BAB 33

10K 951 230
                                    

"Pulang sama bunda"ucap Aida kepada sang putri yang kini menatap kosong makhluk kecil dalam pelukannya.

"Pulang kemana ?"tanya Nafilah tanpa mengalihkan pemandangan indah di depan matanya.

"Semarang" sahut Aida tanpa jeda. Membuat semua manusia di dalam ruangan itu membeku kecuali Reihand.

"Bunda"Nafilah menyebut nama sang bunda dengan tangis tertahan.

"Nafi nggak mungkin memisahkan putri kecil Nafi dari papanya, bunda lihat kan ? Anak Nafi cantik sekali . Coba bunda lihat, bagaimana bisa Nafi membiarkan putri cantik Nafi hidup jauh dari sang papa ? Ayo bunda liat anak Nafi. Dia bayi yang kuat bunda, dia akan terus sama sama Nafi. Dia hidup Nafi sekarang"

"Percaya sama Nafi, selama ada putri cantik Nafi. Nafi akan kuat bunda. Apapun itu untuk putri Nafi. Bunda percayakan kalo anak bunda ini kuat ?  Nafi akan jadi mama yang kuat seperti bunda"ucap Nafi memandang lembut sang putri. Membuat semuanya tak kuasa membendung air mata.

Aida tau, putrinya benar benar hancur hingga berceloteh seperti itu. Ia tidak bisa membayangkan kehidupan putrinya kedepan. Seberapa banyak lagi cobaan yang harus ia terima.

"Nak, pulang ke rumah. Sampai kalian bisa memutuskan hal terbaik untuk kehidupan kalian sayang"rayu Aida. Ia tau, perbuatannya tak bisa dikatakan benar. Berusaha menjauhkan sang putri dari suaminya, bukanlah perbuatan yang patut dibenarkan. Tetapi, melihat penderitaan sang putri yang sudah ia ketahui dari sahabat putrinya membuat ia harus bertindak seperti ini.

"Bunda percaya Nafi kan ? Biarlah Nafi menjalani takdir Nafi. Ini takdir rumah tangga Nafi kan bun ? Nafi kuat"sahut Nafilah menenangkan.

"Dek" rayu Reihand yang sedari tadi menatap tajam pada Alvin.

"Nggak mas, Nafi nggak akan pergi" Nafilah tetap kekeh pada pendiriannya.

🌺🌺🌺

Kini, hanya ada tiga manusia yang sedang diam membisu di ruang rawat Nafilah. Alvin, Nafilah dan tentu saja sang mahkluk kecil.

"Ehem" dehem Alvin memecah keheningan.

"Kamu sudah menyiapkan nama, Syah ?" tanya Alvin yang mendapat anggukan ringan Nafilah.

"Siapa ?" tanya Alvin tanpa menutupi keantusiasannya.

"Khadijah Azzahra"

"Bisakah aku memberinya nama belakang ?" tanya Alvin hati hati.

"Bisa, bagaimanapun juga kamu papanya"

"Khadijah Azzahra Nugraha"seru Alvin dengan semangat. Nafilah melihat ketulusan dari penuturan sang suami. Ketulusan yang sudah lama sekali hilang. Ia rindukan suaminya, sungguh. Siapapun tau betapa bahagianya mereka diawal awal pertemuan.

"Khadijah ra. Adalah istri pertama Nabi Muhammad Saw, beliau adalah sosok wanita yang kuat, tegar, begitu mencintai islam dan mencintai rosulullah, begitupun sebaliknya. Beliau merupakan istri Nabi Muhammad Saw yang tidak pernah dimadu oleh Nabi Muhammad Saw. Hanya istri satu satunya pada saat itu. Aku ingin , kelak Ara akan meniru sifat mulia yang beliau punyai dan menjadi satu satunya tanpa harus merasakan berbagi. Azzahra, aku ambil dari putri ummu Khadijah yaitu Fatimah Azzahra. Beliau sosok yang menutup auratnya dengan baik, mencintai rosul sebagai ayahnya, dan memiliki sifat pemalu. Aku ingin Ara mempunyai sifat seperti itu ketika ia sudah menjadi seorang gadis. Aku juga ingin Ara menutup auratnya seperti Fatimah Azzahra. Dan aku akan memanggil putriku Ara, nama yang manis untuk putri yang cantik"papar Nafilah dengan tenang. Sedangkan Alvin merasa tertusuk dengan kata kata yang terlontar dari bibir pucat sang istri.

"Aku akan menjadi papa yang baik,Syah. Aku tau selama ini aku belum bisa menjadi suami yang baik untuk kamu. Terimakasih telah memberiku kesempatan untuk menjadi pelindung putri kecilku, menemani dia sampai dewasa. Aku akan membahagiakan kalian Syah, percayalah"sahut Alvin sendu.
Mendengar penuturan itu Nafilah hanya tersenyum miris. Bagaimana bisa ia bahagia sedangkan Alvin baru beberapa jam yang lalu melangsungkan ijab kobul ulang untuk Alea. Dan akhirnya Alea benar benar resmi menjadi madunya. Ia gagal, gagal untuk mempertahankan rumah tanggannya.

Nafilah (On Going) ~ Poligami SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang