32

6.4K 802 87
                                    

Minhee berhenti berlari begitu ia tiba di lobby rumah sakit, tidak mau harus kemana. Jika ia masuk di ruang ICU, ia hanya akan memperkeruh suasana.

Rasanya jika bertemu Papa ia hanya ingin menghujatnya habis-habisan, ia kecewa? Tentu saja iya. Bagaimana bisa ada orang berotak genius namun tidak mempunyai pemikiran lebih lanjut untuk mengatasi masalah kehidupan.

Minhee memegangi dadanya yang bergemuruh, ia menahan nyeri sekarang. Ia baru sadar jika ia juga memerlukan pengobatan. Namun ia menahannya, ia berusaha meyakinkan dirinya jika ia baik-baik saja.

Ia benar-benar tidak terlihat baik-baik saja, penampilannya saja sudah seperti preman jalanan. Bukan karena pakaiannya robek-robek atau apa, tapi keadaannnya sesudah berkelahi membuatnya terlihat seperti seorang berandal.

"Minhee!"

Minhee menoleh begitu namanya terpanggil, matanya menangkap sosok Bunda yang kini berjalan mendekatinya.

"Ada apa, Bunda?" Tanya Minhee dengan nafasnya yang tersengal-sengal.

Bunda memandangi Minhee dengan lembut, "Kamu pulang ya? Mandi, Ganti baju, kalo kamu mau istirahat sebentar ga papa. Ntar kamu balik kesini lagi aja, biar Papa yang cari makanan di luar. Sekalian Bunda pengen periksa keadaan kamu." Jelas Bunda pelan.

Minhee sedikit berfikir, lalu mengangguk lemah pada akhirnya.

"Bang Jaemin?" Tanya Minhee menatap Bunda penuh harap.

Bunda tersenyum, lalu menghela nafas panjang. Ia berusaha meyakinkan putra bungsunya.

"Minhee berdo'a aja, semoga Bang Jaemin baik-baik aja."

****

Minhee menyandarkan punggungnya pada sofa begitu ia selesai membersihkan badannya, sekarang ia sudah nampak bersih dan merasa segar setelah mandi.

Nyatanya memang benar, ia lelah.

Hari sudah menunjukkan pukul tengah malam, dan ia di rumah sendirian sekarang. Dalam kesepian, dan kegelisahan.

Minhee menatap kanan kirinya, ia rindu. Merindukan kebersamaan dan pertengkaran kecilnya bersama Jaemin ketika di rumah. Bermain PS bersama, atau chatting tengah malam walau mereka satu rumah hanya terpisah kamar.

Rasanya sekarang itu akan sangat mustahil terjadi untuk saat ini.

Air mata Minhee kembali menetes, mengenang seberapa banyak kejadian yang terjadi di rumah ini, bersama dengan Jaemin.

Ia sangat merindukan perhatian kecil yang selalu Jaemin tunjukkan padanya, mengingat betapa lucunya Jaemin dulu yang menaruh gengsi yang cukup besar sebelum mereka berakhir menjadi kakak adik yang baik.

"Bang Jaemin bodoh..." Guman Minhee sembari mengusap air matanya dengan kasar.

Ia terisak, namun mengenang candaan Jaemin membuat kekehannya terdengar.

"Ihh!! Lo jangan ganggu gue dong!"

"Bunda!! Minhee gak bisa diem!!"

"Ahaha... Kita mirip emang."

"Heh! Gue tuh 2tahun lebih dulu makan nasi dari pada lo!"

"Lo mau ninggalin gue, Min?"

"Ha ini adek yang paling abang sayangin!"

[✓] What's Wrong : JaeminheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang