TMS 3 💦

1.4K 51 12
                                    

Haii...

Balik lagi ke dunia Ze 😊

Oke, stop senyum-senyum. Let's go!

💐💐💐

Hari ini, kelas Ze sedang melangsungkan pelajaran olahraga. Ze yang memang tidak suka dengan pelajaran itu akhirnya memilih duduk dibawah pohon rindang di pinggir lapangan. Ze melihat kearah teman-temannya yang sedang asik berbincang sambil tertawa. Ze kembali berkecil hati, tak ada dari teman-temannya yang ingin mengajaknya bergabung. Yang lebih membuat Ze kecewa karena disana ada Eve. Eve sama sekali tak melirik kearahnya. Huh, ada apa dengan saudari kembarnya itu.

"Nih, buat lo." Ze tersentak kaget ketika merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, itu botol minuman.

Ze melihat Wisnu duduk disampingnya, Wisnu juga melihat kearahnya. "Lo ngapain ngelamun disini?."

"Emangnya gak boleh ya?" tanya Ze.

Wisnu tersenyum, pertanyaan semacam apa itu. Dia kembali meminum minumannya, tak menjawab pertanyaan Ze. Ze memperhatikan Wisnu dari samping, Wisnu memang tampan, garis rahangnya yang tegas menambah kesan maskulin. Ze melihat ada keringat yang mengalir dari dahi Wisnu, Ze jadi salah tingkah sendiri.

"Jangan liatin gue terus, Ze. Nanti lama-lama gue baper."

Astaga, Ze tak menyangka ternyata Wisnu menyadarinya. Ze tengah menahan malu sekarang.

"Yuk ke kantin." ajak Wisnu. "Ikut aja sama gue, gue yakin mereka tengah gibahin lo sekarang."

Ze tau siapa yang dimaksud Wisnu. Dia melirik kearah teman-temannya tadi. Benar saja, sekarang teman-temannya tengah menatap dirinya tajam. Tanpa pikir panjang, Wisnu langsung menarik tangan Ze ke kantin. Ze tak menolak.

Sesampainya di kantin, Wisnu menyuruh Ze untuk duduk menunggunya sementara dirinya memesan makanan. Ze duduk dengan tenang sambil memainkan ponselnya.

Ze kaget ketika ponselnya tiba-tiba ditarik oleh seseorang yang sekarang tengah duduk dihadapannya. Ck, kenapa Ze harus bertemu lagi dengan orang ini. Ze menatap tak suka pada Fatir.

"Hai, pacar gue ngapain disini?" Fatir menyapa Ze.

Apa Fatir sudah gila? Tidak mungkin kan perkataannya kemarin dianggap sungguhan. Ze tidak mau menjadi pacar Fatir.

"Bodoh banget gue. Lo pasti disini karena mau makan ya kan? Yaudah, sebagai pacar yang baik gue temenin lo disini." Ze membuang pandangannya, dia enggan menatap Fatir.

"Yah, gue dikacangin. Lo pasti kesel sama gue karena pertemuan pertama kita kurang berkesan ya, hehehe. Sorry sama sikap gue yang kemarin. Kalau gitu kita ulang aja semuanya dari awal." Fatir menjulurkan tangannya kearah Ze. "Hai, nama gue Fatir. Fatir Bryan Kusuma. Gue ini siswa tertampan di sekolah ini, bukan cuma di sekolah ini sih tapi sekolah lainnya juga. Gue mempunyai ayah dan bunda makanya gue bisa lahir. Syukur gue lahir dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan..."

Ze tertawa. Ada apa dengan Fatir? Dia sibuk sendiri mengoceh sedari tadi. Dan apa itu tadi? Bagaimana mungkin ada perkenalan diri semacam itu. Panjang seperti puisi dan sebagian katanya adalah kutipan dari undang-undang.

"Cantik banget sih kalau lagi ketawa gini." kata Fatir membuat Ze langsung terdiam. "Eh, kok berhenti ketawa sih."

"Kita ulang ya, tadi belum di jawab." Fatir kembali menjulurkan tangannya. "Hai, gue Fatir. Fatir Bryan Kusuma. Mau jadi teman gue? Gue deg-degan, berasa mau salaman sama penghulu aja." lama Fatir menunggu namun Ze tak berniat menyambut uluran tangannya. Fatir mengangguk lesu, dia bersiap menarik tangannya dari hadapan Ze namun seketika dia merasakan tangan yang kecil nan lembut milik Ze menggenggam tangannya. Hanay sebentar, Ze langsung menarik tangannya kembali.

The Mute StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang