21 | lagu rahasia adam

86 7 7
                                        

‹ ‹ d u a p u l u h s a t u › ›

Sabtu ini terasa lebih menyenangkan daripada biasanya, karena UAS sudah selesai dan Aiden bisa bernapas dengan lega. Bukannya ia peduli dengan ujian, tetapi jika ayahnya mendapati nilainya hancur lagi, ia bisa diubah menjadi rempeyek.

Tubuh Aiden merasa sangat segar karena tadi pagi ia sempat jogging di sekitar perumahannya selama setengah jam dan kini perutnya berbunyi karena lapar. Biasanya kalau lapar ia akan mencari Adam dan mengajaknya ke lotek Bu Eroh.

"Dam, lotek yu—"

Adam yang biasanya ada di kamar sedang membaca bukunya atau berkutat dengan laptopnya tidak ada di sana. Kamarnya yang bernuansa biru dengan tema outer space itu kosong melompong.

Ketika mencari-cari di mana adiknya berada, ia mendengar ada suara petikan gitar yang berasal dari taman belakang rumahnya, taman tempat di mana ibunya menanam bunga-bunganya yang indah untuk dirangkai dan dijual di toko bunganya.

Adam sedang duduk di bangku taman dengan gitarnya. Di sampingnya ada buku catatan dan pulpen. Ia memetik gitarnya selama beberapa detik, lalu menuliskan sesuatu di bukunya. Taman bunga ibunya adalah tempat favorit Adam untuk mendapatkan inspirasi. Selain bunga-bunga yang harumnya semerbak, suara air mancur yang berada di tengah-tengah taman dan burung-burung yang bernyanyi juga membuatnya merasa damai. Berbeda dengan Aiden, ia lebih suka berada di rooftop karena ia suka berenang di rooftop pool-nya bisa merokok diam-diam.

"Ngapain lo? Tumben nggak belajar," tanya Aiden, berdiri di belakang bangku taman, berusaha untuk mengintip yang ada di dalam buku catatannya. Namun sebelum Aiden dapat melihat apapun, Adam dengan tangkas menutupnya rapat-rapat. "Asik, nulis lagu ya?"

Adam menggeleng. "Nggak, nggak. Nggak penting."

"Lo akhirnya jatuh cinta ya, Dam? Mellow banget tampang lo. Siapa orangnya? Gue bantuin deh. Lo emang lebih pinter dari gue, tapi urusan cewek gue jagonya."

Adam hanya tertawa kecil. "Nggak usah, biar gue usaha sendiri."

Aiden mengerutkan dahinya. Ia nggak percaya kalau adiknya yang seperti robot bisa punya perasaan terhadap seorang cewek. "Serius lo? Gue mau denger lagunya kalo gitu, kali aja gue bisa nebak orangnya siapa."

"Nggak ah. Udahlah, buyar konsentrasi gue. Lo kenapa nyari-nyari gue?"

"Lotek Bu Eroh yuk, laper."

"Bibi nggak masak emang?"

"Karena mama sama papa lagi getaway, gue suruh istirahat aja kasian setiap hari masak full-course meal mulu."

"Ya udah yuk, kayaknya Bu Eroh kangen ngulekin cabe yang banyak buat gue."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
QuaternaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang