Chapter 2: Hurt Road

1.3K 140 10
                                    

Maaf updatenya lama. Happy reading

*****

Jeongyeon Pov

Ayah memintaku untuk masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah. Tapi aku menolaknya, kalau aku pulang ke rumah, aku akan terus dihantui kejadian tadi. Entah kenapa hatiku terasa sakit, terutama saat Jimin meragukan bahwa aku adalah wanita tulen.

Aku membencinya, sangat membencinya. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu padahal dia mengenalku sejak kecil. Ya meski aku tidak pernah berhubungan dengan dia semenjak menjadi trainee bertahun-tahun yang lalu. Itu karena keluarga kami tidak pernah mengungkit tentang perjodohan itu dan dengan sendirinya hubungan kami seperti merenggang.

Well, perjodohanku itu sudah ku tau sejak lama. Tapi aku tidak menyangka nenek membahasnya lagi setelah sekian lama aku melupakannya dan hidup dengan damai selama ini. Aku tidak mau menikah, bagaimana dengan karirku, twice dan teman-teman satu agensiku.

"Ayah, aku tidak mau pulang ke rumah," ucapku pelan dengan sedikit serak menahan tangis, "aku akan ke dorm twice, aku merindukan mereka." Aku setengah berbohong, karena setengah kebenaran memang merindukan mereka dan aku berharap tawa mereka akan membuatku lupa pada kejadian tadi. sedangkan setengahnya aku tidak bisa melihat keluargaku untuk saat ini.

Ayah mengerutkan kening dan terlihat raut khawatir di wajahnya. Aku tahu beliau juga sedih anak gadisnya dihina seperti itu.

"Apa tidak sebaiknya kamu pulang ke rumah saja?" Kata ayah lembut dengan aura kebapakannya.

Aku menggeleng tanda menolak, "aku lebih suka untuk bersama memberku untuk saat ini."

Ayah setuju setelah berpikir beberapa saat, "Baiklah kalau teman-temanmu mungkin bisa menghiburmu." Katanya sambil mengusap rambutku pelan. "jangan merasa tersakiti joeng, ayah tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu."

Aku tersenyum mendengar ayahku yang berlaga seperti pahlawan, ya memang beliau adalah pahlawanku dan orang tertampan di keluargaku.

Ayah masuk ke dalam mobil, kedua kakakku melambaikan tangan saat mobil mulai melaju menjauhiku yang masih membeku. Aku sengaja menolak ketika ayah mau mengantarku ke dorm twice, karena aku memang tidak berniat buru-buru ke sana.

Suasana hatiku terlalu buruk untuk menemui anak-anak manis itu. Aku tidak ingin menjadi monster dan menakuti mereka.

Aku merogoh tasku dan menarik ponselku ke luar, aku menekan sebuah nomer seseorang.

"Hallo?"

"Hallo joeng." jawab sebuah suara lembut yang sangat aku kenal dari ujung telepon.

"Bisa jemput aku?" tanyaku dengan suara yang semakin serak.

"Ada apa?apa kau baik-baik saja?" tanyanya terdengar sangat khawatir.

"Tidak ada, hanya aku ingin pergi ke suatu tempat." jawabku singkat.

"Tunggu aku, aku akan kesana." Suaranya sigap dan aku menutup telpon, lalu mengirim alamatku padanya.

Tidak lama sebuah mobil berhenti tepat di depanku dan aku bisa mengenalinya. Aku melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan mantel hitamnya dan sebuah topi yang aku hadiahkan padanya tahun lalu saat ia berulang tahun.

"Kau tidak apa-apa?" dia meraih tubuhku dan memelukku tiba-tiba. Aku merasa panas tubuhnya melelehkan tubuhku yang sedari tadi membeku dan itu terasa sangat nyaman.

"Oppa bisa antar aku ke suatu tempat?" pintaku setelah pelukan kami terlepas dan ku lihat dia mengangguk.

Pria itu tersenyum sangat manis dan mempersilahkan aku masuk ke dalam mobil bak tuan putri, aku tersenyum geli melihatnya.

She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang