Minhee merintih pelan di bawah alam sadarnya, tangan kanannya bergerak untuk mencari guling yang awalnya berada di sekitarnya namun kini sudah tidak ada.
"Huh....!" Minhee entah kenapa tiba-tiba menjadi kesal, namun nyatanya pemuda itu tetap tidur karena merasa badannya sangat remuk.
Minhee membuang nafasnya dengan gusar, entah tiba-tiba guling itu sudah berada di atas tangan kanannya, ia merasa ada yang meletakkannya.
"Tadi pinjem sebentar."
"Ck!" Minhee berdecak.
Dengan mata yang masih tertutup, pemuda itu memeluk guling yang di berikan sosok yang ia anggap mungkin saja hantu. Tangan Minhee meraih selimut yang awalnya hanya sebatas pinggangnya, lalu menariknya hingga menutupi punggungnya yang telanjang.
Separuh nyawa Minhee masih berkeliaran di alam mimpinya, namun separuhnya tetap merasakan dunia nyatanya. Ia merasa ada tangan yang mengelus rambutnya, baiklah... Ia mungkin sudah gila sekarang.
"Haishh... Eng!" Minhee mendesis, lalu sedikit membuka matanya yang masih mengabur, ada sosok yang duduk di tepi ranjangnya dengan pakaian putih, yang bisa Minhee tangkap hanya warna atasannya saja.
Bugh!
"Pergi lo kuntil! Nganggu orang tidur aja!" Erang Minhee sembari kembali memejamkan matanya yang masih nampak sayu, ia baru saja memukul kuat-kuat yang ia anggap sebagai Kuntilanak tadi.
Masih dengan tampang lemas, Minhee membuang nafasnya. "Bundaa!!!" Teriak Minhee dengan matanya yang masih mengantup.
"Apa dek?!! Jangan teriak-teriak masih pagi jugak!!" Balas Bunda ikut berteriak dari luar.
Minhee mendengus pelan, lalu membenamkan sebelah pipinya pada bantal. "Kamar Minhee ada kuntilanak!!" Teriak Minhee lagi.
"Bangun dulu baru simpulin! Mana ada kuntilanak pagi-pagi!!" Balas Bunda lagi.
Minhee mendengus, dengan segenap keterpaksaannya pemuda itu membuka matanya yang masih menyempit dan memerah. Dengan kapasitas yang agak di paksakan Minhee berusaha memperjelas pemandangannya dengan kamarnya yang gordennya masih tertutup.
Antara percaya dan terkejut, Minhee menikmati elusan tangan yang baru saja menyentuh pipinya dengan lembut. Ia merindukan gerakan itu, dari dulu hingga sekarang, rasanya tetap sama.
Minhee tersenyum dengan matanya yang seperti orang mabuk, "Bunda... Bawa Minhee ke psikolog, Minhee udah gila..." Ujar Minhee pelan, ia berusaha menajamkan indera penglihatannya, menatap pemuda berwajah tenang itu.
Karena Bunda berada di ambang pintu kamar pemuda itu, Bunda hanya terkekeh pelan. Matanya tak henti-hentinya melihat dua orang yang kini berada di depan matanya.
"Gak usah ke psikolog, kamu gak gila." Ujar Bunda.
Minhee berdecak kecal, "Minhee ngehalu mulu ketemu Bang Jaemin, ini malah... kok?" Minhee meraih tangan kekar yang awalnya mengelus pipinya, ia membuka matanya lebar-lebar.
Mata Minhee terbelak sempurna, pemuda itu cepat-cepat duduk di atas ranjangnya. Matanya langsung bertemu dengan mata elang milik Jaemin, Minhee menghela nafas lagi.
"Enggak! Gu-gue udah bener-bener gila!" Teriak Minhee, pemuda itu lalu menepuk tangan Jaemin dan itu terasa sangat nyata.
Jaemin terkekeh pelan, "Lo apaan sih, Min?" Tanya Jaemin.
Minhee tersentak, ia terkejut begitu mendengar suara berat itu terasa sangat nyata.
"B-bang Jaemin?" Panggil Minhee masih setengah ragu.
![](https://img.wattpad.com/cover/198452181-288-k184647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] What's Wrong : Jaeminhee
Fanfiction❝Lo tanya kenapa gue benci banget sama lo?! Okey! Gue benci sama lo, Karena kita lahir dari rahim yang sama!!❞ ˚Start 25.08.19 [END] (Bukan BXB) copyright 2019 by fielitanathh