21•Pendeteksi

17 3 8
                                    

Semalam aku tertidur dengan nyenyak. Dan saat terbangun pagi ini, aku berharap semua kejadian kemarin adalah mimpi, tetapi bukan. Aku hanya membuka mataku, aku tidak ingin bergerak dari sini-tempat tidurku.

Aku menunggu jika saja ada yang masuk ke kamarku. Apakah itu Rinn atau Gabriel siapapun itu. Tetapi, tidak ada seorangpun yang masuk lebih dari satu jam. Aku menguatkan diriku untuk bangun dari tempat tidur dan melihat apakah sebenarnya ada orang di rumahku atau tidak.

Dan saat aku turun aku tidak menemukan siapapun. Akupun naik kembali ke kamarku. Aku bingung, apa yang ingin aku lakukan di hari yang panjang ini. Dan di saat aku merenungkannya, ponsel milikku berbunyi, dan tidak memiliki identitas. Akupun mengangkatnya.

"Ini siapa?" tanyaku.

"Sadya," jawabnya dari seberang telfon.

"Oh Sadya. Ada apa?" tanyaku dengan ramah.

"Dari Gabriel.. Mm...mm.." Sadya terdengar gugup.

"Panggil nama aja." Aku tidak tahu dari mana aku dapat ide, untuk menjawabnya seperti itu.

"Oh ok."

"Kenapa nelfon?" tanyaku penasaran sejak dari tadi.

"Kamu masih ingat di mana kamu suruh Kelvin pergi sebelum ia meninggal?" tanya Sadya dengan suara sedikit parau, seperti telah menangis.

"Iya aku ingat. Mau aku kesana?"

"Iya. Tapi kamu kesini bawa Barcode yang ada di kamar orang tua kamu . Aku tunggu," ia menutup telfonnya. Yang ada di pikiranku? Bagaimana bisa dia tau ada Barcode di kamar orang tuaku? Tapi aku menipis semua pikiran jahatku.

Aku pun pergi ke kamar orang tuaku. Entah kenapa rasanya benda ini tak asing bagiku, dan aku menghapal letaknya di kamar orang tuaku. Padahal seingatku, aku tak pernah melihatnya. Barcode dari Brandon? Aku tidak pernah menyentuhnya sama sekali. Aku bahkan lupa dimana aku menaruh kotak yang berisi Barcode itu, Barcode yang ingin kubaca apa isinya, Aku menyuruh Kelvin ke selatan untuk mengambilkanku alat pembaca Barcode. Tapi ia tak kunjung balik, dan berakhir meninggalkanku selamanya.

Mengingat cerita itu membuatku sesak. Setelah menemukan barang yang ku cari. Aku pergi ke tempat yang di maksud Sadya. Perjalananya panjang dan ini pertama kalinya aku pergi sendirian sejauh ini.

Sesampaiku di tempat itu aku langsung mencari Sadya. Tak butuh waktu lama, aku segera menemukannya. Ia berada tepat di toko yang ia maksud. Dan memegang sebuah benda. Terlihat seperti mesin tik tua, tapi di salah satu sisinya ada sesuatu yang menjuntai tampak seperti pembaca barcode jaman sekarang, tapi terlihat usang. Sepertinya itu tempat untuk mengetahui apa yang tertulis di barcode yang ku bawa.

Aku memanggil Sadya, setelah mendengar suaraku Sadya menatapku dari kejauhan dan melambaikan tanganya. Aku kesana dan menghampirinya. Sadya dan aku pergi ke sebelah toko itu, disebelahnya ada cafe. Aku dan Sadya duduk dan memesan minuman. Aku berpikir ini akan menjadi pembicaraan yang cukup ringan. Ternyata tidak.

"Kamu membawa barcodenya?" tanya Sadya tanpa basa basi.

"Oh iya. Ini," jawabku sambil memberikan barcode yang ia inginkan.

Sadya meletakkan barcode itu dan mengscan nya dengan alat yang ia pegangi dari tadi. Tapi sebelum ia melakukannya, ia terlebih dahulu memasukkan kertas ke mesin ketik itu. Agar bisa menulis apa yang terbaca oleh barcode. Alat yang aneh.

Dan setelah Sadya selesai dengan scan barcode, mesin ketik itu mengetik dengan sendirinya dan menulis sebuha nama. Aku tidak bisa melihatnya, karena mesin ketik itu membelakangi ku. Jadi, Sadya yang tahu apa yang tertulis disitu.

"Dia memang orang terpilih," desis Sadya dengan suara parau. Ia terlihat menahan kesedihannya dibalik senyuman palsu yang ia perlihatkan.

Setelah mencerna dengan baik apa yang dikatakan Sadya, aku kembali bingung. Apalagi yang ia bicarakan.



-----TBC

BARCODE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang