23•Ingatan

15 5 3
                                    

"Terus sekarang kenapa kau mengajakku kesini? Untuk menceritakan ku omong kosong ini?" tanyaku sedikit kesal. Aku ingin pergi dari sini secepat mungkin.

"Apakah kau tahu kejadian yang pernah membuatmu kehilangan ingatan untuk kedua kalinya?" Pertanyaan Sadya membuatku semakin bingung.

"Aku lupa. Tapi Rinn sudah menceritakannya," singkatku.

"Kau bisa mengingatnya, akan aku beri tahu sebuah ingatanmu yang pernah hilang," jelasnya.

"Hah? Dari mana kau bisa tahu tentang kehidupaku?" tanyaku bingung. Sadya benar-benar membuatku ingin pergi dari sini.

"Kelvin. Kelvin yang memberi tahuku." Aku mulai muak dengan semua ini.

"Cukup! Aku muak dengan semua penjalasanmu itu. Semuanya hanya omong kosong! Aku akan pulang. Terima kasih untuk penjelasanmu yang tidak berguna," ketusku.

Aku berjalan keluar dari cafe tersebut. Aku mengira topik yang ingin dibicarakan Sadya benar-benar penting, jika iya, harusnya ia mengejarku. Tapi, aku ingin melupakan semuanya. Tapi, kenapa sepertinya ada yang janggal.

Saat aku berhenti sesaat menatap ke atas melihat awan biru yang super jelas. Aku menghembuskan nafasku dan mempermantap langkahku untuk pergi, tapi sebelum aku benar-benar pergi. Seseorang memegang pundakku. Saat aku berbalik, itu adalah Sadya.

"Kau tidak suka dengan barcode, kau lah yang di takuti oleh semua orang disini. Karena kau yang akan merusak sistem kehidupan disini." Sadya mengagetkanku dengan kata-katanya yabg terngiang di kepalaku.

Dalam sepersekian detik, kepalaku terasa sangat sakit, sangat sangat sangat sakit. Aku tidak bisa menahannya, aku tidak memopang diriku untuk berdiri, aku terjatuh dan terus menerus memegangi kepalaku yang begitu sakit. Hingga semua ingatanku setelah kecelakaan pertama kembali semua, aku mengingat semuanya.

Aku sangat membenci barcode, aku sudah tahu tentang kematian Kelvin, aku lah yang pertama kali tahu isi dari barcode milik orang tuaku. Dan saat melihat isinya, aku menentangnya sekuat tenaga dan ingin merusak sistem di negeri ini. Aku berusaha keras agar bisa merusaknya, tapi semuanya sia-sia. Aku hanya memperburuk keadaan. Dan aku mencelakai diriku sendiri.

Setelah sadar dan merasa lebih baik, Sadya menuntunku masuk kembali ke cafe dan menyuruhku duduk, memberiku minum. Aku merasa lebih baik. Dan seketika semua emosiku keluar dan meluap-luap.

"Aku benar-benar sadar sekarang, keberadaan barcode tidak dibutuhkan. Harusnya dari awal benda terkutuk itu memang tidak sepantasnya di buat!" kemarahanku memuncak.

"Tetapi, tanpa barcode kematian juga tidak bisa terkontrol," balas Sadya.

"Jadi maksud kamu barcode menyelamatkan kita yang tidak terpilih dari kematian? Omong kosong yang bodoh."

"Kalau begitu bantu aku." Sadya menatapku dengan sangat dalam.

"Bantu? Bantu apa?"

"Pecahkan bagaimana bisa Kelvin menghilang dan kita singkirkan sistem barcode itu, kau ikut?" Sadya menjulurkan tanganya memina dukunganku. Aku membalasnya dan setuju.

Saat aku sedang berbicara dengan Sadya tentang barcode, aku melihat seseorang di luar cafe yang dari tadi sepertinya melihat dari luar.

"Apakah itu perasaanku saja? Tidak mungkin kan itu Gabriel?" kataku dalam hati.




TBC------

BARCODE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang