembari mencoba bangkit, namun rasanya badannya remuk.
Minhee mengangguk cepat lalu membantu Jaemin untuk duduk, hingga Jaemin melepas masker oksigennya.
"Abang beneran udah gapapa?" Tanya Minhee sembari membantu Jaemin yang masih nampak lemas.
"Gue gak butuh benda itu kali, gak nyaman banget." Gerutu Jaemin, pemuda itu lalu mencoba turun dari bangsal di ikuti Minhee yang dengan cepat membantunya berdiri menopang tubuhnya.
"Gu-gue ikutan masuk, Bang?" Tanya Minhee begitu melihat Jaemin yang nampak mengangkat kantong infus miliknya.
"Iyalah." Jawab Jaemin singkat.
Minhee mengangguk, hingga mereka masuk ke dalam kamar mandi di dalam ruangan.
"Ngehadep sana! Jangan ngintip! Awas lu!" Ketus Jaemin menatap Minhee nyalang.
Minhee menghela nafas bosan, "Yaelah... Gue juga punya kali." Jawab Minhee, pemuda itu lalu berbalik memunggungi Jaemin dengan lengan Jaemin yang awalnya di punggungnya menjadi berada di lehernya dengan Minhee yang mengambil alih infus yang awalnya di junjung tinggi oleh Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] What's Wrong : Jaeminhee
Fanfiction❝Lo tanya kenapa gue benci banget sama lo?! Okey! Gue benci sama lo, Karena kita lahir dari rahim yang sama!!❞ ˚Start 25.08.19 [END] (Bukan BXB) copyright 2019 by fielitanathh