Bagian 22

4.4K 236 24
                                        


"Appaaaa" Rengek Jimin dari arah kamar

Dengan santai Namjoon berjalan menuju kamar walau ia akan pergi kerja tapi ia tak akan pergi sebelum melihat bayinya bangun, di lihatlah anaknya yang sudah bangun tapi masih setia berguling guling di kasur

"Waeyo mochi?"

"Appaaaa endong!"

"Ulu anak appa manja sekalii" Namjoon menggendong Jimin ala koala sambil menepuk bokong berisi Jimin

Jimin menyandarkan kepalanya di pundak Namjoon, mata Jimin sayu dan hanya mengalungkan tangan kecilnya di leher sang appa

Namjoon yang merasa aneh pada sifat Jimin yang tak bisa, mengusap suri sang anak "kenapa sayang..?" Jimin menggeleng

"Appa janan pel gi.. Appa i umah cama chim.." Suaranya lirih

"Tapi appa harus kerja sayang.. Kan ada eomma di rumah. Chim main sama eomma saja. Appa janji akan pulang cepat" Jimin menggelengkan kepalanya, melepaskan pelukannya di leher sang appa. Lalu menatap Namjoon, wajahnya sudah memerah mendengar jawaban Namjoon

"Hiks.. Appaaaa" Jimin menangis sejadi jadinya di sana sambil memegangi pundak Namjoon

"Mochi kenapa menangis? Appa hanya akan kerja, kan ada eomma---" Kata kata Namjoon terpotong karna suara tangisan Jimin yang semakin menjadi

Namjoon mencoba menenangkan Jimin dengan memeluk kembali sang mochi sembari mengusap pundak Jimin.

Ia keluar kamar tapi masih menggendong sang anak yang masih terisak, menemui Seokjin di ruang keluarga yang sedang sibuk melipat baju

"Jinseok.. " Seokjin menoleh ke arah yang memanggil

"Kok belum berangkat? Dan ada apa dengan mochi kok menangis? apa kau mengatakan sesuatu?" Seokjin berdiri menghampiri Namjoon yang masih menggendong Jimin

"Tidak. Entah kenapa ia menangis tadi, aku tak melakukan apa apa"

"Sini berikan Jimin pada ku" Baru saja ingin melepaskan Jimin dari gendongannya Jimin kembali menangis semakin mengeratkan kalungan tangannya di leher Namjoon

"Kenapa sayang... apa eomma berbuat kesalahan...? Eomma minta maaf kalo begitu, tapi biarkan appa pergi kerja mochi. Nanti main sama eomma, nanti eomma ajak jalan jalan " Bujuk Seokjin berusaha menenangkan Jimin agar sang anak melepaskan Namjoon tapi nihil Jimin semakin keras menangis

"Anyiii! Chim au appaaaa hwaaa!"

"Iya mochi, sudah..  Sudah jangan menangis lagi. Appa tak akan pergi kerja, appa dirumah aja sama mochi oky" Jimin mulai tenang masih terisak, tak sama sekali melepaskan pelukannya pada leher sang appa

"Apa tak bisa datang siang saja? Kasihan suho kalo kau bebani dengan tugasmu"

"Tak apa.. Suho sudah mendapat bantuan, jdi tugasku akan mereka yang urus. Yang paling utama sekarang hanya lah mochi ku ketimbang pekerjaanku" Seokjin pasrah karna apa pun keputusan Namjoon tu dah tak bisa di bantah, apa lagi sudah menyangkut Jimin

"Aku akan kabari Suho, jangan kawatirkan pekerjaan ku. Kawatirkan Jimin saja"

"Iya iya aku tak kawatir" Seokjin meninggalkan Namjoon dan Jimin menuju dapur. Membuat sebotol susu untuk Jimin. Dan Namjoon menghubungi Suho untuk memberitahukan keadaan

"Hallo Suho"
"Nee hyung ada apa?"
"Aku tak masuk kerja hari ini,  sepertinya anakku sedang tak enak badan"
"Trus tentang rapatnya? "
"Bisa kah kau yang urus, nanti beritahukan kemajuan nya padaku"
"Apa tak masalah?"
"Tak..  Kau lakukan saja. Bisakan?"
"Iya"
"Lanjutkan kerjamu"
"Siap!"
Namjoon mengakhiri percakapan di telpon

LITTLE CHIMMY [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang