24

5.7K 780 25
                                    

Minhee menatap rintikkan gerimis yang mulai turun semakin deras seiring berjalannya waktu, tangan kiri Minhee terulur hingga air yang jatuh dari langit itu mengenai telapak tangannya.

Minhee terdiam, mencoba merenung di teras rumahnya sembari mendengar suara hujan yang seolah membuat hatinya menenang.

"....."

Minhee masih membisu, hanya helaan nafas yang kadang terhela.

Ia kebingungan tadi, setelah ia menghidupkan lampu di segala ruang di rumahnya dan memberi makan kucingnya. Ia hanya merenung di teras rumahnya, orang tuanya juga tidak memiliki tanda untuk pulang ke rumah.

"Masuk sana!" Lirih Minhee sembari mendorong kepala Cemeng yang nampak menyusulnya ke teras, tatapan Minhee tetap datar walaupun pemuda itu tidak menyadarinya.

Kucing kesayangan Minhee itu tidak merespon, lalu tertidur di samping Minhee.

Minhee berdecak, lalu beberapa kali mencoba membangunkan kucingnya itu.

"Sono ih!! Masuk!! Hujan tauk!!" Kesal Minhee.

Biarlah orang menganggapnya orang gila karena sudah berbicara pada binatang, tapi Minhee benar-benar kesal.

"Lo ngertiin gue gak sih?! Lo bisa basah!!" Erang Minhee sembari mendorong kucing nya yang terlelap tenang itu untuk menjauh darinya.

Namun, cemeng malah berlari seolah marah pada Minhee. Bukan ke dalam rumah, namun menerobos hujan.

Minhee tersentak, ia tidak mungkin membiarkan kucing kesayangannya itu basah terkena hujan. Jika kucing itu flu, itu akan sangat berbahaya.

Minhee mencoba berdiri, lalu menatap ke atas rumahnya. Di mana Cemeng sudah naik ke balkon kamarnya.

"Cih!" Kesal Minhee begitu menyadari badannya yang mulai kuyup.

Bukannya menjauh dan berteduh, pemuda itu mendongakkan kepalanya mencoba meresapi rintikan air hujan yang kini mengenai wajahnya dengan lembut.

"Kakak!! Hikss... Kakak!!!"

Minhee tersentak begitu suara remang-remang itu terdengar, Minhee kembali menajamkan indera pendengarannya.

"KAKAKK KAMU KEMANAA!! HAAA!!"

Minhee mencoba berjalan cepat begitu mendengar suara tangisan itu semakin menjadi, pemuda itu berjalan mendekati gerbang rumahnya lalu membukanya.

Minhee tersentak bukan main begitu mendapati anak kecil yang kini terduduk di depan gerbang rumahnya namun dengan badannya yang memunggungi. Kedua lututnya di tekuk, Minhee hanya dapat melihat surai hitam kelam panjang dan lurus yang kini basah terkena hujan.

Minhee mencoba berjongkok, menahan sakit yang terus menjalar hingga ke pinggangnya.

"Dek.. Kamu kenapa di sini? Hujan loh.." Kata Minhee dengan nada lirih dan lembut.

Gadis kecil itu menoleh, poni rambutnya hampir menutupi mata gadis itu. Gadis itu nampak menangis, matanya sembam.

Minhee tersentak bukan main begitu anak itu mendadak memeluknya hingga badannya menjadi terduduk dengan posisi tidak elit, Minhee membalas pelukan anak itu sembari mengelus rambut yang terasa sangat lembut di telapak tangan Minhee.

"Kamu kenapa?" Tanya Minhee lirih.

"Aku nyari kakak aku... Katanya dia.. dia mau pergi sebentar... Tapi..."

Minhee merenggangkan pelukannya untuk menatap wajah gadis cantik yang Minhee simpulkan masih berumur 5 Tahunan itu, 'Kakak' dan 'Pergi' itu yang membuat hati Minhee mencolos kesakitan.

[✓] What's Wrong : JaeminheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang