‹ ‹ ✾ s e m b i l a n b e l a s ✾ › ›
"Lo yakin tuh, si Jason lagi nggak deket sama Dara?" tanya Agnes setelah menyesap java chip frappuccino-nya.
Mereka bertiga—Chrissy, Agnes, dan Lea—sedang berada di salah satu sudut ruangan di Starbucks, dengan laptop masing-masing yang layarnya menunjukkan materi UAS, namun ketiganya tidak ada yang memerhatikan sama sekali. Chrissy sibuk dengan ponselnya, Agnes asyik memakan cinnamon roll-nya, sementara Lea sedang melamun memikirkan Ivan, gebetannya, anak kelas 12, yang tak kunjung membalas pesannya sejak dua belas jam yang lalu.
Chrissy yang sedang me-retouch lip lacquer-nya dengan menggunakan kamera depannya sebagai cermin langsung menoleh pada Agnes dengan kernyitan di dahinya. "I told you, Dara bukan tipenya Jason. Look at me. Look at—" ada jeda sebelum ia menyebutkan nama perempuan yang ia sangat tidak suka untuk ukuran yang baru kenal kurang dari satu semester. "—Kassie. Dia berpotensial, tapi bukan Dara."
Agnes mengangkat bahunya. "Gue sering liat mereka pulang bareng naik motornya Jason."
"Mungkin rumah mereka searah," sanggah Chrissy berusaha untuk berpikir positif.
"Terus di Instagram-nya Jason lo liat kan mereka bareng-bareng ke acara poetry reading yang ada Reality Club-nya?" tambah Agnes. "Terus—"
"Lo kenapa sih? Bikin gue nggak mood belajar UAS aja!" ucap Chrissy sedikit membentak karena sekarang ia benar-benar mulai was-was dengan kedekatan Jason dengan Dara. Ia menutup macbook-nya dengan kasar.
"You haven't even started girl." Bukannya menghiburnya, Agnes malah membuat cewek berkulit putih susu itu semakin kesal.
Chrissy mendengus kesal. "Oke daripada nyerang gue, mendingan lo ngasih gue solusi gimana biar gue bisa balikan sama Jason."
Agnes berpikir sejenak, namun ia tidak terpikirkan apapun. Ia menyenggol lengan Lea yang dari tadi hanya melamun dan mengacuhkan mereka berdua. Biasanya Lea sangat cerewet, apalagi kalau berbicara tentang idol-idol Koreanya yang sama sekali tidak diminati Chrissy dan Agnes. Ia bolak-balik mengecek ponselnya.
"Bantuin kek, jangan gue doang yang mikir!" protes Agnes yang merasa terintimidasi oleh Chrissy sendirian. "Jangan mikirin Kak Ivan mulu kenapa? Kita juga ke mall biar lo nggak kepikiran dia melulu."
"Duh, kayaknya gue salah ngomong deh. Kayaknya gue bikin Kak Ivan ilfeel deh, Nes? Makanya dia nggak bales chat gue lagi. Harusnya gue nggak nunjukin foto kucing gue yang lagi nungging. Gue harus gimana dong?!" cerocos Lea tanpa sama sekali menghiraukan omongan Agnes.
Agnes hanya memutar bola matanya. Percuma jika ia mengandalkan temannya yang sedang kasmaran yang satu itu. Pasalnya, semenjak masuk Adyatma ia sudah kepincut sama Kak Ivan ketika cowok itu main gitar sambil nyanyi sama teman-temannya di kantin. Dan entah beruntung atau bagaimana, Kak Ivan juga tertarik dengannya dan meminta nomor ponselnya.
"Eh, kan katanya bokap nyokap lo mau anniversary dinner kan? Kan si Jason deket tuh sama orangtua lo, undang aja nggak sih?" cetus Agnes yang akhirnya terilhami.
Salah satu tujuan ke mall hari ini (di malam hari biasa, ditambah UAS pula) adalah untuk mencari dress untuk annivesary dinner orangtua Chrissy, yaitu tradisi tahunan keluarga Ricci yang diadakan dengan meriah, biasanya mereka akan ke restoran mahal yang harga seporsi makanannya bisa jutaan. Kali ini, ibu Chrissy ingin anniversary-nya diadakan di rumah, namun tidak kalah fancy. Di rumahnya—yang lebih pantas disebut mansion—mereka mengundang chef kondang, band, dan bahkan saxophonist yang skill-nya hampir menyamai Kenny G dan Dave Koz, padahal itu hanya makan malam keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quaternary
Teen FictionIni adalah sebuah kisah tentang empat remaja di sekolah menengah atas paling bergengsi di kota, SMA Adyatma. Berawal dari kedua sepupu yang sangat akrab, Keira dan Kassie-seperti cewek-cewek sekolah itu pada umumnya-tergila-gila pada si kembar tampa...