BAB 42

11.9K 1.1K 375
                                    

Saat ini Ara tertidur di pangkuan Gerald. Gerald juga turut memejamkan matanya. Hari ini sungguh melelahkan dan sedikit membahagiakan. Azalio tentu saja fokus dengan mobil yang ia kendarai.

"Tuan"

"Hem"

"Hari ini aku dapat kabar yang sedikit buruk"

"Apa ?" Gerald tetap dalam keadaan menutup mata.

"Reinaldi tidak bisa membujuk Alea meskipun dengan hartanya"

"Maksudmu ?"mata Gerald otomatis terbuka.

"Rencana pertama kita gagal tuan, Alea tidak akan pernah pergi"

"Lalu apalagi yang bisa kulakukan, Zio ?"

"Saya yakin pasti tuan tau apa yang akan tuan lakukan. Saya selalu dukung apapun keputusan tuan muda"

Setibanya di mension Gerald, Gerald dikejutkan dengan kedatangan orang tuanya, tak lupa nenek dan kakeknya. Ia sadar, saat ini Ara ikut dengannya bagaimana tanggapan mereka ketika ia membawa Ara ke mension.

"Assalamualaikum"ucap Gerald setelah bodyguard membukakan pintu utama. Gerald mendekati ruang keluarga dimana semua terkumpul. Menatap Gerald dengan bingung, jangan lupakan Ara yang sekarang mulai terusik di gendongan Gerald.

"Mohon maaf semua tuan dan nyonya"ucap Azalio membungkukkan kepala.

"Putri yang sedang berada di gendongan tuan muda adalah putri calon nyonya muda. Nyonya Aisyah" semua keluarga di ruangan itu menatap Ara dengan binar. Titik fokus tatapan mereka adalah Ara, yang sekarang sedang mengucek matanya lucu.

"Dayday ni, Ala banun tan jadina. Ala antuk dayday"protes Ara yang tentu saja dapat di dengar semua telinga di ruangan itu.

"Maafkan daddy, nanti tidur lagi kalo udah di kamar ya"balas Gerald membuat semua menganga.

"Astagaaaa,, aku sudah punya cucu"

"Aku sudah punya cicit"teriak kedua nyonya besar itu.

"Sini sama grandma"

"Sini sama mbah buyut"lagi lagi kedua wanita itu berebut.

"Ibu, biarkan dia mengenal Grandmanya dulu"protes Melariana.

"Aku kan mbah buyutnya, harusnya dia kenal aku dulu mela"jawab sang nyonya besar.

"Dayday Ala antuk"keluh Ara tidak fokus dengan sekitar.

"Ma, Pa, Nek,Kek sepertinya Gerald dan Ara nggak bisa bicara sekarang. Ara udah capek. Dia ngantuk berat"

"Bawa dia tidur son. Jangan dengarkan para wanita tua ini"jawab sang kakek yang tentu saja mendapat cibiran.

"Baiklah, mommy lepaskan dia malam ini. Tapi tidak untuk besok. Sini mommy cium dia dulu"Melariana mendekat lalu mengecup gemas wajah Ara.

"Ni capa dayday , cium cium Ala"

"Ini Grandma Mela sayang. Neneknya Ara"jawab Melariana.

"Glena ?"

"Grandma"

"cucah"Ara mengeluh di tengah tengah wajah keruhnya, yang membuat semua terkekeh geli. Geraldpun tersenyum dan mengelus punggung mungil itu.

"Ara udah ngantuk ya ?  Kita tidur ya"Ajak Gerald dan berpamitan pada mereka lalu bergegas memasuki kamarnya.

"Kamu nginep sini, Zio ?"

"Ya jelas tuan besar. Saya penasaran sama tuan Gerald. Tuan dan nyonya nggak tau aja kalo Ara pecicilan. Pasti seru"jawab Azalio semangat. Tentu saja membuat semua penasaran dengan kebenaran kata kata Azalio.

Nafilah (On Going) ~ Poligami SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang