Chapter 14: The Truth Untold

714 92 6
                                    

Jeongyeon Pov

Aku meninggalkan rumah nenek tanpa berkata satu katapun pada nenek yang menatapku penuh dengan tanda tanya dan kekhawatiran. Aku harap nenek akan marah padaku, biarlah marah saja. Dan semoga itu bisa membuatku terlepas dari pertunangan yang tidak masuk akal ini.

Aku tidak tahu bagaimana aku bisa menggambarkan keadaanku sekarang. Kacau, mungkin itulah yang paling cocok.

Kepalaku sesungguhnya masih terasa pening dan tubuhku gemetar. Namun aku menguatkan diriku, menggandeng kakakku untuk masuk ke dalam taksi yang berhenti tepat di depan kami.

"Pak, tolong cepat antar kami ke Seoul." Pinta ku pada supir taksi yang membawa kami. Aku ingin segera sampai di Seoul dan bertemu Brian oppa. 

Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang tentangku. Ya, aku telah menyakitinya, meski aku tidak bigitu yakin bagaimana perasaannya padaku karena sebenarnya hubungan kami tidak begitu jelas. Tapi melihatnya marah membuatku menjadi merasa bersalah.

"Pak, Tolong lebih cepat lagi." Pintaku lagi dan pasti terdengar lebih memaksa.

"Ini sudah maksimal nona, kita tidak bisa lebih cepat lagi kalau tidak kita bisa kecelakaan." Ujar supir taksi dengan nada yang sedikit kesal padaku. Aku tidak peduli, hampir aku memprotesnya lagi kalau saja kakakku tidak melarangku.

"Jangan terburu-buru, nanti bahaya." Seoyeon unnie menasehatiku yang tidak kujawab dengan apapun.

Ya tanpa ku jawab kakaku juga sudah tahu bagaimana aku ingin segera sampai di Seoul dari tubuhku yang tidak bisa tenang selama perjalanan.

Aku berkali-kali mencoba untuk menghubungi Brian oppa dari ponsel kakakku, karena ponselku belum diketemukan sejak ponsel itu di lempar pria sialan itu ke laut.

"Ayo angkatlah, oppa." Aku memohon pada seseorang di ujung telpon yang tak kunjung mengangkat panggilanku. Dan sepertinya tidak akan mengangkatnya lagi.

"Jeong, tenanglah. Kita akan menemuinya saat sampai di Seoul nanti." Ucap kakakku yang masih berusaha menenangkanku.

Tangan kakakku meraih tanganku yang gemetar dan berkeringat yang membuat raut wajahnya berubah, "Kita ke rumah sakit dulu, tubuhmu sangat panas jeong."

Aku menggeleng tidak mau, aku tidak membutuhkannya sekarang. Aku tidak punya waktu, hari ini aku sangat sibuk. Aku harus menemui Brian oppa dan menjelaskan masalah tadi padanya.

Setelah itu aku harus menghentikan Jimin untuk memberitahu agensiku tentang pertunangan ini. Lagipula pertunangan ini akan segera berakhir bagaimanapun caranya.

"Tidak, kita ke kantor jype saja." Ucapku pada kakakku sekaligus pada supir taksi yang membawa kami.

"Jangan pak, kita pulang saja kalau kau tidak mau ke rumah sakit." Tolak kakakku, "Pak Gangnam-gu, apartemen Camelia."

"Kak!" teriakku pada kakakku yang disambut oleh tatapan tajamnya. Aku menghela nafas putus asa karena aku tidak bisa menentangnya.

Cittt

Taksi itu mendecit berhenti tepat di depan apartemenku. Aku akan langsung ke kantor jype kalau saja kakaku tidak memaksaku turun dan membawaku masuk ke dalam apartemen.

Seoyeon unnie memapahku seperti aku sakit keras dan tidak mampu berjalan. Tapi aku juga bersyukur karena ada dia bersamaku. Karena dengan tiba-tiba tubuhku terasa begitu berat.


Mama menyambut kami dengan wajah yang sangat khawatir, namun aku sudah tidak kuat menahan tubuhku. Kakiku sudah gemetar lemas, peluhku mengalir menyusuri wajahku dan membat rambutku basah. Sedetik kemudian aku ambruk.

She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang