Aku berlari ke arah Kelvin dan memeluknya secara erat. Aku menumpahkan semua air mataku yang tertahan sejak tadi. Kelvin membalas pelukanku dan menenangkan ku.
"Vin, kenapa kamu tidak bilang apa-apa padaku. Bahkan kau tidak menghubungi," kataku tersedu-sedu.
"Jika aku bisa, aku pasti menelfonmu. Aku tidak bisa mengingat apapun hingga kemarin. Baru tadi pagi, tadi semua ingatanku di kembalikan. Dan aku tidak bisa keluar dari pulau ini kalau kutukan itu belum sirna," jelasnya.
Aku melirik Sadya yang dari tadi tidak mengubah raut wajah, hanya datar dan dingin. Hingga Kelvin melepaskan pelukanku dan memeluk Sadya. Air mata Sadya tak tertahankan, iapun mengeluarkan semua kesedihannya selama ini, yang ia tahan sendiri.
"Terus yang selama ini membisikkan ku kata-kata siapa?" tanya Sadya melepas pelukan Kelvin.
"Itu aku, tapi saat itu aku tidak akan mengingat apapun setelah berkomunikasi denganmu."
Aku memukul pundak Kelvin dengan kasar, dia kaget dan mengaduh kesakitan.
"Jadi selama ini kau sangat senang pergi ke rumah Rinn gara-gara ada Sadya. Kenapa kau tidak membicarakannya denganku, ugh." Aku kesal dengan hal itu, tetapi topik itu hanyalah topik untuk memecah keseriusan kami bertiga tadi.
Setelah melepas rindu, kami berbicara hal yang ringan dan bercanda tawa bersama. Tetapi, sejak tadi Sadya seperti ingin mengatakan sesuatu padaku. Ia terus menerus melirikku. Aku sedikit resah.
Dan saat aku memberanikan diri untuk bertanya, seorang pengawal masuk kedalam ruangan dan memanggilku, ia bertanya apakah aku sudah siap betul.
"5 menit lagi," jawabku. Aku sedikit tegang. Aku akan masuk kedalam sebuah ruangan yang di dalamnya ada makam orang yang mengeluarkan sebuah kutukan mematikan di pulau ini.
Aku menyuruh Kelvin keluar dan ingin berbicara dengan Sadya. Kelvin hanya menurut. Akupun mengajak Sadya berbicara.
"Apakah ada yang ingin kau katakan?" tanyaku.
"Dia menginginkan sesuatu darimu untuk mendapat keuntungannya sendiri," jawabnya datar.
"Dia?"
"Si Ratu."
"Apa yang akan dia dapatkan jika aku melakukan hal itu?" tanyaku penasaran.
"Anaknya akan selamat." Aku sedikit terkejut dengan jawaban Sadya. Kali ini aku ingin percaya dengannya.
"Dia punya anak?"
"Iya. Ratu adalah orang pertama yang menerima Barcode. Dan tujuannya adalah anaknya. Dan yang aku tahu, 2 hari lagi adalah hari penjemputan anaknya."
"Apa? Bukannya arah utara aman dari Barcode?" Hal Ini membuatku kebingungan.
"Itu benar. Karena di pulau ini, yang hanya memiliki anak adalah sang Ratu. Jadi yang menjadi sasaran hanya Ratu saja."
Jadi itulah alasan kenapa sang Ratu sangat buru-buru agar kutukan itu berakhir. Dia tidak ingin anaknya juga di bawa. Tetapi, jika itu keinginanya itu bukanlah masalah besar. Setelah aku melakukan apa yang ia mau, aku akan menyelamatkan semua orang.
"Tapi..." Sadya menghentikan bicaranya.
"Ada apa?" tanyaku.
"Kau akan menjadi yang terakhir," katanya ragu.
"Apa maksud-"
"Mari kita ke ruangan Raja." Salah seorang pengawal masuk dan menyuruhku pergi sekarang juga. Aku hanya pasrah dan mengikutinya.
Di sepanjang perjalanan menuju ke ruangan itu, aku terus memikirkan perkataan milik Sadya. Aku tidak mengetahui apa maksudnya. Aku berusaha menepis segala pikiran negatif yang ingin mengontrolku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARCODE [Completed]
Misteri / ThrillerKamipun memulai perjalanan kami. Memulai petualangan kami. Saat aku melakukan ini, apakah aku memiliki keraguan? Ketakutan? Resah? Tentu saja. Saat kami masuk kejalan raya, semua emosi itu berkecamuk. Dan sekali lagi aku memikirkan tentang Barcode...