HAPPY NEW YEAR 2020
***
Jeongyeon Pov
Aku hanya bisa berbaring di atas ranjangku, menatap langit-langit yang lamat-lamat kabur. Tubuhku terasa begitu lemas dan kepalaku juga masih berdenyut menyakitkan. Betapapun aku ingin bangkit dan berlari kemana seharusnya aku datang dan menjelaskan semuanya.
Tapi apa boleh buat, tidak ada yang mendukungku. Tidak keluargaku, bahkan tidak untuk tubuhku sendiri.
Aku mencoba beranjak dari ranjangku yang hampir seharian ini menopang tubuhku, tidak untuk berlari menemui Brian, apalagi mencegah Jimin. Aku hanya ingin menghirup udara segar yang mungkin bisa ku dapatkan dengan membuka jendela kamarku.
Langit malam musim panas begitu cerah. Bulan bersinar dengan perkasa disinggah sananya dengan taburan bintang menemaninya. Awan-awan kelabu tipis seperti selendang yang melayang-layang yang kadang kala menyembunyikan bintang-bintang.
Tanpa sadar senyuman terulas dibibirku ketika menatap bintang yang berkelap-kelip mengingatkanku pada manik-manik di gaun pestaku saat kecil dulu. Aku ingat sekali, aku tak hentinya menatap diriku dalam cermin dan berputar-putar membuat rokku mengembang. Semua orang memujiku sangat cantik.
Namun senyumku itu tidak bertahan lama dan kembali meredup ketika ku sadari bahwa itu hanyalah masa lalu. Tidak ada yang memujiku sekarang, bahkan seseorang yang pernah memujiku dulu kini menghinaku.
Sebenarnya kemarin saat Jimin menyelamatkanku dari maut dengan raut wajah khawatirnya membuatku sedikit berharap. Bahkan ketika ia merawatku dengan sabar saat aku sakit hingga tertidur di samping ranjangku kemarin. Aku merasa hatiku menghangat, sempat aku berpikir untuk memaafkannya dan melupakan perlakuan buruknya. Tapi sekarang aku tidak yakin.
Bahkan saat aku jatuh pingsan sepulang dari rumah nenek, Jimin tidak datang menemuiku. Aku tahu keluargaku pasti memberitahukannya keadaanku, tapi pria itu tetap tidak datang.
Tapi yang membuat hatiku tambah sakit adalah Brian. Aku menghela nafas dan menutup wajahku dengan kedua tangan, kepalaku semakin pening saat memikirkan pria itu. Aku tidak bisa menerka-nerka apa yang pria itu rasakan sekarang, yang jelas pasti ada kemarahan dan kekecewaan yang luar biasa padaku.
Aku tahu bahwa kami tidak memiliki hubungan apapun kecuali persahabatan ataupun hubungan senior junior. Tapi kedekatan kami beberapa tahun terakhir dan kemarahannya saat mengetahui pertunanganku dengan Jimin, itu membuatku berpikir bahwa kami memiliki hubungan yang lebih dari teman dan membuatku semakin merasa bersalah.
Aku sendiri bahagia bersama Brian, pria itu adalah pria yang menyenangkan. Peduli dan selalu mensupportku. Dia tidak berlebihan dan tidak membuatnya merasa tertekan. Tapi mungkin kepeduliannya dan dukungannya, bahkan candaan yang sering ia lontarkan tidak akan aku rasakan lagi. Karena pria itu juga pasti akan meninggalkanku.
Ya, sekarang tinggalah aku sendiri. Sendiri bersama diriku yang lemah. Tidak ada Brian oppa yang peduli, tidak ada Brian oppa yang menyenangkan dan tidak ada Brian oppa yang membuatku tertawa.
Ini gara-gara Jimin, mungkin tidak seratus persen. Tapi karena dia juga hubunganku dengan Brian oppa selama bertahun-tahun hancur dalam sekejap. Kenapa dia harus datang? Kenapa dia membuatnya menjadi rumit? Kenapa dia menghancurkan semuanya? Apa haknya menghancurkan hidupku lagi!
Aku memeluk kedua lututku erat dan membenamkan wajahku. Bagaimana bisa orang tuaku mebuat aku bertunangan dengan pria seperti Jimin?
*****
Jimin Pov
Van yang aku tumpangin mendecit, tanpa berkata aku turun setelah manajerku membukakan pintu dari balik kemudinya. Aku berjalan gontai menuju apartemenku.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔
Fanfic"Lagian siapa yang mau menikahimu, cewek tomboy!" Ketus jimin sekilas menoleh pada jeong dan kembali menatap neneknya penuh protes. "Dia bukan tipeku, lagian siapa yang percaya dia seorang wanita melihat dari bentuknya saja meragukan!" cibir Jimin...