Brak..
"Araaa"panggil Alvin matanya menelusuri keberadaan Ara.
Ara yang mendengar itu langsung berontak meminta diturunkan"Papaaaaa"teriak Ara. Semua bernafas lega. Bahkan sang dokter yang berjam jam ditahan di sini pun ikut menghela nafas lega.
"Ala minta manaf hiks hiks hiks"Ara berlari memeluk Alvin.
Alvin meraup badan Ara ke dalam pelukaannya, mencium seluruh wajah Ara yang benar benar panas. Bahkan Alvin merasa dirinya menangis.
"Sini, sama papa"
"Papa malah cama Ala ? Matana papa ndak pulang cini"
"Papa nggak marah, papa yang minta maaf"
"Ayo, makan terus minum obat. Ara nggak capek nangis terus ?"
"Ala pek, pi Ala cucah yem"
"Mana obat sama makanan buat Ara"tanya Alvin pada semua orang yang kini menonton.
Nafilah dengan langkah lemah mengambilkan dan menata semuanya"Ini mas"
"Kenapa nggak hubungin aku ?"tanya Alvin lemah.
"Nafi takut ganggu meetingnya"
"Lain kali jangan begitu"Alvin berlalu dengan Ara yang menenggelamkan kepalanya ke dalam leher Alvin. Nafilah mengikuti langkah Alvin seraya membawa nampan Ara.
Semua tampak terharu melihat interaksi Alvin dan Ara yang melepas rindu.
Alvin menyodorkan sendok berisi makanan Ara "Aa' dulu princess"
"Papa Ala lindu papa"ucap Ara dalam kunyahannya.
"Iya, Nak. Papa juga rindu. Makan dulu baru ngomong"
"Mama akal. Ndak mo telpong papa. Mbo cum telpong papa ? Ala cemalam bicala cama mbo cum"Alvin mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ara.
"Papa Ipin lindu Ala ?"
"Rindu. Maafin papa nggak sempet ke sini sebelum berangkat"ucap Alvin mengelus kepala Ara.
"Ini minum dulu obatnya"Ara dengan semangat membuka mulutnya dan langsung disambut dengan ceria.
Semua menatap keduanya dengan perasaan lega. Jangan sampai demam yang seperti ini terulang lagi. Benar benar menguras kesabaran dan emosi.
Ara tampak mengerikan dengan rambut panjangnya yang acak acakan, baju tidur yang kusut. Wajah yang memerah dan mata bengkaknya. Jangan lupakan mulut yang sekarang tersenyum lebar menatap Alvin, seolah olah melupakan kejadian sedari pagi berteriak.
Alvin berdiri. Membuka jas hitam dan dasi abunya. Membuka ikat pinggang. Sebelum melakukan gerakan berikutnya, ia menoleh. Tersadar semuanya kini menatap heran.
"Emmm, aku mau skin to skin ke Ara. Biar panasnya pindah ke aku"jelas Alvin. Nafilah yang tau kebiasaan Alvin jika Ara demam langsung mengangguk. Dan mendekati Ara.
"Mama mo pa ? Mama akal"
"Buka dulu bajunya"
"Ndak mo cama mama"
"Ara rindu papa kan ? Sini buka bajunya. Nanti bobok dipeluk papa"
"Benel ?"
"Iya sayang, buka dulu bajunya. Nanti papa peluk Ara bobok kaya biasanya"
"Ote mama, buka ja. Ala mo"
"Popoknya juga ganti ya"
"Ote"Ara tersenyum lebar melihat papa dan mamanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafilah (On Going) ~ Poligami Series
RandomFollow dulu sebelum bacaaaa yaaa.. Don't be silent readers dengan baca nggak VOTE😂 Cerita ini bener bener menguras pikiran, hati dan emosi. Untuk part part awal emang dibaca rada bingung. Maklumin aja ya, aku baru belajar soalnya. Typo juga banyak...