Sungguh, aku mencintaimu
Begitu sulit, seperti saat aku harus mencintaimu
Aku ingin membencimu
Karena aku tak bisa membencimu, aku makin membencimu
***
"Benarkah, sunbae tidak bohongkan?" tanya Rose memastikan apa yang Jimin katakan adalah serius. Matanya membulat menatap Jimin, kedua matanya tidak lagi tergenang oleh air mata meski warna merahnya tidak bisa menyembunyikan bahwa ia baru saja menangis.
Jimin menarik nafas dalam, lalu ia mengangguk untuk membuat gadis itu lega. Senyuman terbit di bibir Rose, kemudian gadis itu dengan tiba-tiba menerjang Jimin lalu memeluknya erat.
Butuh beberapa detik untuk Jimin menyadarkan tubuhnya yang mendadak kaku akibat mendapat pelukan mendadak dari Rose. Tangan gadis itu melingkar di lehernya dengan kedua kakinya berjinjit akibat selisih tinggi mereka yang cukup jauh.
"Apa yang kau lakukan?" Jimin segera melepaskan tangan gadis itu dari lehernya dan sedikit mendorong gadis itu menjauh dan membuat wajahnya kembali muram dengan mimik meminta maaf pada Jimin. "Aku akan melakukan itu, tapi bukan berarti kau bisa dekat denganku." Wajah Jimin menjadi serius dan tentu membuat Rose terkejut sekaligus takut.
"Sunbae maaf, aku sudah berlebihan." Ucap Rose dengan mata sendunya menatap Jimin yang justru hanya menghela nafas.
"Manajermu sudah datang." Jimin menatap seorang pria yang berjalan tergopoh-gopoh mendekat ke arah mereka. "Dengar, ini hanya sebatas pekerjaan. Jangan berbuat terlalu jauh." Jimin berpaling dari Rose hendak pergi dari sana, namun gadis itu kembali mencegahnya.
"Terimakasih sunbae." Jimin menatap gadis itu lagi, lalu beralih pada tangannya yang dipegang gadis itu. melihat tatapan Jimin yang dingin membuat gadis itu mengerti agar ia segera melepaskan tangannya dan membiarkan Jimin pergi.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Jimin pergi meninggalkan Rose lalu menghampiri manajernya dan merampas kunci mobil di tangannya. Kemudian ia pergi tanpa mempedulikan manajernya yang berteriak dibelakangnya menanyakan kemana Jimin akan pergi.
*****
Dorm twice terasa begitu canggung, terutama untuk ketiga gadis yang mengetahui hubungan Jeong dan Jimin. Sejak berita tentang Jimin keluar, Jeong tampak tidak bersemangat. Ia lebih sering diam, meski ia berada di tengah mereka saat di ruang tv tapi ia tidak banyak bicara. Meskipun gadis itu berusaha dengan keras agar tampak normal di depan membernya tapi Jihyo dan Nayeon tidak merasa itu wajar.
Kedua gadis itu berkali-kali berusaha menghibur Jeong, bahkan mereka sempat menelepon Jimin beberapa kali, namun sayangnya Jeong berhasil mengetahuinya dan menggagalkannya sebelum mereka bisa berbicara dengan Jimin. Hal itu tentu membuat mereka sangat khawatir, terlebih berita itu semakin heboh dikalangan netizen. Sedangkan Jeong hanya diam saja, tanpa meminta penjelasan apapun pada kekasihnya itu.
"Aku akan keluar sebentar." Jeong tiba-tiba beranjak dari sofa, membuat beberapa membernya terutama Jihyo dan Nayeon mendongak menatapnya khawatir. "Aku hanya ingin ke mini market sebentar."
Nayeon segera meraih tangan Jeong, "Aku ikut ya?" mohonnya. Sayangnya Jeong menggeleng dan menghempaskan tangannya, "Tidak. Aku akan pergi sendiri." Jeong tidak memedulikan wajah memelas Nay yang merengek ingin ikut, tapi ia hanya bergeming lalu keluar dari dormnya.
Sudah hampir satu jam, Jeong tidak kunjung kembali. Bahkan seluruh member Twice sudah ke kamar meraka masing-masing kecuali Jihyo dan Nayeon yang sibuk mengirimi gadis itu pesan. Mereka tampaknya tidak bisa tenang menantikan satu membernya yang tentunya sedang patah hati itu. Mereka sangat khawatir jika ada sesuatu yang akan menimpa gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔
Fanfiction"Lagian siapa yang mau menikahimu, cewek tomboy!" Ketus jimin sekilas menoleh pada jeong dan kembali menatap neneknya penuh protes. "Dia bukan tipeku, lagian siapa yang percaya dia seorang wanita melihat dari bentuknya saja meragukan!" cibir Jimin...