14•Rinn

19 3 3
                                    

Aku sekarang berada di kompleks Violet, di salah satu rumah mewah di kompleks ini. Aku berada di rumah temanku yang sangat akrab denganku, namanya Rinn.

Saat aku masuk kedalam rumah itu, tidak ada seorang pun di dalamnya. Aku terus menerus memanggil nama Rinn, tapi ia tak kunjung terlihat. Aku memilih turun ke lantai bawah, dibawah juga aku tidak menemukannya.

Aku memilih duduk di dapur rumah itu menunggu Rinn muncul, saat aku berinisiatif ingin berdiri untuk mengambil minum, tiba-tiba Rinn mengagetkan ku dari samping. Aku panik setengah mati.

"Ya ampun Rinn. Kamu ngangetin aku sumpah. Kamu dari mana aja sih?? Aku udah dari tadi loh nunggu." Aku kembali duduk dan diikuti oleh Rinn.

"Maaf aku ketiduran. Aku pikir kamu udah lupa sama aku. Kamu hampir seminggu loh gak datang kesini. Jadi ya aku tiduran terus aja. Hehe...." kata Rinn. Rinn adalah orang yang periang, tapi dia juga kadang aneh. Saat aku ingin berdiri untuk mengambil minum, Rinn tiba-tiba bertanya.

"Kelvin mana Jes? Kok gak ikut. Lagi marahan?" tanyanya tiba-tiba. Aku tersentak kaget. Aku kembali mengurungkan niatku. Akupun berusaha untuk tegar.

"Dia gak akan kesini lagi Ri," jawabku pelan.

"Hah? Maksud kamu?" tanya Rinn bingung.

"Dia udah gak ada Ri," jawabku lebih pelan.

"Udah pulang ke Belanda?"

"Bukan Ri."

"Terus kemana Jes? Kamu kalo ngomong yang jelas dong. Kelvin mana Jes?!" Rinn bertanya dengan sedikit membentak.

"Kelvin sudah dipanggil sama tuhan Ri." Aku menahan tangisku agar tak keluar, tetapi Rinn lebih dulu mengeluarkan air matanya.

"Kok bisa Jes?" tanyanya isak.

"Udah takdir kali Ri," jawabku berat.

Rinn mengeluarkan semua tangisannya, bahkan ia sempat mengatakan bahwa ia pernah menyukai Kelvin. Tapi, sekarang tidak lagi. Ia menceritakan semua kenangannya dulu bersama Kelvin dan aku, saat senang maupun duka. Rinn menceritakannya dengan berat hati, karena setiap kali ia ingin menceritakan sesuatu ia merasa sangat berat untuk mengungkapkannya. Terkadang juga Rinn mengangis. Sepanjang ia bercerita, aku hanya bisa menahan tangisku, aku tak ingin melanggar janjiku ke Kelvin. Aku harus tegar.

Setelah Rinn puas mengatakan semua yang ingin ia katakan, aku dan Rinn kembali fokus. Tetapi, sebelum aku memberitahu Rinn maksud kedatanganku, Rinn mengatakan sesuatu yang aneh.
"Padahal aku pikir waktunya Kelvin masih lama. Kelvin benar-benar orang terpilih, aku tak habis pikir. Padahal saat kau melihat benda terkutuk itu menyebut nama Kelvin, kau sangatlah marah bahkan sangat membenci benda itu, padahal itu sudah takdir bagi kita yang hidup di zaman ini. Dasar alam," ucapnya panjang lebar. Satukatapun dari Rinn, tak ada yang kumengerti maksudnya.

"Maksud kamu orang terpilih apa Rinn? Dan juga benda apa yang sangat aku benci?" Saat aku menanyakan hal itu, raut wajah Rinn seketika berubah menjadi raut wajah yang kebingungan.

"Haha.... Jangan bercanda Jess, tidak ada orang yang tak tau benda terkutuk itu. Hanya orang terpilih yang tidak tau akan benda itu, dan kau bukanlah orang yang terpilih bagaimana bisa kau tidak mengetahuinya," dengan nada sedikit mengejek ia mengatakan hal tersebut.

"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kamu maksud Rinn. Benda apa itu?" tanyaku.

"Kau mengetahuinya. Tentu saja itu adalah-" telfon Rinn berbunyi saat ia ingin menyelesaikan kalimatnya. Ia pun mengangkat telfon yang masuk dan meninggalkanku sendiri di dapur.

Bagitu lama aku menunggunya kembali turun, hingga aku tak sadar aku tertidur. Dan saat aku bangun Rinn tidak ada di dapur.

"Tidak mungkin Rinn tidak membangunkanku jika dia melihatku tertidur disini. Kemana dia, kenapa dia begitu lama hanya menelfon?" tanyaku pada diriku sendiri.

Aku pun naik ke atas untuk melihat keluar. Aku menuju pintu keluar rumah itu, namun aku dibuat kaget. Pintu keluarnya terkunci. Dan tak ada seorangpun dirumah ini kecuali aku.





TBC
|
|
|
So ya, see ya:>

BARCODE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang