6•Diam

51 9 2
                                    

"Kamu kenapa Ga? Kok tadi tiba-tiba pucat? Apa kamu kenal sama keluarga Van Gogh?" Aku berusaha bertanya kepada Gabriel. Dia dari tadi hanya diam. Tidak ingin memberitahu apa-apa.

Hingga Kelvin bertanya.
"Ga kamu tau apa? Kok diam sih. Kita udah nanyain dari tadi loh. Hai... Ga."

"Jes, kamu sudah ketemu dia?" tanya Gabriel dengan nada yang sangat datar, hingga terdengar aneh dan sedikit mengerikan.

"Iya."

"Dimana?" ia langsung spontan melihatku dengan tatapan kosongnya dan bertanya dengan nada yang lebih tinggi. Aku sedikit takut melihat raut wajah Gabriel.

"Di...di....di toko elektronik Arbi, di perbatasan Selatan. Oh iya, toko elektronik disamping cafe Silver. Kenapa?" jelasku.

Gabriel tidak menjawabnya. Entah kenapa Gabriel diam terua menerus, aku pun angkat bicara, karena aku mengingat sesuatu.

"Oh iya. Saat aku bertemu dengannya pertama kali, dia bilang kalo ditoko itu ada alat pendeteksi Barcode. Aku hanya bingung, apa hubungannya denganku, dia hanya menjawab aku akan tau nanti." Aku mengira Gabriel akan menggubris ceritaku. Tetapi dia malah mengambil kotak yang dikirimkan oleh Brandon lalu memaksaku membukanya. Aku terpaksa membukanya, walaupun dari tadi aku memang ingin membukanya.

"Gak ada apapun." Aku tidak menemukan apapun didalam kotak itu. Aku benar-benar bingung.

"Tentu saja kau tak menemukannya." Gabriel berbicara dengan nada yang sangat kecil, seperti berbisik. Tetapi, aku tetap bisa mendengarnya walupun samar-samar.

"Maksud kamu Ga?"

Gabriel diam kembali. Kelvin pun terpaksa mengantar Gabriel ke rumahnya. Aku menyetujuinya, entah apa yang ditakuti oleh Gabriel hingga ia bersikap seperti itu. Aku terus menerus memikirkannya. Hingga aku memutuskan untuk menyimpan kotak itu dulu. Aku tidak ingin membahasnya dulu. Aku menyelipkannya di antara keramik-keramik hiasan ibuku.

Aku menunggu Kelvin pulang di ruang tamu. Tiba-tiba aku mendengar sesuatu dari dapur, terdengar seperti kursi meja makan ditarik. Aku memberanikan diri untuk melihatnya, namun belum sempat aku memasuki daerah dapur, Kelvin lebih dulu pulang. Aku langsung ke Kelvin dan bertanya kepadanya.

"Apa Gabriel ngomong sesuatu?" tanyaku.

"Gak. Dia gak ngomong apapun." Kelvin berjalan balik ke kamarnya.

Aku sangat lelah hari ini, aku memilih kembali juga ke kamarku. Sesampainya aku di kamar milikku aku pun tidur. Jam masih menunjukkan pukul 5 sore, tetapi aku sungguh ingin tidur. Akupun tidur dan terlelap di alam mimpiku.

Hingga pagi tiba, aku sangat terkejut. Pagi datang begitu cepat, aku tidak ingin melakukan apapun hari ini. Selama seharian aku tidak keluar kamar, hingga Kelvin mengungjungi ku. Menanyakan apa aku baik-baik saja. Aku hanya menjawab aku baik-baik saja. Namun, ada sesuatu yang membebani pikiranku, tapi aku tak tahu apa itu.

Akupun diam dikamar kurang lebih 5 hari, aku tetap makan. Saat mermaid datang untuk menyiapkan sarapan, mereka selalu menyimpankan aku makanan cadangan di kamarku. Setelah, mereka selesai mereka pun pulang. Dan itu terulang selama 5 kali. Begitupun dengan Kelvin, yang bolak-balik kamarku terus hanya untuk menanyakan keadaan ku.

Hingga di pagi hari keenam, aku terbangun dari tidurku yang tidak nyenyak dan melihat seseorang sedang melihatku. Sontak aku kaget dan langsung duduk di pojok tempat tidur. Dan ternyata orang tersebut adalah Gabriel.

"Masa aku sakit. Kamu juga ikutan sakit. Gak seru tau." Gabriel kini duduk di tempat tidurku. Aku sedikit kaget mendengar Gabriel sakit.

"Udah sembuh?" tanyaku datar.

"Iyalah. Kalo gak kenapa aku bisa ada disini. Haha... Lucu kamu." Kini ia berdiri dan mengajakku turun untuk makan, aku menurut saja dan turun untuk makan. Di meja makan sudah ada Kelvin yang langsung cemberut saat melihat aku turun bersama Gabriel.

"Jessica jahat. Sekarang lebih nurut ama Gabriel, udah gak suka ama Kelvin lagi. Huh," ketusnya layakanya anak-anak. Aku tertawa melihat kelakuannya seperti itu. Dan saat Kelvin melihatku tertawa iapun tersenyum. Dan aku pun mengembalikan senyumku pada wajahku, setelah sekian lama.

Aku, Gabriel, dan Kelvin pagi itu sarapan bersama dengan cada tawa yang terus tercurah di meja makan.





TBC
|
|
|
Untuk sementara Barcode doang yang update ya, Classic lagi hiatus, bentaran doang kok.

Voment!!

So ya, see ya✨

BARCODE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang