Bagian 48

2.7K 179 9
                                    







"Hwaaaaa appaaaa!"

Tangisnya pecah memenuhi ruangan, entah dari mana sampe mana tapi dengan tangis sekeras itu siapa pun pasti bisa menemukan dimana letak asal suara

Di tambah puluhan mainan tersebut mulai di lemparkan ke segala arah oleh manusia manis ini. Mungkin dia sangat jengkel atau apa lah yang sampai membuat si kecil rewel

"Appaaa hikss... Appaaa!! Appaa!"

Lihatlah tubuh mungil bak bakpau itu mulai gemas menjatuhkan sekeranjang mainannya ke lantai lalu di hamburkan begitu saja, sudah sangat kesal

Yang di panggil pun tak kunjung kunjung menampakan batang hidung dari balik pintu

Entah apa yang sedang terjadi kepada si kecil saat ini

"Hwaaaa! Appaaa... Ammaaa! Hikss hikss"

Semua mainan bahkan selimut sudah berantakan, tubuh mungil itu langsung terduduk di atas karpet lembut tersebut dengan air mata yang masih setia turun dari kedua kelopak mata si anak, berharap ada satu orang saja yang membawakan kedua orang tuanya hadir

Semakin lama, ia akan semakin kesal, tangis tadi bukan berhenti tapi malah semakin kencang. Berusaha bangkit berdiri dengan tubuh bergetar masih menangis, si kecil berjalan menuju rak buku mini di pokok kamar. Tak peduli jika nanti kena omel ataupun dimarahin

Sampai di depan rak, tangan gembul itu memegang beberapa buku, lalu di hamburkan begitu saja ke lantai di sertai tangis yang menjadi jadi meramalkan nama appa dan eommanya. Detik berikutnya satu baris rak tersebut bersih dengan buku yang sekarang sudah bergeletak di lantai

Semakin gemas masih tak ada yang peduli padahal suara buku tersebut sudah cukup keras. Si kecil Jimin kembali duduk di karpet itu lalu melemparkan beberapa mainan ke arah kasur

Jangan katakan jimin senang dengan melemparkan barang benar itu dan setelah nya diam, tidak, malah dengan ia begini membuat Jimin semakin mengeraskan volume tangisnya

Tak ada kata lelah sebelum pintu tersebut terbuka dan menampakan orang yang sedang di cari

Jimin membaringkan tubuh mungilnya dengan di hempaskan begitu saja ke lantai, lalu kedua kaki juga tangan si kecil bergerak gerak sembari menangis. Airmata Jimin sudah memenuhi mata sampai penglihatan si kecil mulai kabur

"Hikss.... Appaaa... Ammaa... Hiks.. Ulang.."





Cklek!

Dengan cekatan namja berbadan besar ini berjalan cepat menghampiri segumpal makluk hidup yang ternyata masih menangis, di lempar lah tas yang ia bawa agar bisa lebih leluasa mendekati Jimin

Di angkatlah si kecil yang menangis tersebut ke dalam gendongannya

"Appaaa.. Hikss appaaa"

"Cupcup.. Sudah jangan menangis lagi.. Appa disini mochi"

Namjoon memeluk si kecil dalam Gendongannya tadi, berusaha menenangkan tangis Jimin sambil di tepuk tepuk bokong berisi Jimin. Ia sangat kwatir, baru saja menginjakan kaki di rumah nya, tau tau ada suara benda jatuh dari arah lantai dua tepatnya di kamar mereka. Namjoon yang pulang di siang hari itu guna untuk istirahat malah di hidangkan dengan suara tangis saat kakinya sampai di depan tangga.

Tiba tiba ada suara langkah kaki dari arah tangga mendekat, wajah tersebut langsung muncul dengan beberapa bulir keringat mengalir di dahi ampai pelipisnya. Seokjin yang baru saja muncul dengan kurang elit ternyata di sambut juga dengan kurang elit

"Nguhh~~ ammaaa hiks.. Maaa" Jimin kecil sesenggukan menatap sayu kepada Seokjin yang sedang tersenyum menyentuh surainya

"Sstt.. Stt.. Istirahat lagi.. Jangan menangis nee, appa sama amma disini baby" Ucap Seokjin sambil mengecup surai Jimin yang agak berantakan tanpa memberikan tatapan apapun selain senyuman manis

LITTLE CHIMMY [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang