10 | loteknya satu, cabenya dibanyakin!

322 27 18
                                    

‹ ‹ ✾ s e p u l u h ✾ › ›

Berita bahwa Aiden dan Selin putus menyebar dengan cepat bagai wabah. Entah cewek-cewek yang berjalan di koridor, bisik-bisikan di toilet perempuan, atau obrolan colongan di sela-sela pelajaran, semuanya membicarakan hubungan mereka yang berakhir—atau berakhir lagi jika itu soal Aiden yang selalu bergonta-ganti cewek.

Aiden—tentu saja—sudah biasa menjadi topik pembicaraan anak-anak di sekolah. Dan pemandangan Aiden yang berjalan bersisian dengan Keira saat jam pulang membuat seisi sekolah geger, terutama Selin yang merasa bahwa Keira adalah pengkhianat terbesar dalam hidupnya.

"Dasar musuh dalam selimut!" jeritnya ketika mereka berdua sudah hilang dari pandangan. "Gue udah menganggap dia bestie gue, ini yang dia berikan ke gue? Pengkhianat!"

"Udah udah." Gabriella berusaha menenangkan sahabatnya yang mengundang perhatian itu. "Kan udah gue bilang si Aiden emang gitu orangnya."

"Bukan masalah Aiden! Tapi si Keira itu loh!" Dan sepanjang hari itu Gabriella mendapat pekerjaan yang sulit untuk membuat Selin tutup mulut.

Keira yang tidak biasa menjadi pusat perhatian—kecuali saat di atas panggung tentunya—merasa sangat tidak nyaman. Ia merutuk dalam hati ketika perkataan Aiden terbukti benar, Yoga dan Ernest melupakannya. Bukan seratus persen melupakannya sih, cuma Yoga yang ternyata lupa bawa motor ke sekolah dan malah jalan kaki, jadi mereka berdua sudah duluan ke rumah Adam dengan motor Ernest.

"Eh, gue nanti bakal dibunuh penggemar lo nggak sih?" tanya Keira yang terus melihat kanan kiri karena mendadak mata teman-teman satu sekolahnya berubah jadi mata elang. "Kalo misalnya gue habis ini tinggal nama doang gimana, Den?"

Aiden hanya terkekeh. "Ya nggak akan dibunuh lah, kan ada gue." Tangannya bergerak lalu mengacak rambut Keira.

Wow. Gue beneran mati ini, batin Keira.

Saat sudah berada di parkiran motor sekolah, Aiden memberikan helm cadangan yang biasanya ia pinjamkan untuk pacar-pacarnya pada Keira. Yang diberikan helm memakainya, lalu terdiam. Aiden yang sudah menaiki motor CBR-nya menoleh ke arahnya.

"Loh, kok diem? Mau gue tinggal?"

"Eh, ini naiknya gimana?" tanya Keira yang seketika langsung merasa bodoh.

Aiden tertawa kecil, padahal bukan pertama kalinya seorang cewek bingung cara menaiki motornya. "Ya tinggal naik aja, pegangan ke gue kalo susah."

Keira dengan ragu akhirnya menurutinya. "Eh maap nih ya pegang-pegang, nggak maksud kok gue. Salah sendiri juga sih, lain kali bawa motor bebek aja biar nggak ribet."

Aiden tidak sanggup menahan senyumnya, ia bersyukur ia sedang mengenakan helm full face.

"Oh, jadi lo mau dianterin gue lagi lain kali?"

"Sembarangan lo!" Keira menabok helm Aiden dari belakang.

"Biasa aja dong!"

"Eh, tunggu deh. Adam suka apa sih? Gue nggak enak nih kalau dateng dengan tangan kosong," kata Keira.

"Ya elah santai aja kali."

"Ih nggak bisa gitu! Dia suka bangeeet sama apa?"

"Lotek."

"Hah kok lotek? Masa gue bawa lotek?"

"Iya, lotek deket rumah gue terus pake cabenya yang banyak, itu favorit dia melebihi apapun," kata Aiden serius. "Dia nggak akan sebahagia itu kalo lo bawain dia buah-buahan fancy."

QuaternaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang