Acara makan malam dua keluarga besar Tuan Park dan Tuan Yoo menjadi semakin menegangkan setelah seseorang nenek membuka pembicaraan yang sudah bertahun-tahun lalu seakan telah dilupakan kedua belah keluarga itu.
"Aku semakin tua dan mungkin akan mati sebentar lagi." Kata nenek itu dengan raut muka sedih yang sangat terlihat sandiwara.
Semua orang disana tahu bahwa nenek itu suka bersandiwara, tapi beliau tetaplah orang tua yang harus dihormati terlebih dibalik sifatnya yang manja tersimpan rasa kesepian yang amat dalam dan tidak dapat disembuhkan oleh anak ataupun cucunya yang sedang memandangnya khawatir.
"Ibu jangan bilang begitu," kata Tuan Park dengan wajah yang sangat khawatir. Tentu saja tuan Park khawatir karena nenek tua itu satu-satunya orang tuanya setelah lama bertahun-tahun lalu ayahnya meninggal karena serangan jantung mendadak.
"Nenek ngomong apa sih, nenek masih sangat cantik kenapa berbicara tentang kematian," ucap cucuk laki-laki satu satunya dengan menggoda. "di sana tidak ada cucu mu yang tampan ini untuk menghiburmu."
Nenek itu sepontan tersenyum, wajahnya sedikit bersemu. Cucu laki-lakinya itu memang suka menggodanya dengan pujian dan entah bagaiman beliau sangat senang.
"Jimin, tolong turutin keinginan nenek ya?" Ucap neneknya masih dengan nada merayu.
Ya, cucu laki-laki satu-satunya itu adalah Park Jimin, yang sekarang sibuk membujuk neneknya dengan ageyo di wajahnya. Neneknya tampak gembira meski masih keras kepala dengan pendapatnya. Tapi beda dengan seorang cewek yang duduk dibangku paling ujung yang melihatnya dengan wajah jijik.
"Aku mau mereka tetap menikah!" suaara nenek sekarang terdengar lebih tegas.
"Aku tidak mau!" jawab dua orang yang kompak menodongkan wajah protes mereka pada nenek.
Wajah nenek semakin mengeras tanda tidak menerima penolakan, "Kakekmu sudah menitipkan cucunya padaku sebelum dia wafat, aku tidak mau mengecewakan dia yang sudah dengan baik hati membantuku saat masa sulit dulu." Suaranya melemah seakan nenek sedang mengingat kembali masa-masa kelamnya, "Dan kau Jimin, kau cucu laki-laki satu-satunya dikeluarga kita. Sedangkan Tuan Yoo hanya memiliki 3 orang anak perempuan."
Jimin dan seorang cewek di depannya siap untuk memprotes sebelum Tuan Yoo mendahului kaliamat mereka, "Anda tidak perlu membalas budi ayah saya, nyonya." Suara tuan Yoo lembut. "Kami iklas membantu anda dan tidak mengharap balas budi."
"Tidak bisa begitu Yeonjo, ini bukan sekedar balas budi. Tapi ini amanat dari ayahmu padaku." Nenek masih tetap pada pendiriannya.
"Tapi Jeongyeon masih muda, begitupula Jimin. Terlebih mereka sekarang seorang idol, kita tidak mungkin menikahkan mereka." Tuan Yoo masih berusaha membujuk dibantu dengan Tuan Park yang ikut membujuk ibunya.
"Ibu menjadi idola itu cita-cita mereka, tidak mungkin kita menghancurkan itu begitu saja." Tuan Park menyakinkan ibunya. Padahal selama ini Tuan Park tidak begitu setuju dengan cita-cita putranya menjadi seorang idol.
"Nenek, aku tidak menyukai Jimin. Dan kenapa harus aku." Jeongyeon tiba-tiba menyela pembicaran mereka karena ia mulai kesal, "kenapa tidak salah satu dari kakakku saja, mereka belum menikah. Kenapa harus aku!" suaranya meninggi yang dengan sigap seoyeon kakaknya menarik lengan adiknya nya untuk menghentikan jeongyeon untuk tidak mengatakan sesuatu yang lebih brutal.
"Lagian siapa yang mau menikahimu, cewek tomboy!" Ketus jimin sekilas menoleh pada jeong dan kembali menatap neneknya penuh protes, "Dia bukan tipeku, lagian siapa yang percaya dia seorang wanita melihat dari bentuknya saja meragukan!" cibir Jimin. Jeongyeon memang sering terlihat berambut pendek dan gaya berpakaiannya seperti pria, itu mengapa Jimin mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔
Fanfiction"Lagian siapa yang mau menikahimu, cewek tomboy!" Ketus jimin sekilas menoleh pada jeong dan kembali menatap neneknya penuh protes. "Dia bukan tipeku, lagian siapa yang percaya dia seorang wanita melihat dari bentuknya saja meragukan!" cibir Jimin...