08

8.1K 1.1K 202
                                    

Minhee menghela nafas kasar begitu ia tiba di dalam rumah, ia tidak mendeteksi keberadaan Jaemin di sini. Pada akhirnya Minhee menghempaskan dirinya di sofa sembari menyeruput kopi kaleng yang bertengger di tangannya.

Selera Jaemin dan Minhee memang benar-benar mirip atau bahkan bisa di bilang sama, keduanya bisa menghabiskan sebanyak 7kaleng kopi dalam sehari. Walau pada kenyataannya beberapa hari kemudian mereka jatuh sakit.

Namun entah untuk kesekian kalinya Minhee mengabaikan kenyataan itu, ia tetap meminum cairan hitam itu dan tak memperdulikan efeknya. Minhee merasa meminum kopi bisa melunturkan segala keluh kesahnya.

Sudah hampir empat jam Minhee terdiam duduk di sofa tanpa berpindah tempat, pada pukul tujuh malam Jaemin pulang.

Pemuda bersurai coklat itu nampak terkejut dengan kehadiran Minhee di sofa, yang menatapnya dengan tatapan datar.

Pas sekali, mereka sama-sama memegang kaleng kopi.

"Lo minum kopi?" Tanya Jaemin begitu melihat banyaknya kaleng kopi yang berceceran di lantai, dan pada saat inipun Minhee masih memegang kaleng kopi baru.

"Abang sendiri?" Sahut Minhee acuh, Jaemin tidak dapat berkutik kerena ini. Seharusnya ia membuang kopinya begitu ia tiba, agar ia bisa melarang Minhee meminum banyak kopi.

"Lo kenapa sih?" Tanya Jaemin kesal.

Minhee tidak menggubris, ia menghabiskan kopinya lalu kembali meminum yang baru.

"Minhee!! Lo gila?!!" Sentak Jaemin, pemuda itu meraih kaleng kopi milik Minhee lalu membantingnya ke lantai.

Minhee masih terdiam, ia menatap Jaemin dengan tatapan datar. Jaemin menghela nafas panjang, mereka di landa keheningan.

Rasanya seluruh umpatannya kepada Minhee yang pada awalnya sudah ia rencanakan menghilang begitu saja.

"Lo gak bilang Reyeok udah beberapa kali ngelakuin itu ke elo." Kata Jaemin.

Minhee hanya terdiam, rasanya mulut tipisnya itu terkunci. Ia enggan sekali membahasnya.

"Minhee!!" Sentak Jaemin tidak sabar.

"Gue males ngebahasnya." Sahut Minhee datar.

Emosi Jaemin semaki memuncak, "Jangan jadi persoalan Reyeok jadi ngebuat kita juga berantem, Minhee!!" Bentak Jaemin lagi.

Namun lagi-lagi Minhee seakan membisu.

"Lo seneng ya? Berantem terus sama gue?!!" Teriak Jaemin yang tak kuasa menahan emosinya.

Minhee berdiri, "Gue pusing sama lo, Bang! Cukup buat semua ini!! Gue gak ngerti sama lo!" Sahut Minhee dengan nada tak kalah tinggi.

"Gue bingung sama sifat lo!! Gue gak ngerti! Dan gue udah lelah mahamin teka-teki lo!!" Teriak Minhee.

"Lo tuh sadar gak sih, Bangsat!!" Sahut Jaemin cepat.

Minhee mengepalkan tangannya kuat, ia berusaha menahan emosinya agar tidak terlepas.

"Gue gak pernah yakin sama lo bang!" Tegas Minhee.

Hati Jaemin mencolos, bagaikan di tusuk menggunakan belati bertubi-tubi.

"Gue gini sama lo..." Lirih Jaemin lalu mendekati Minhee, ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Karena gue PEDULI SAMA LO!!" Teriak Jaemin, pergerakan tangannya terhenti begitu melihat hidung Minhee yang kembali mengeluarkan darah.

Melihat Minhee yang tidak menyadarinya, Jaemin dengan cepat menyeret Minhee keluar dari rumah.

"Lo ikut gue!"

[✓] What's Wrong : JaeminheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang