26•ArBi

17 3 4
                                    

Setelah aku di beritahu oleh Sadya bahwa aku memiliki penglihatan, aku seketika merinding dan salah tingkah.

Aku tidak ingin memperjelasnya. Cukup sampai disitu aku mengetahuinya. Setelah beberapa menit kami sampai dan menuju ke toko ArBi, toko elektronik dimana mesin pembaca/pendetektor Barcode dengan bentuk aneh di zaman ini.

Kami menemui pemilik toko tersebut. Awalnya aku ingin mengajaknya basa-basi terlebih dahulu. Tetapi-

"Apakah anda ada hubungan dengan pasukan jas putih yang mengambil nyawa orang-orang disini?" beo Sadya. Aku yang melihatnya hanya menghela nafas.

Pria yang menjaga toko itu, awalnya terlihat aneh, dia terus menerus mencari alasan agar tidak menjawab. Kami pun semakin curiga dengan orang ini. Kami hanya bersitatap dan meladeni pria itu. Setelah beberapa saat ia berbicara ia tiba-tiba menatapku secara mendalam dengan tatapan yang aneh.

Ia mengacungkan jari telunjuknya kearahku, "Kenapa kau kesini?" nada yang sangat datar yang pernah ku dengar keluar dari mulut pria itu.

Aku yang kebingungan hanya bisa mundur bebetapa langkah, dan Sadya yang memperhatikanku menghalangi penglihatan pria itu untuk melihatku. Ingatanku memang sudah kembali, tapi aku masih belum benar-benar tahu, apa penyebab beberapa rakyat yang ada di kota ini, sepertinya membenciku.

"Jawab pertanyaan kami!" tegas Sadya.

"Sebuah tempat yang sangat sempit dan gelap. Ia berada di tengah benda bulat yang besar. Angin tidak akan keluar dari lubang. Dan sebuah kayu menyelimuti sesuatu yang dingin.Tapi di tempat yang terkutuk mereka melayang dan tak akan bisa dilihat." Setelah memberitahu teka-teki itu, semua pintu dan jendela tertutup dengan otomatis.

Kami yang masih di dalam panik dan tak memikirkan apapun. Pintu dan jendela tersebut tertutup sangat cepat, bahkan untuk melarikan diripun tak ada kesempatan. Saat kami meoncoba melangkah dalam kegelapan yang sangat gelap gulita. Suara pistol yang diisi dengan peluru terdengar sangat jelas dari belakang kami. Sadya dan Aku berbalik, dan tentu saja tak melihat apapun.

Dorr

Suara tembakan menggelegar di telingaku saat mendengarnya. Aku menutup mataku seerat mungkin, dan aku meraba tubuhku apakah aku terluka. Tetapi tidak, dan saat aku ingin memanggil Sadya dia lebih dulu menyentuhku menandakan dia baik-baik saja.

"Buka matamu," pinta Sadya.

Saat aku membuka mataku, sinar yang terik menyilaukan mataku dan membuatku tercengang saat aku membuka mata kami berada tepat di depan gerbang kereta bawah tanah sebelah utara, yang berarti kami pindah tempat. Tapi, bagaimana mungkin. Aku terus menerus membatin.

Sadya menggumam sesuatu, dan saat aku memperjelas pendengaranku ia terus menerus mengulangi perkataan terakhir dari pria yang ada di selatan tadi.

"Sebuah tempat yang sangat sempit dan gelap. Ia berada di tengah benda bulat yang besar. Angin tidak akan keluar dari lubang. Dan sebuah kayu menyelimuti sesuatu yang dingin," kataku mengulangi. "Itu adalah pemakaman!!" tegasku.

Sadya menatapku dan langsung melanjutkan, "Tapi di kota ini tidak ada pemakaman."

"Tapi di tempat yang terkutuk mereka melayang dan tak akan bisa dilihat," timpalku. "Kota ini adalah kota terkutuk, dan yang bisa melihat pemakaman itu hanyalah orang-orang jeli."

Sadya langsung mengerti dan langsung melangkahkan kakinya dengan mantap ke pemakaman.

"Tunggu!" kata Sadya. "Kau tahu itu ada dimana?"


TBC------

BARCODE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang