27•Lukisan

17 3 3
                                    


"Tunggu!" kata Sadya. "Kau tahu itu ada dimana?" timpalnya.

"Aku mengetahuinya. Ayo!" lanjutku.

Awalnya Sadya hanya bingung, tapi pada akhirnya ia mengikutiku. Kami tidak perlu berjalan jauh untuk pergi ke tempat paling spesial yang ada di kota ini. Hanya berjarak 2-3 km.

Tapi kami tetap saja kelelahan saat sampai tepat di depannya. Kami menyesuaikan pernafasan kami dan istirahat sejenak.

Sadya yang pertama kali ke tempat itu awalnya terkejut.
"Kamu yakin ini adalah pemakaman. Ini terlihat seperti rumah mewah yang dihuni oleh orang yang congkak."

"Mereka melayang. Pria itu mengatakannya. Di kota ini, mereka tidak dikubur tetapi hanya di diamkan di sebuah bilik kecil, dan saat keluarga mereka datang, mayatnya akan di kubur di kota sebelah," jelasku mengingat kejadian Kelvin.

Kami berdua masuk ke dalam sana dan mengelilingi bangunan itu tanpa tahu tujuan kami kesana. Kami tidak bertemu siapapun, dan kami sangat kebingungan. Lalu aku berinisiatif untuk memasuki salah satu kamar. Tetapi, itu adalah hal yang menguji adrenalin, jadi aku mengurungkan niatku.

"Kita harus kemana Jes?" tanya Sadya sambil melihat sekeliling.

"I don't know!" Sadya berbalik kaget padaku. Aku hanya mengangguk dan disusul oleh bahu yang terangkat.

Dan saat kami menyusuri sebuah lorong, lorong yang cukup besar, namun terlihat seram. Lorong itu bernuansa merah darah, yang membuatnya seram. Dilorong ini tidak ada apapun dan hanya lorong buntu. Tetapi, di ujung lorong ada sebuah lukisan. Kami mendekati lukisan itu yang terlihat samar-samar dari kejauhan.

Saat kami melihatnya lebih dekat, kami mendapati sebuah lukisan yang di dalamnya tergambarkan sebuah istana megah yang dipuncaknya terdapat bendera berlambangkan huruf B besar. Dan kami menilitinya lebih baik, jika saja kami memiliki kesempatan dan petunjuk dari lukisan ini.

"Jes. Look!" Sadya menunjuk salah satu sudut lukisan itu. "Itu menggambarkan arah barat."

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan tiga kali tiba-tiba terdengar dari belakang kami.

Tok

Tok

Tok

Dan terulang kembali dengan nada yang sama. Dan saat kami berbalik, kami mendapati lorong di depan kami sangat gelap, sehingga kami tidak bisa melihat ujung lorong ini, yang sebenarnya sangat dekat.

Kami memberanikan diri untuk berjalan ke arah sana. Dan saat kami menginjakan kaki di tempat gelap itu. Tiba-tiba keluar sesosok perempuan yang pucat pasih mengenakan sebuah mahkota. Dan mendekati kami dengan cara yang seram.

"KELUAR KALIAN DARI SINI!!!" Dia ada di antara kami dan berteriak cukup keras. Kami sontak berlari dan tak sadar kami pun keluar dari bangunan itu.

Saat kami melihat awan biru kembali, kami menghumbaskan nafas dengan tenang. Dan saat kami berbalik, rumah pemakaman itu menghilang. Dan tersisa pohon beringin yang sangat besar.

Kami memilih pergi meninggalkan wilayah itu. Saat kami sudah cukup jauh, kami berinisiatif untuk beristirahat.

"Apa yang kau lihat tadi?" tanyaku pada Sadya.

"Aku melihat tertulis dibawah BARAT, tapi di kota ini tidak apapun di sebelah barat. Bahkan akses untuk kesana saja tidak ada." Sadya menunduk mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.

BARCODE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang