Sudah dua hari semenjak Minhee di rawat di rumah sakit, setelah Minhee di operasi. Jaemin menjadi rutin pergi mengunjungi Minhee yang nampak melupakan kejadian beberapa hari lalu.
Setelah operasi Jaemin merasa nafsu makan Minhee meningkat, bocah itu memakan dua kali jatahnya di tambah lagi dengan jatah Jaemin yang juga Minhee makan.
Namun Jaemin tidak keberatan, ia merasa memang ia harus mengalah. Melihat Minhee yang nampak antusias dan melupakan luka yang ada di hidungnya itu cukup membuat Jaemin merasa tenang.
Namun sejenak Jaemin berfikir begitu, sesaat kemudian Minhee mengeluh jika kirinya yang tertancap infus itu gatal. Jaemin juga tidak paham dengan maksud Minhee, pemuda itu hanya mengelus punggung tangan Minhee sedangkan sang empu sibuk memakan cemilan.
"Bang, kok gue belum boleh pulang? Gue habis operasi kok gak kritis kek di pilem-pilem gitu, Bang?" Tanya Minhee sembari mengunyah makanannya.
Jaemin menggeleng pelan, "Lo emang ngarep kritis?" Tanya Jaemin kesal.
Minhee nampak menggeleng, "Tapikan_"
"Akhh! Udahlah diem lu, gak jelas tau gak. Yang namanya cuman hidung yang di operasi kemungkinan kritisnya itu dikit banget." Omel Jaemin memotong perkataan Minhee.
Minhee berdecih, "Trus kenapa Minhee gak boleh pulang?" Kesal Minhee.
"Ya emang harus ada alesannya?" Sahut Jaemin tak kalah kesal.
"Ya iyalah."
"Lo belum pulih goblok!" Geram Jaemin sembari menekan bengkak ungu di samping perban infus tangan Minhee, hingga membuat Minhee mengerang kesakitan.
"Sakit bang!" Kesal si bungsu.
Jaemin menghela nafas pelan, lalu mengebalikan tangan Minhee ke asalnya. Memang menurut yang Jaemin lihat Minhee jarang sekali menggunakan tangan kirinya semenjak infus itu tertancap di punggung tangannya.
Belum lagi Minhee yang bernafas pelan sekali, karena hidungnya tertutup kasa.
Minhee yang asyik memakan makananya seketika menoleh begitu melihat benda yang tidak ia kenal di samping nakas, Minhee sedikit meninggikan kepalanya lalu mengernyitkan dahinya bingung.
"Bang, itu tuh tespek buat ngecek suhu badan itu yah?" Tanya Minhee.
Jaemin menaikan sebelah alisnya, "Bukannya tespek itu buat cek kehamilan?" Herannya.
Minhee menggeleng, "Ya enggaklah! Itu tuh tespek namanya! Yang buat ngecek suhu badan itu!" Kesal Minhee.
"Yang buat ngecek suhu badan itu namanya Termometer, Minhee..." Lirih Jaemin mencoba sabar.
Minhee berdecak sebal, "Abang ngeyel ya?! Itu tuh tespek namanya!" Kesal Minhee lagi.
Jaemin menatap Minhee dengan tatapan datar, "Huft... lama-lama lo keluar dari rumah sakit darah tinggi lagi." Heran Jaemin sembari bangkit dari duduknya lalu menghampiri benda yang di maksud Minhee.
Minhee mengerucutkan bibirnya kesal, "Udah di bilang tespek!" Gerutu Minhee.
Jaemin menggeleng pelan, yang ia sentuh itu memang termometer, tapi entah mengapa Minhee ngeyel jika itu adalah tespek. Padahal setahunya tespek itu untuk mengecek kehamilan.
Jaemin berjalan lalu duduk di kursi dengan ranjang Minhee, ia memberikan benda itu di tangan kanan Minhee.
Minhee membelakkan matanya, "Tuhkan bener termometer! Abang sih ngeyel, tuh ada tulisannya tuh! Tadi ngeyel tespek!" Teriak Minhee tiba-tiba.
Jaemin melongo tidak percaya, "Bukannya lo yang tadi ngeyel kalo itu tespek!" Sahut Jaemin tidak terima.
Minhee berdecak, "Gue dari tadi bilang kalo ini termometer kok! Abang aja yang sotoy!" Maki Minhee.
Jaemin menggelengkan kepalanya pasrah, "Tadi lo yang ngeyel kalo itu tespek, Minhee..." Geram Jaemin.
Minhee menatap Jaemin dengan bibirnya yang mengerucut, lalu mengambil posisi tidur memunggungi Jaemin.
"Au ah gelap." Katanya.
Jaemin menatap Minhee gemas, ingin sekali ia mengacak rambut Minhee hingga kepalanya puyer atau menyentuh hidung Minhee agar berubah bentuk sekalian.
"Untung adek, kalo Haechan udah gue sleding palanya."
****
Setelah kejadian itu, sore harinya Minhee sudah di perbolehkan pulang. Bukannya tambah lemas, Minhee sudah keluar rumah bermain entah memainkan apa yang penting dia sudah terlalu banyak bergerak.
Jaemin menghela nafas pelan, walau memandang Minhee yang sudah beranjak sehat itu menjadi ketenangan tersendiri baginya. Namun kekhawatiran itu kembali muncul di benaknya ketika menyadari Minhee memang orang yang tidak pandai mengadu, atau bahkan tidak mau mengadu.
Kejadian Reyeok, itu benar-benar menjadi ancaman besar baginya.
"Lo bisa senyum sekarang! Tapi, lihat aja nanti!"
Kata-kata itu kembali mengiang di telinga Jaemin, ia khawatir jika Reyeok akan melakukan hal gila selanjutnya. Melihat Minhee yang tersenyum tanpa beban itu membuat hati Jaemin meluruh.
"Bang?!" Panggil Minhee dari kejauhan.
Minhee yang melihat Jaemin hanya terdiam melangkahkan kakinya mendekati si sulung yang nampak melamun, "Bang! Haishh... pake acara melamun lagi!" Kesal Minhee.
Jaemin yang menyadarinya langsung tertawa, "Gua gak lagi melamun! Cuman mikir dikit." Sahut Jaemin.
Minhee menghela nafas pelan, lalu duduk di samping Jaemin yang nampak memandang anjingnya yang sedang memakan makanan yang baru saja di beri Minhee.
"Min.." Lirih Jaemin.
"Hm?"
Jaemin menoleh, ia dapat melihat senyum Minhee yang merekah begitu melihat anjingnya menggonggong ke arahnya seolah meminta tolong agar Minhee tetap bermain bersamanya.
"Aku di sini dulu, Chaky.. ntar aku ke sana lagi ya.." Kata Minhee.
Jaemin ikut tersenyum, lalu mengacak pelan surai kelam milik Minhee. "Lo itu ya, emangnya dia tau lo ngomong apaan." Gemas Jaemin.
Minhee menggeleng, lalu tertawa. "Gak tau, yang penting gue udah usaha ngejelasin ke dia. Mau dia paham apa enggak biar naluri yang mengatakan." Jelas Minhee dramatis.
Jaemin sontak tertawa melihat wajah Minhee yang menurutnya jarang sekali di perlihatkan oleh siapapun. Rasa ingin menjaga itu tumbuh begitu saja di lubuk hati terdalam Jaemin.
"Gitu ya?" Tanya Jaemin.
Minhee nampak mengangguk antusias, yang membuat Jaemin untuk kesekian kalinya merasa gemas. Kenapa ia merasa menjadi sedewasa ini begitu di sandingkan dengan Minhee yang dua tahun lebih muda darinya?
"Min, kalo terjadi apa-apa bilang ya sama gue?" Tanya Jaemin tiba-tiba.
Minhee mengernyitkan dahinya bingung, "Terjadi apa-apa apa bang?" Tanyanya.
Jaemin menggeleng pelan, entah ia harus menjelaskan mulai dari mana. Tapi yang jelas Minhee harus mengadu padanya.
"Pokoknya lo harus bilang sama gue kalo terjadi apa-apa!" Tuntut Jaemin.
"Ya apa-apa apa maksudnya?"
"Gue gak bisa jelasin, Minhee!" Tegas Jaemin.
Minhee yang masih tidak peka dengan arah pembicaraan Jaemin hanya bisa mencerna perintah itu secara perlahan.
"Pokoknya kalo lo lagi ada masalah, lo aduin ke gue! Gue gak terima alesan apapun, mau itu masalah pribadi mau itu masalah umum! Lo pokoknya harus ngadu sama gue! Titik!"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] What's Wrong : Jaeminhee
Fanfiction❝Lo tanya kenapa gue benci banget sama lo?! Okey! Gue benci sama lo, Karena kita lahir dari rahim yang sama!!❞ ˚Start 25.08.19 [END] (Bukan BXB) copyright 2019 by fielitanathh