Chapter 17: Sweet Chaos

798 88 6
                                    

Jimin Pov

"Ayo! Apa kau akan terus di sini?" tanyaku pada Jeong yang sedari tadi hanya diam memandangi kedua pria itu pergi menjauh dan hilang di ujung koridor hotel. Aku tidak peduli pada mereka, tapi tentu berbeda dengan Jeong.

Pembicaraan tadi pasti membuatnya cemas. Perkataan seniornya itu pasti membuatnya sangat khawatir. Bagaimana tidak kalau dia diancam akan dikeluarkan dari grupnya begitu mudahnya. Sebenarnya aku juga sedikit kesal, aku masih tidak terima kalau senior itu ikut campur dalam permasalahanku dengan Jeong. Meski ia adalah direktur atau ceo sekalipun.

Aku tidak tahu seperti apa sistem manajemen di Jype, ku dengar agensi mereka dalah salah satu agensi terbaik dalam memperlakukan artisnya. Tapi kalau seperti ini mereka memperlakukan Jeong, maka semua itu hanya omong kosong. Bahkan senior itu yang belum resmi menjadi direktur saja sudah berani menyuruh ini dan itu.

Aku tidak menyukainya, bahkan saat ia hanya diam saja mengamati kami. Wajah tampannya tidak membuatku berprasangka baik padanya. Entahlah aku hanya tidak suka caranya menatapku dan berbicara padaku.

"Kau mau kemana?" lagi-lagi aku yang bersuara untuk bertanya pada Jeong yang sepertinya sudah tersesat, karena dia mengambil jalan yang berbeda denganku.

Diam, seakan sudah menjadi kebiasaan atau kesenangan untuk Jeong saat ini, membuatku tidak bisa hanya mengandalkan kata-kata untuk membuatnya berkata.

Aku meraih tangannya dan berhasil membuatnya menoleh padaku. Sebelum berkata ia sudah menyentaak tanganku hingga terlepas. "Aku akan ke ruang istirahat menunggu teman-temanku menyelesaikan pesta." Ketusnya kembali berjalan meninggalkanku.

Aku sedikit berlari untuk mengejarnya, "Kita harus bicara." Ucapku yang tanpa mendapat tanggapan darinya, "Kau lupa pada kata-kata sunbaemu tadi."

Kalimatku yang terakhir berhasil membuatnya berhenti berjalan dan menoleh padaku dengan enggan, "Aku tidak ingin membicarakannya sekarang."

Aku menghelakan nafas dari mulutku dan memandang wajah jeong yang suram. "Kalau tidak sekarang mungkin aku tidak akan punya waktu lagi, aku sangat sibuk." Lanjutku, "bukankah kau tidak ingin dikeluarkan dari grupmu?"

Mata Jeong membulat, pupil matanya yang tadi meredup kini menajam ketika aku menyinggung hal tentang grupnya. Aku akui mungkin itu terdengar sedikit kejam tapi bagaimana lagi.

"Apa kau mengancamku?" pekiknya dengan kesal.

"Emm mungkin." Kataku sedikit mengedikkan bahu. "kalau kau tidak bisa diajak berdiskusi dengan baik-baik."

Jeongyeon menggigit bibirnya sambil menimbang-nimbang, lalu ia menghela nafas. "Baiklah. Kita mau berdiskusi di mana?"

Aku tersenyum mendengar persetujuan jeong. Meski masih ada raut enggan dalam wajahnya tapi ia menurut untuk berjalan sesuai tujuanku, bahkan ia berjalan mendahuluiku.

Lift yang kami naiki terbuka tepat di lantai paling bawah gedung ini, dimana itu adalah baseman tempat kendaraan di parkir. Aku memang sengaja membawanya ke sana untuk menunggu seseorang menjemput kami. Karena kalau kami menunggu di luar hotel tentu saja itu tidak akan aman.

Tidak ada kata yang terucap dari mulut kami selama kegiatan menunggu jemputan itu tiba. Kami hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Beruntung sebuah mobil marcedes-benz berwarna hitam berhenti tepat di depan kami yang berhasil menyadarkan kami dari sibuknya melamun.

Seorang laki-laki yang ku kenal keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu mobil sebelah kiri, "Silahkan tuan Jimin dan nona Jeong." Ucapnya membuat Jeong sedikit terkejut karena namanya di sebut.

"Terimakasih Pak Lee." Ucapku dan meminta Jeong masuk terlebih dahulu.

Di dalam mobil tidak ada yang bersuara selain Pak Lee yang bertanya tujuan kami. Aku lihat Jeong hanya diam, pandangannya terus tertuju pada pemandangan yang berlarian di luar jendela. Keadaan ini membuatku teringat pada peristiwa di hongkong beberapa waktu lalu. Tapi bedanya adalah Jeong tidak menangis dan ini membuatku lega.

She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang