Chapter 23: Like A Flowing Wind

690 90 4
                                    

Vote dulu sebelum baca ya 😊

Jangan lupa dengerin  lagu Day6- Like A  Flowing Wind, ini adalah lagu kesukaan author dari album entrophy. Sangat recommended pokoknya.

***

Jimin mengepalkan tangannya begitu erat untuk meredam amarahnya. Ia hampir tidak tahan mendengar pembicaraan antara Ceo Bang dengan reporter sialan itu. Dan yang lebih membuat Jimin naik pitam adalah reporter itu mengancam akan mempublis foto-foto itu dan mengungkap hubungannya dengan Jeong.

Kalau boleh egois, Jimin lebih baik untuk mempublis hubungannya dari pada menuruti keinginan reporter itu. Tapi kalau dia berbuat demikian, maka akan banyak orang tersakiti. Jeongyoen pasti akan mengutukinya dan jelas bahwa ia akan di depak dari grupnya. Belum lagi bts, membernya pasti sangat tersakiti oleh kabar ini. Bukan karena Jimin memiliki pacar, tapi karena dia telah membohongi mereka selama ini.

Konser bts yang akan diadakan sebulan lagi dipastikan akan gagal. Army yang mencintai bts akan meninggalkan mereka dan tentu mereka juga akan mengutuki Jimin dan megecap Jimin sebagai pembohong, bahkan pengkhianat.

Jimin menggigit bibirnya keras dan rasa asin itu terasa dilidahnya. Ia hampir kehilangan kendali untuk tidak meninju reporter itu, kalau saja Ceonya itu tidak melarangnya dengan keras. Reporter itu sempat kaget, namun ia kembali tenang bahkan sempat menyeringai saat Jimin gagal mendaratkan kepalan tangannya di wajahnya.

"Tenang, kita bisa bicara dengan baik-baik." Ucap reporter itu tampak tak bersalah. "Aku tidak menuntut banyak."

Ceo Bang menghela nafas, sedangkan Jimin masih terengah oleh emosinya. "Apa yang kau inginkan?" Tanya Ceo Bang dengan pasrah.

Dan kali ini pikiran Jimin gamang, ia tidak bisa mendengar pembicaraan itu dengan jelas setelah kata BTS disebut berkali-kali. Pikirannya sudah melayang menuju ke seseorang dan dia tidak bisa menahan raganya untuk tetap duduk manis mendengarkan diskusi keparat itu.

Jimin beranjak dengan kasar, hampir membuat kursi yang ia duduki terjungkal ke belakang. Ia bahkan tidak peduli dengan dua orang yang menatapnya terkejut. Jimin pergi dari ruangan itu tanpa pamit.

*****

Jimin Pov

Aku berdiri di depan gedung Bighit sambil melambaikan tanganku untuk menghentikan taksi yang lewat. Aku akan pergi ke suatu tempat dan aku pastikan masalah ini akan selesai secepatnya.

Taksi itu berhenti dan setelah tiga puluh menit yang menyiksa, aku sampai ke gedung salah satu agensi terbesar di negeri ini. JYP Entertaimen.

Aku sedikit berdebat dengan resepsionis yang tidak mengijinkanku masuk menemui orang itu tanpa janji. Bahkan saat mereka mengetahui aku adalah seorang artis dan tidak ada alasan harus membuat janji resmi.

"Maaf Nichkhun sajangnim sedang ada rapat." Kata resepsionisnya dengan nada yang selayaknya pekerjaan mereka. Namun sayangnya aku tidak sedang ingin beramah tamah dan aku tetap memaksanya untuk menghubungi orang itu.

"Jimin." Seseorang memanggil namaku, spontan aku menoleh dan sialan. Itu Brian.

Dia datang dari arah elevator bersama salah seorang pria jangkung dengan rambut biru berantakan. Mereka menenteng sebuah gitar. Mungkin baru saja latihan. Pikirku cepat.

"Oh." Aku tidak begitu berminat padanya, namun justru dia berjalan mendekatiku diikuti dengan temannya itu.

"Kau ingin bertemu dengan Khun hyung?" tanyannya yang ternyata dia sudah menguping dari tadi.

Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun dan aku beralih pada resepsionis yang masih kekeh pada protokol bahwa Khun sunbae tidak bisa diganggu.

"Dia sedang rapat, tapi aku bisa mengantarmu ke ruangannya." Ucapnya menawarkan bantuan tanpa diminta. Ia mengangguk dengan senyuman pada resepsionis yang melemparinya tatapan protes. "Tidak apa, aku yang tanggung jawab."

She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang