5•Paket

52 10 3
                                    

Setelah perjalanan yang sedikit lama dari Selatan ke rumahku, aku tiba dengan rasa kebingungan. Aku buru-buru memasuki kompleks rumahku, orang di kompleks tersebut akrab denganku. Tapi tak ada satupun yang mengenalku siapa aku sebenarnya. Mereka hanya mengetahui aku adalah Jessica Barend, mereka hanya berpikir Barend hanyalah nama biasa. Dan juga aku tak pernah mengeksplor nama keluarga kerajaanku, Frederik.

Mereka semua menyapaku saat melihatku, ada juga yang bertanya mengapa aku sangat tergesa-gesa. Aku tidak menggubrisnya, dan melanjutkan jalanku.

Sesampainya aku dirumah, aku langsung masuk. Saat aku masuk rumah benar-benar sepi. Padahal tadi aku menelfon para mermaid agar datang sebentar setelah sarapan untuk membereskan pakaian-pakaian Ouders ku. Tapi, hanya mermaid senior. Karena, kamar mereka tak boleh dimasuki oleh sembarang orang, bahkan anaknya sekalipun. Aku dan Kelvin tak pernah memasuki kamar mereka. Kami pernah sekali mencobanya, tapi tetap saja tak diperbolehkan. Setelah itu kami tak ingin mecobanya lagi.

'Para mermaid benar-benar kerja begitu keras, bahkan mereka sudah pulang. Sangat cepat. Ya sudah lah, bukan mereka yang kucari, tapi paket yang dikirim oleh Brandon, dan juga......' batinku, dan aku teringat sesuatu. "DIMANA KELVIN?" teriakku. Membuat Gabriel di sampingku kaget, aku yang dari tadi melamun tiba-tiba berteriak.

"JES!!! Kamu kenapa sih. Suka bikin kaget. Ya aku gak tau lah Kelvin dimana, kita berduakan baru aja sampai ke sini. Kamu mikir dikit bisa gak. Ayo cari!" Gabriel telah lebih dulu naik dan mencari Kelvin di kamarnya, aku tak mengikutinya. Aku lebih memilih mencari paket yang dikirim Brandon.

Lewat 1 setengah jam, aku tak menemukan paket itu di rumah ini. Dan lagi-
"Lama banget manggil Kelvin doang. Pasti Gabriel sama Kelvin lagi main game lagi, huh. Ya udah lah. Aku cari sendiri aja, siapa tau tadi aku lepas jangkauan pada suatu tempat."

Akupun kembali mencarinya, tapi tak kudapatkan. Aku sudah berusaha. Bahkan aku memanggil Kelvin, dan menanyakan apa dia melihat ada paket atau tidak, dan dia menjawab tidak.

"Emang paket apaan sih Jes? Dari kita masih di taman ampe sekarang kamu cemberut dan kebingungan cuman gegara paket. Emang isinya apaan?" tanya Gabriel kepadaku yang mulai tampak lelah.

"Isinya tuh-" tiba-tiba Kelvin memotong pembicaraanku.

"Kalian ke taman? Kalian ngapain? Lagi kencan ya? Kok gak bilang-bilang sih. Hayo, Jessica bukan kakak Kelvin lagi loh, kalo aku gak diberi tau," dengan gaya ingin tahunya, ia bertanya dengan nada dan mimik yang menjijikan untuk didengar. Aku langsung melotot ke Kelvin, yang memotong bicara ku, aku seketika melayangkan pukulan ke punggunya. Walaupun suaranya cukup keras, tentu saja itu tidaklah sakit.

"Au. Sakit. Dasar mak lampir." Kelvin memelas seperti bayi yang baru saja di bentak.

"Kalo aku lagi ngomong jangan dipotong Vin. Kamu ih." Aku hanya memperingatinya.

"Jadi gimana nih paket yang kamu cari itu Jes?" tanya Gabriel, memotong pertengkaranku dengan Kelvin.

"Jes, mungkin ada mermaid yang ambil, ngira sesuatu yang penting jadi mereka simpan. Coba tanya in," sambung Kelvin. Kali ini Kelvin ada benarnya, aku mengambil telfonku dan menelfon rumah para mermaid.

Saat aku bertanya kepada mereka, ada salah satu yang menjawab, ia memindahkannya ke ruang arsip. Aku sesegera mungkin lari untuk mengambilnya. Aku menemukannya di ruang arsip, paketnya tidak terlalu besar, lebih mirip kotak roti. Tapi sangat ringan. Aku mengeluarkannya dari ruang arsip, dan membawanya kehadapan Kelvin dan Gabriel.

Aku membaca nama yang tertera pada kotak tersebut.
"Brandon Van Gogh. Oh ini nama lengkapnya. Tapi kok aku gak asing ya sama nama keluarga ini? Hmm.... Kamu tau Ga-" aku terhenti saat melihat wajah Gabriel berubah menjadi pucat. Entah apa yang terjadi padanya, aku dan Kelvin langsung membawanya ke dapur, untuk diberi minum.



TBC
|
|
|
Lagi rajin aja, update pagi, hehe....

Voment!!

So ya, see ya✨

BARCODE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang