12 | red velvet frappuccino dan lampu jalan

125 11 5
                                    

‹ ‹ ✾ d u a  b e l a s ✾ › ›

Lomba di SMA 51 tinggal sebentar lagi, kurang dari dua minggu. Adam merasa bersalah karena ia terlambat mendapat informasi, terlebih yang akan maju untuk mewakili Adyatma adalah band anak-anak kelas 10 yang baru terbentuk, sama sekali belum matang. Bahkan Adam belum melihat bagaimana performa mereka baik secara individu ataupun sebagai sebuah band.

Sore itu Adam bersama Keira, Yoga dan, Ernest sedang mengopi di Sweetbrew yang sekarang jadi tempat ngopi rutin mereka setiap minggu, walaupun Adam jarang ikut karena, yah namanya juga Adam, sibuk dengan segala rutinitasnya dan belajar dan menulis dan sebagainya. Hari ini cowok itu sedang jenuh, jadi ia memutuskan untuk ikut. Ditambah, ia mau membicarakan tentang lomba yang akan diikuti oleh anak-anak kelas 10.

Keira seperti biasa memesan minuman favoritnya, Red Velvet Frapuccino. Walaupun Yoga selalu mengolok-olok pesanan Keira sebagai "basic", ia tidak peduli. Cewek itu memandang Adam yang sedang mengerutkan dahinya sambil berkutat dengan ponselnya. Ia mengacuhkan hazelnut latte—yang Keira amati adalah kopi yang selalu dipesan oleh Adam—yang dipesannya.

"Serius banget sih," kata Keira pada Adam yang tetap tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Iya Kei, biasalah. Gue udah mulai disuruh sedikit-sedikit ngurus bisnis bokap gue, jadi agak pusing." Adam tertawa kecil. "Tapi nggak apa-apa kok. Sekarang, gue mau ngomongin tentang anak-anak kelas 10 yang mau ikut lomba nih."

"Oh si Sheila Sheila itu ya," ucap Keira keceplosan, terlihat seperti ia sangat tidak suka dengan cewek berambut pendek yang selalu berhasil mendapat perhatian dari Adam itu. Detik itu juga ia menyesali perkataannya.

"Buseeet." Yoga berdecak. "Ada yang sentimen cuy, popularitasnya bakal tergantikan oleh Sheila."

"Soal popularitas apa soal Adam nih Yog?" timpal Ernest sambil tertawa, yang langsung mendapatkan tonjokkan di lengannya. "Ih, kasar banget si ibu. Ya nggak lah Kei, tenang aja lo punya tempat tersendiri kok di hati kita, nggak tergantikan. Cielah."

"Siapa juga yang sentimen sih guys ya ampun suudzon aja deh!" protes Keira, lalu menyedot frappuccino-nya. "Gue biasa aja kok."

"Biasa aja tapi sinis gitu ngomongnya, sampe takut gue," ucap Yoga yang membuat Keira semakin sebal.

Adam tertawa kecil. "Udah udah jangan gangguin Keira."

"Denger tuh kata Adam, ya kan Dam?" cibir Keira.

"Jadi seperti yang kalian tahu, ada dua orang alias dua band yang mau maju buat lomba. Sheila sama Rama. Yang gue liat, bandnya Rama udah lumayan mateng sih, tinggal dipoles-poles aja dikit. Soalnya pas gue liat-liat, mereka kan berlima tuh, sama-sama udah biasa ngeband dari SMP. Nah si Sheila ini," kata Adam menggantung, membuat Keira, Yoga, dan Ernest bertanya-tanya.

"Kenapa nih?" tanya Ernest.

Yang ditanya hanya menghela napas dan mengusap-ngusap wajahnya yang terlihat lelah. Lalu ia membuka ponselnya. Semalam, waktu Sheila nge-chat Adam untuk membahas pendaftaran dan siapa saja yang ikut, tanpa diminta, ia mengirimkan link Youtube video dirinya dan kedua teman perempuannya yang sedang melakukan cover lagu You Belong With Me-nya Taylor Swift.

"Nih kalian liat sendiri aja deh." Adam menyodorkan ponselnya pada ketiga temannya.

"Gila cantik semua tiga-tiganya," komentar Yoga.

Mereka baru mendengar video tersebut selama kurang lebih tiga puluh detik, wajah mereka berubah mengkerut karena secondhand embarrassment. Di situ Sheila bernyanyi, salah satu temannya bermain gitar, dan yang lainnya bermain cajon. Sekilas tidak terlihat ada yang salah dari penampilan mereka, namun ketika Sheila mulai bernyanyi, suarannya benar-benar off tune dan high pitched. Yang terparah, video itu sudah ter-upload di Youtube. Cajon-nya sudah oke, gitarnya juga tidak terlalu bermasalah tapi terlalu plain untuk lomba. Tetapi yang paling bermasalah adalah Sheila.

QuaternaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang