Aku gak sabar untuk nyelesein cerita ini. Jadi aku update cepet deh
Chapter ini dan selanjutnya isinya banyak flashbacknya. Kalau kalian bingung, bisa tanya di kolom komentar, nanti aku jawab hehe
Happy Reading 😊
***
Pintu ruang rapat itu terbuka, seseorang masuk dan memberitahukan pada Jimin bahwa rekan bisnis yang mereka tunggu sudah datang. Jimin mengangguk, lalu ia mengisyaratkan pada karyawannya untuk berdiri menyambut rekan bisnisnya itu dengan ramah. Jimin merapihkan jas hitamnya dan mengancing kembali satu kancing yang sempat ia lepaskan. Ini pertemuan pertamanya dengan rekan bisnis yang ayahnya sebut sebagai salah satu paru-paru rumah sakitnya, karena tanpa rekannya ini Rumah Sakit Hwamin akan kesulitan mendapatkan alat-alat kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Sudah 3 bulan tepatnya, Jimin menggantikan posisi ayahnya untuk memegang Rumah Sakit Hwamin yang dulu ia selalu hindari. Ia tidak suka bau rumah sakit, bau kimia obat, disinfektan dan ratusan kamar itu membuatnya tidak betah berlama-lama di sana. Terlebih setelah kakeknya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit itu. Namun lain ceritanya dengan sekarang.
Jimin menyunggingkan senyuman ramah ketika rombongan dari rekan bisnisnya itu masuk ke dalam ruangan. Ia harus memberikan kesan terbaiknya untuk rapat besar pertamanya setelah ayahnya mempercayakan dengan penuh segala urusan rumah sakit itu padanya. Tentu ia ingin menunjukan bahwa ia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik sekarang. Dan ia ingin membuktikan pada ayahnya bahwa ia dapat dipercaya dan sudah sepenuhnya bangkit dari keterpurukannya.
3 tahun yang sangat kelam untuknya sudah berlalu. Sekarang ia sudah memiliki kehidupan yang baru dan ia akan membangun hidupnya kembali dengan bahagia. Ia tidak ingin terkurung dengan kesengsaraan hanya karena wanita. Satu lagi, kehidupan idol memang tidak cocok dengannya. Itu terlalu rumit dan melelahkan.
Rombongan rekan bisnis Jimin masuk ke dalam ruangan rapat. Mereka berjumlah tiga orang dan dua diantara mereka berasal dari Thailand dan satu diantaranya berasal dari Korea. Jimin pernah mendengar perusahaan mereka adalah perusahaan farmasi terbaik di Asia. Mereka memproduksi banyak alat kesehatan dan obat-obatan dengan kualitas terbaik. Ayahnya selalu berpesan agar kerjasama yang sudah terjalin dengan baik jangan sampai terputus. Jimin harus bisa mempertahankan itu demi kebaikan semua elemen yang ada dalam Rumah Sakit, baik pasien, karyawan maupun manajemen.
"Selamat Datang di ..." Suara Jimin tercekat saat ia menatap rekan bisnis yang baru saja datang yang kini telah berdiri di depannya, meski berjarak meja panjang di tengah ruanga rapat, namun dengan jelas ia bisa mengenali siapa pria itu.
Bibirnya tiba-tiba kelu mendapati seorang pria yang sangat tidak asing olehnya berdiri tegap dengan jas abu-abu formal dan dua rekannya di kedua sisinya.
"Selamat Siang Tuan Park." Sapanya dengan senyuman ramah pada Jimin yang tidak membalas dan hanya mematung di tempatnya. "Senang bertemu dengan anda."
Jimin masih diam, dia masih tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat sekarang. Tidak mungkin pria itu lagi yang ada di kehidupan barunya. Ia sudah berusaha untuk menghindari orang-orang itu, kenapa ia masih harus bertemu dengannya. Meski ini adalah berkaitan dengan pekerjaan yang berbeda. Namun Jimin tetap berkeberatan untuk bertemu dengannya apalagi berbisnis dengannya.
"Tuan Park?" Bisik Tuan Yoon sekertarisnya, membuat Jimin menoleh padanya. "Tuan Nichkhun menyapa anda."
Jimin mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha untuk tersadar kembali dari lamunan masa lalunya yang sangat menyakitkan itu. Ia menarik nafas berat dan menyakinkan dirinya kembali bahwa ia harus bersikap profesional. Ini rapat besar pertamanya, ia tidak boleh mengecewakan terlebih Union Medical sudah bekerja sama dengan Rumah Sakitnya cukup lama. Meski bodohnya ia tidak mencari tahu siapa pemilik perusahaan itu sebelum ia bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔
Fanfiction"Lagian siapa yang mau menikahimu, cewek tomboy!" Ketus jimin sekilas menoleh pada jeong dan kembali menatap neneknya penuh protes. "Dia bukan tipeku, lagian siapa yang percaya dia seorang wanita melihat dari bentuknya saja meragukan!" cibir Jimin...