BAB 22

13K 751 131
                                    


"Mas"panggil Nafilah cukup keras mengundang semua perhatian karyawan yang memang sedang ramai karena memasuki jam makan siang. Semua karyawan berhenti menghormati pemilik perusahaan dan para istrinya. Hanya Alvin , Alea dan Nafilah di tengah tengah.


°°°Alea POV°°°

Setelah menghampiri Mas Alvin , aku membujuknya untuk makan siang bersama di restoran favorit ku. Mas Alvin setuju saja tanpa membantah sedikit pun.

Aku berjalan keluar dari kantor dengan memeluk lengannya, banyak tatapan iri dari semua karyawan. Tentu saja, bagaimana tidak iri? semua wanita ingin berada di posisiku. Saat hendak keluar dari Kantor ada panggilan yang tak asing di telingaku. Saat aku dan mas Alvin menoleh, ternyata wanita itu lagi. ck mengganggu saja.

"ingat, aku ingin kita makan siang bersama"desisku di telinga Mas Alvin.

gotcaa! disini sedang ramai bukan?sedikit pertunjukan rupanya akan menjadi seru.

"Nafilah"ucap Mas Alvin.

"Kalian mau kemana? aku sudah membawakan makan siang untukmu Mas"jawabnya dengan mengangkat rantang makan.

"Alea mengajakku makan di luar, mungkin kamu bisa ikut dengan kami Syah" jawab Mas Alvin. sial kenapa harus begitu?

"Kalian makan saja berdua, aku akan pulang"jawabku melepaskan tanganku dari lengannya dan hendak berjalan pergi.

"Tidak, tunggu dulu sayang" cegah Mas Alvin.

"Aku hanya ingin kita makan berdua mas"ucapku.

"Maaf Syah, aku harus keluar dulu"pamit Mas Alvin meninggalkan Nafilah yang mematung ditepat. Lihatlah seluruh penghuni kantor sudah tau, bagaimana unggulnya aku di hati Mas Alvin.


°°°Nafilah POV°°°

"Maaf Syah, aku harus keluar dulu" Pamit Mas Alvin kepadaku dengan tatapan bersalah. Aku pun hanya bisa mengangguk. Bagaimana bisa aku masih saja menganggap Mas Alvin selalu menunggu makan siang dariku? kapan aku menyadari bahwa semua sudah berubah. Lagi lagi aku tersenyum miris pada diriku sendiri.

Harusnya aku tak datang kesini tadi. Tidakkah mereka sedikit saja memperhatikan perasaanku, aku menunduk menyadari betapa banyaknya karyawan Mas Alvin yang menatapku kasihan. Tidak , aku tidak perlu dikasihani, aku tidak mau itu.

"Ibu" hingga panggilan seseorang menginterupsi keterdiamanku. ah aku ingat dia Anya.

"Aku kangen masakan ibu, bisakah aku memakannya kali ini?"tanyanya dengan ceria jangan lupakan mata yang berkaca kaca.

"Baiklah, ayo . kita bisa makan bersama"ajakku padanya.

Kamipun berjalan menuju ruangan Anya, Anya memang memiliki ruangan didepan ruangan Mas Alvin dengan bagian depan meja seperti receptionis dan Anya berkerja disitu. Di ruangan nya terdapat sofa dua orang dan tempat shalat saja.

Setelah melaksanakan sholat dhuhur bersama, aku menyiapkan rantangku untuk aku dan Anya. Kurasakan dia selalu memperhatikan kegiatanku, kubiarkan saja karna aku tau dia menatapku sendu jika aku berbalik menatapnya dia pasti menangis.

"Ayolah, katanya kau rindu masakanku?"tanyaku.

"Iya bu"jawabnya mengambil makanannya dan mulai memakannya.

Kita makan dalam diam, sesekali aku meneteskan air mata. Aku hanya teringat suasana makan siang bersama di ruangan Mas Alvin. Akankah semua itu tidak terjadi lagi? akankah aku kehilangan semua momen bersama suamiku? akankah aku kehilangan semuanya? kenapa harus begitu?


Nafilah (On Going) ~ Poligami SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang