Chapter 8: Somehow

780 106 5
                                    

Flashback

"Hallo," ucap Jimin dengan malas.

"Jimin....." suara dari ujung telepon mengejutkannya. Suaranya sangat ia kenal dan sungguh membuatnya was-was. Keterkejutannya membuat jeda cukup lama dan membuat namanya semakin sering di sebut. "Jimin, Jimin apa kau masih disana?"

"I iya paman, ada apa?" jawab Jimin sedikit terbata. Tanpa sadar tubuhnya sedikit gemetar, ia memikirkan berbagai kemungkinan yang akan dikatakan seseorang yang ia panggil paman itu. Ia menggenggam ujung selimutnya erat untuk menguatkan dirinya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu pada mu," lanjut paman. "aku tidak akan menikahkan Jeong denganmu sekarang."

Jimin menghela nafas panjang sambil menjauhkan ponselnya agar tidak terdengar oleh orang diujung telpon yang ternyata Tuan Yoo. Tapi kenapa beliau mengatakan itu melalui telpon, bukankah ia telah mengatakannya secara langsung sebulan lalu.

"Iya paman, aku mengerti." Jawab jimin menerima keputusan Tuan Yoo tabah. "aku tidak pantas untuk Jeongyeon, aku orang brengsek."

Ada helaan nafas di ujung telepon Jimin, bukan milik Jimin tapi milik Tuan Yoo. Dia diam sejenak kemudian kembali berkata, "Kau bukan orang brengsek, kalau kau brengsek aku tidak akan mengijinkan anakku bertunangan denganmu."

Jimin hampir terperanjat dari ranjangnya mendengar Tuan Yoo mengatakan tentang pertunangan. Sebentar, pertunangan dengan anaknya yang mana? Tuan Yoo memiliki 3 orang putri, dan salah satunya sudah menolaknya dengan terang-terangan.

Jadi tidak mungkin itu Jeong. Tapi kalau bukan Jeong lalu siapa, apakah ia harus bertunangan dengan Seungyeon noona atau Seoyeon noona. Dua orang itu jelas lebih tua darinya dan dia tidak begitu mengenal kakak-kakak jeongyeon itu.

"Bertunangan paman? Dengan siapa?" tanya Jimin terkejut sekaligus penasaran, "maksudku,,,,bukannya Jeong menolaknya. Jadi aku harus bertunangan dengan siapa?"

Tuan Yoo justru terkekeh dengan pertanyaan Jimin dan spekulasi yang ia tawarkan pada Tuan Yoo. Jimin sendiri binggung mendengar kekehan tuan Yoo yang diikuti tawa dari orang lain di sisi Tuan Yoo.

"Ya ya, kita lihat saja nanti," ucap Tuan Yoo. "Luangkan waktumu akhir pekan ini, kita akan membicarakan pertunanganmu."

Jimin hanya mengiyakan tanpa bertanya lebih lanjut, lagi pula tuan Yoo segera menutup telponnya sebelum Jimin bertanya.

Beberapa menit kemudia ponsel Jimin berbunyi tanda ada pesan masuk.

Pertemuan keluarga akan diadakan sabtu di minggu depan, tempatnya ada di rumah lama nenek di Busan. Datanglah bersama Jeong kalau bisa.

Jimin tersenyum kecut membaca pesan itu yang memintanya datang bersama jeong ke sana. Terakhir kali ia mengajak jeong saja sudah jadi bencana, apalagi ia akan membawanya lagi. Dengan alasan apa dia menyakinkan jeong untuk pergi bersamanya kali ini.

Memikirkan saja sudah mengerikan, apalagi jika menjadi kacau seperti waktu itu. Jimin bergidik membayangkan ia diceramahi Namjoon hyung berjam-jam. Itu sangat mengerikan.

*****

Jeonyeon Pov

Hari Sabtu,

Aku merenggangkan badanku yang masih dibalut selimut hangat, ini sudah pagi. Tapi aku tidak ingin beranjak. Udara dingin sisa musim dingin masih bisa kurasakan dan memaksaku tetap berbaring di ranjangku. Mungkin satu jam lagi, aku tidak punya jadwal hari ini.

Twice sudah menyelesaikan promosi untuk lagu knock-knock dan akhir pekan ini kami libur. Beberapa member pulang ke rumah mereka, tapi aku hanya ingin berbaring di asrama ini untuk bermalas-malasan.

She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang