Jaemin menundukkan kepalanya, ia lalu sedikit memijat pelipisnya yang sempat mengiang. Hari sudah menunjukan pukul 09.43, dan ia baru saja terbangun dari tidurnya.
Ia sudah tidak menemukan Minhee di sampingnya, kejadian malam tadi seolah menjadi penghantar tidur yang paling membuatnya tidur nyenyak malam tadi.
Baru kali ini ia merasa lega setelah bangun tidur, walau kenyataannya badannya masih lemas dengan kepalanya yang terus berdenyut.
Jaemin menyibakkan selimutnya asal, lalu bangkit dari ranjangnya sembari memegangi kepalanya.
"Cih!! Katanya mabok bikin semua masalah hilang? Kenapa gue jadi tambah masalah?!!" Gerutu Jaemin begitu kepalanya berdenyut semakin kencang, hingga membuat Jaemin berjongkok sementara untuk mengantasinya.
Jaemin mengerjapkan matanya beberapa kali, namun pandangannya tetap kabur dan tidak jelas. Pada akhirnya Jaemin menyenderkan punggungnya pada kaki ranjangnya, lalu mencoba melawan rasa sakitnya.
Jaemin menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka, menampakkan Papa yang menggunakan pakaian hariannya.
"Papa... Gak kerja?" Lirih Jaemin sembari memegangi kepalanya.
Papa menatap Jaemin tajam, "Kamu tuh lagi sakit! Kenapa malah duduk di lantai?!" Tanya Papa kesal.
Jaemin hanya terdiam karena terlalu lemah untuk berbicara, ia ingin sekali merintih kesakitan. Namun mungkin itu hanya membuat orang-orang di sekitarnya menjadi semakin mengkhawatirkannya.
Jaemin hanya berpasrah begitu Papa kembali membantunya bangkit dan merebahkannya di ranjang tidurnya, Jaemin memejamkan matanya erat. Harap-harap pusing di kepalanya itu bisa menghilang.
Papa menghela nafas berat, ia lalu meletakkan baskom berisi air panas dan handuk kecil di atas nakas dekat ranjang. Lalu mulai membasuh wajah Jaemin dengan handuk yang sedikit basah, Papa lalu mengelus pelan rambut cokelat lembut milik putra sulungnya itu.
Ada rasa iba di dada Papa, wajah Jaemin nampak pucat dengan pipinya yang semakin tirus. Tidak dapat di elakkan, jika berat badan Jaemin sangat mudah sekali berkurang saat anak itu sakit, namun untuk membuat tubuhnya berisi lebih itu akan lebih sulit.
"Bunda bilang kamu sakit apa?" Tanya Papa sembari membasuh tubuh Jaemin yang lain.
Jaemin sedikit membuka matanya, "Demam biasa, tapi tensi Jaemin drop." Jawab Jaemin lirih.
Lagi-lagi Papa menghela nafas pelan, lalu melanjutkan aktivitasnya dengan mengancingkan kancing kemeja tidur milik Jaemin agar perutnya tidak terlalu lama terkena udara.
"Makannya jangan berani-berani mabuk, kamu itu anak baik-baik." Omel Papa namun Jaemin hanya terdiam.
"Bunda mana, Pa?" Tanya Jaemin sembari menatap Papa penuh harap, harap-harap mereka sudah berbaikan atau sudah akur seperti dulu.
Papa mengangkat sebelah alisnya, lalu menyimpan kembali handuk basah itu setelah ia selesai memwaslap Jaemin. Kini Jaemin sedikit lebih segar, Jaemin juga merasa baikan walau masih sedikit.
"Bunda kamu masuk kerja, ada sosialisasi kesehatan di sekolah kamu katanya. Barusan Minhee aja berangkat bareng sama dia." Jawab Papa acuh tak acuh.
Jaemin tersenyum tipis, ada rasa senang dan lega di dalam dirinya.
"Udah tau anaknya sakit masih aja masuk kerja."
Jaemin menolehkan kepalanya mengarah Papa, terpancar wajah kesal dari Papa. Bahkan terlihat sangat jelas.
"Papa jadi cerai sama Bunda?" Tanya Jaemin dingin.
Papa nampak mengangkat bahunya, "Gak tau, Papa tuh cuman gak tega sama kamu sama adekmu itu. Tiap hari bawaannya di tinggal-tinggal terus." Gerutu Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] What's Wrong : Jaeminhee
Fanfiction❝Lo tanya kenapa gue benci banget sama lo?! Okey! Gue benci sama lo, Karena kita lahir dari rahim yang sama!!❞ ˚Start 25.08.19 [END] (Bukan BXB) copyright 2019 by fielitanathh