Bagian 9

6.2K 374 0
                                    

"Aaappah na la cam"

"Iya Jimin, tunggu sebentar. Appa selesaikan dokumen ini dulu. Main sendiri ya sayang.. "

"Engh dall "

"Jangan nakal anak appa ya.. " mengecup kening Jimin

Lalu Namjoon berjalan kembali ke kasur di samping Seokjin yang sedang tidur. Dan beberapa kertas beserta laptop yang masih setia menunggu, dengan tumpukan file.

Berhubung Seokjin yang sedang sedang tidak fit. Jadi Namjoon harus menjaga Jimin, tapi sambil menjaga, Namjoon juga mengerjakan beberapa dokumen penting. Jadi siang ini Namjoon benar benar sibuk sampai sampai tak terlalu memperhatikan Jimin dan sekitar. Sungguh mata Namjoon sedang bekerja dengan tangannya yg terus mengetik dan mencatat.

Di sanalah Jimin, di karpet kuning sedang bermain beberapa mobil mobilan, sudah cukup anteng. Sampai ketika mata sipit itu melihat pintu kamar yang terbuka cukup lebar. Keinginan bocah mungil ini hanya satu, ingin keluar.

Awalnya hanya menatap ke pintu, lalu tak lama tangan kecil Jimin mulai mengambil ancang ancang. Bokongnya ia angkat dengan penopangan lututnya pertama tama Jimin ingin bergerak, namun jatuh, jatuh dan terjatuh lagi. Tapi pada akhirnya ia berhasil bergerak maju. Dengan tertatah pelan tangan mungil berserta kakinya bergerak, merangkak menuju pintu dan keluar. Sayangnya Namjoon benar benar tidak tahu.

Jimin sekarang benar benar berada di depan tangga turun. Si mungil melihat karpet di bawahnya yang berbentuk seperti bola, membuatnya semakin penasaran. Tangan itu mulai menurunkan setengah tubuh menuju satu anak tangga awalnya berhasil, namun saat masuk pada anak tangga ketiga..

BRUGH.. BRUGH.. BRUGH..

Jimin bergelinding dari atas sampai di bawah anak tangga. Tangisnya pecah memenuhi ruangan, dengan tumbuh terlentang dan tangannya yang menggenggam kuat.

Wajahnya sudah sangat merah sekarang.

.

Namjoon yang tidak melihat Jimin di karpetnya, tiba tiba ia teringat dengan pintu kamar yang tak di tutup. Dengan Panik Namjoon segera berlari keluar kamar. Baru sampai di depan pintu Namjoon mendengar  suara benda terjatuh dari tangga, Namjoon segera menuju tangga dan benar saja Jimin baru saja jatuh dan menangis kencang di bawah. Namjoon secepatnya menuruni anak tangga lalu mengendonga bayinya yang hampir kaku menangis.

Namjoon melakukan apapun yang dapat membuat Jimin tidak menangis lagi , Namjoon sekarang hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri ia menyesal tidak memperhatikan mochinny yg sedang masa aktif aktifnya.

.

Sendari tadi Jimin masih menangis, membuat Namjoon harus membawa Jimin keluar ruangan . Perlahan namun pasti Jimin mulai diam saat dia tarus menerus mengatakan hal hal dan menepuk bokok Jimin sambil mengayun ayunkan mochi mungil.

"Hiks.. hik.. hiks... "

"Cup .. jimin sama appa jangan mangis lagi, appa di sini sayang. "

Namjoon menganti posisi menggendong Jimin. Ia hadapkan mochinya memeluk dirinya dengan kepala Jimin di antara leher dan pundaknya, dan tangannya Jimin yang satu ia taruh disisi lain pundaknya.

Wajah Jimin sudah memerah dan basah dengan air mata

"Paa ngh hik.. hiks "

"Iya appa di sini mochi.. sudah jangan nangis lagi. Cup cup " mesih menepuk bokong berisi Jimin pelan, untuk menenangkan Jimin.

Jimin sudah tertidur. Mengetahui hal itu Namjoon kembali masuk dan tak lupa mengunci pintu, lalu kembali kekamar dan menidurkan mochinya namun kali ini di kasur king sizenya bukan di ranjang Jimin. sebelum itu ia membersihkan semua pekerjaannya dari kasur sebelum menaruh mochinya.

LITTLE CHIMMY [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang