TMS 17 💦

870 33 4
                                    

Hai 🤗

Balik lagi ke dunia Ze

Gimana kabar kalian? Sehat terus ya 😉

Oke, stop senyum-senyum. Let's go!

💐💐💐

08.00 AM

Fatir baru saja sampai ke sekolah sesiang ini. Fatir memang sengaja datang jam segini, tadi dia masih asik bergelut dengan selimut dan bantal. Dia tak perlu buru-buru datang ke sekolah. Tak ada yang dia cari disini, tak ada yang dia harapkan dari sekolah ini. Semuanya saja saja, terasa ambyar.

Fatir melihat gerbang sekolah mereka sudah tutup, itu hal yang wajar baginya. Pasti sekarang semua siswa sudah melangsungkan proses belajar mengajar. Fatir melihat satpam sekolahnya melewat. Tanpa basa-basi Fatir melemparkan uang berwarna merah sebanyak 3 lembar yang telah dia gulung-gulung menjadi kecil ke kepala si satpam.

Satpam itu segera melirik siapa yang melemparnya dan dia menemui Fatir di luar gerbang. Satpam itu tersenyum, dia segera mencari barang yang baru saja dilempar Fatir. Sang satpam tertawa kala menemukan uang tiga ratus ribu. Hal ini sudah biasa terjadi antara dirinya dan Fatir. Ketika Fatir datang terlambat, dia akan membukakan pintu gerbang untuk Fatir memarkirkan motornya. Hanya seperti itu, dia mendapat uang.

Sang satpam segera berlari membuka pagar. "Mas Fatir toh. Makasih ya Mas duitnya." kata sang satpam cengengesan.

"Iya, sama-sama pak Tarjo." kata Fatir.

"Tarjo? Tarjo siapa, Mas? Saya ini Wawan. Nama saya Wawan." heran sang satpam yang bernama Wawan.

"Oh iya, pak Wawan. Maaf." Fatir mulai menjalankan motornya dan memarkirkannya dengan rapi. Setelah Fatir masuk, pak Wawan segera menutup kembali pintu gerbang.

"Makasih ya pak Udin." teriak Fatir, dirinya berlari meninggalkan area parkiran dan menuju halaman belakang sekolah.

Sementara pak Wawan hanya tersenyum. Fatir ini ada-ada saja, selalu saja salah sebut nama.

💐💐💐

Fatir sampai di halaman belakang sekolah dengan sebatang rokok di jarinya. Fatir menatap ke sekeliling? Dia tidak salah alamat sekolah kan? Kenapa halaman sekolahnya bisa sesepi ini? Kemana semua orang? Sungguh ini gak seperti biasanya. Apa teman-temannya bolos tanpa dirinya tapi rasanya itu tidak mungkin. Lalu kemana mereka?

"Cari siapa?" Fatir merasakan sentuhan di bahunya, disusul dengan pertanyaan seseorang dibelakangnya.

Fatir berbalik, dia mendapati Wisnu dengan senyum santainya. "Ngapain lo disini?" bukannya menjawab, Fatir justru balik bertanya.

"Ini sekolah kita, gue berhak berada dimana aja kan? Atau lo udah beli halaman belakang sekolah ini untuk lo sendiri sehingga gue gak boleh datang kesini."

Fatir mengepalkan kedua tangannya. "Lo kebanyakan bacot tau gak!" Fatir memang selalu tersulut emosi jika berbicara dengan Wisnu.

Wisnu berusaha menahan amarahnya juga, jika dia sama seperti Fatir maka pertengkaran akan kembali terjadi. Wisnu adalah ketua osis, tak baik bagi dirinya berkelahi. Bisa merusak citranya dan bisa menjadi contoh yang buruk buat siswa-siswi SMA ini. "Mending lo masuk kelas."

"Gak!" jawab Fatir langsung. "Jangan mentang-mentang lo sebagi ketua osis terus lo bisa ngatur gue seenaknya. Gue gak bakal mau."

"Oke. Gue gak bakal paksa lo. Tapi, apa lo yakin bakalan disini sendiri?"

The Mute StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang