BAB 41

11.9K 1.2K 586
                                    


PERHATIAN PERHATIAN.. AUTHOR BUTUH PERHATIAN..!!!!

Mohon sebelum baca, bersihkan hati dulu. Aku nggak mau liat komentar yang hujat Alvin oke ? Aku juga gak mau ada komentar yang bilang NAFILAH LEMAH. Resapi perasaan mereka. Masuk ke posisi mereka masing masing. Resapi ceritanya. Masuk ke setiap apa yang aku ketik. Kalian akan ngerti.

Selamat membaca🤗🤗😭

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Selepas kepergiaan Alvin, Nafilah terduduk diujung kasurnya. Memeluk lutut yang ditekuk dengan kedua tangan. Ia terisak. Bagaimanapun rumah tangga mereka sudah punya banyak cerita, suka duka telah Nafilah lewati. Dan sekarang dia menyerah.

Semua mimpi tentang rumah tangganya harus ia kubur dalam dalam. Pernikahan yang ia jalani sudah tidak bisa di perbaiki. Terlalu banyak pemaksaan di dalamnya. Ia sadar bukan hanya dirinya yang terluka, Alvinpun pasti merasakan ketidaknyamanan ini. Mereka pernah bersama sama untuk memulai semua dari nol. Alvin pernah ingin melepaskan Alea dan memulai semua dengannya. Namun lagi lagi takdir menolak rencana yang akan mereka buat. Alea hamil dan mengandung calon bayi Alvin. Sekarang Nafilah tau. Siapa yang harus pergi dan mengalah.

Nafilah sering kali mendengar keluhan Alvin yang merasa lelah, meski Alvin tidak pernah menceritakan dengan gamblang. Nafilah tau, Alvin lelah dengan dunianya sendiri. Dunia yang ia hancurkan sendiri, Alvin lelah dengan batinnya. Alvin mengaku salah mendatangkan Alea pada rumah tangganya. Nafilah tau itu. Suaminya tidak sejahat yang orang lain tau. Dia jauh lebih terluka dengan semuanya.

"Assalamualaikum bunda"salam Nafilah pada bundanya.

"Waalaikumsalam, Nak. Tumben malem malem begini telpon ?"

"Bunda.. Hiks"tangis Nafilah tumpah.

"Ada apa ? Cerita sama bunda"

"Nafilah sudah mengatakan itu pada suami Nafi"jelas Nafilah sesegukan.

"Ya allah Nak, bunda nggak tau kalo ternyata secepat ini. Ada masalah apa ?"

"Kemarin kamu bilang suamimu bersedia melepas madumu itu ?"lanjut Bunda Nafilah.

"Mbak Le hamil"

"Astaghfirullah"

"Udah, kamu jangan nangis begitu. Bunda jadi pengen ke sana"

"Ara dimana ?  Dia nggak liat pertengkaran kalian kan ?"

"Ara ikut Kak Lavi bun, dia nangis minta tidur sama kak Lavi"tentu saja bunda Nafilah sudah tau kembalinya Nafi.

"Baguslah. Setidaknya Ara tidak jadi saksi mata. Tanggapan suamimu bagaimana ?"

"Mas Alvin langsung pergi,Bun. Nafi belum tau"

"Udah udah, jangan nangis lagi. Besok dibicarakan lagi. Kalian memang butuh waktu buat memikirkan semua itu. Ingat nak, perceraian dalam rumah tangga adalah kemenangan setan yang berhasil menggoda rumah tanggamu. Tapi melihat kehidupan pernikahan kalian, bunda nggak berat jika putri bunda memilih jalan ini. Semoga berakhir baik baik saja"

"Iya bun, Nafilah nggak bisa pulang ke Semarang. Rencana besok Nafilah mau cari rumah dekat butik. Bagaimanapun Nafilah akan jadi ibu tunggal, Ara harus tercukupi. Nafi mau fokus sama Ara sama butik aja bun"

"Nah bagus itu. Nanti kalo mbak iparmu anaknya udah gedean bunda main ke sana"

"Iya bun, Nafi tunggu"

"Yasudah istirahat. Kamu pasti capek"

"Iya bunda, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Nafilah (On Going) ~ Poligami SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang